Sabtu, 28 Mei 2011

One Step Closer to "Dentist"

***
Sudah hampir 5 tahun aku berjibaku untuk menuntut ilmu di kampusku ini (FKG UI). Normalnya, pada bulan agustus 2011 ini, aku seharusnya sudah mengikuti wisuda profesi dokter gigi. Namun sayangnya ternyata kuliah di fakultas kedokteran gigi tidak semudah yang dibayangkan, untuk bisa menjadi seorang dokter gigi perlu perjuangan yang sangat keras dan melelahkan. Berbagai faktor harus saling mendukung, mulai dari ini kemampuan kognitif, finansial, manajemen, pasien, serta keberuntungan. Di sisa-sisa waktu ini, akupun menyadari kalau aku kemungkinan besar tidak akan bisa lulus dari kampus ini tepat waktu (agustus 2011), dan tidak ada yang bisa disalahkan atas hal itu kecuali diriku sendiri, walaupun memang lulus tepat waktu di FKG UI merupakan hal yang cukup “langka”. Beberapa orang temanku ada yang diindikasikan menjadi golongan “langka” tersebut, dan itu tentu saja sebanding dengan usaha mereka, good job friend!


Serpong, 4 Januari 2011


Banyak hal yang mempengaruhi kelulusan seorang di FKG, namun menurutku, faktor yang paling berperan penting adalah PASIEN. Tanpa pasien yang sesuai dengan requirement klinik, kami (mahasiswa profesi kedokteran gigi) tidak akan bisa lulus menjadi seorang dokter gigi. Dan inilah yang aku dan banyak teman-temanku hadapi, kesulitan mendapatkan pasien yang sesuai.

Namun ada satu hal yang cukup menggelitik bagiku, dan ini bukanlah sebuah pembelaan dan pembenaran bagi orang-orang yang tidak bisa lulus tepat waktu. Hmm…yah, aku bertanya-tanya apakah aku sudah siap untuk terjun ke dunia kerja jika lulus tepat waktu? Dan menurutku aku sangat belum siap untuk hal itu. Maka dengan berpikir positif, aku rasa bahwa penambahan masa studi (baca:tidak lulus tepat waktu) merupakan waktu yang tepat bagiku untuk menempa kesiapan-ku bekerja di lapangan, karena perlu disadari bahwa dunia kerja di luar sana akan sangat berbeda dengan dunia klinik pendidikan / dunia coass gigi. Di dunia coass gigi, semua tindakan kita diawasi oleh supervisor yang berpengalaman, sehingga setiap tindakan yang kita lakukan pada pasien dapat dinilai dengan obyektif (walaupun kadang2 subyektif juga sih, hehe) oleh supervisor, dan supervisor lah yang menjadi decision maker. Nah ketika berada di dunia kerja, misalnya praktik di klinik, rumah sakit, puskesmas, dll, tidak ada lagi yang mengawasi kerja kita, dan kita lah yang menjadi decision maker untuk segala tindakan yang akan kita lakukan pada pasien, dan ini berarti kita sendiri yang akan bertanggung jawab.


OK-11 RSCM, 8 November 2010


Aku percaya kalau Allah akan memudahkan jalan-ku pada takdir yang telah ditetapkannya. Aku harap persangkaanku benar, bahwa mungkin Allah ingin aku belajar lebih banyak hal lagi di kampus ini sebelum keluar untuk mengabdi kepada masyarakat. Aku jadi teringat perkataan Prof.Heriandi, seorang guru besar di bidang kedokteran gigi anak:
“ mumpung kalian masih disini, banyak-banyaklah bertanya, karena masih gratis, kalau kalian udah lulus, bertanya itu bayar…”

Yah betul juga, di kampus ini kita dapat bertanya dengan gratis pada dosen-dosen. Namun setelah lulus, untuk bertanya pada dosen harus melalui seminar-seminar, yang tentunya untuk mengikuti seminar itu harus mengeluarkan biaya.

Maka dengan segala kerendahan hati, aku hanya bisa terus berusaha mengejar dan menyelesaikan utang-utang requirement-ku, sambil terus berdoa kepada Allah. Namun aku tidak ingin melakukannya hanya untuk lulus, tapi aku ingin melakukannya untuk mengasah skill-ku dan menambah pengalamanku untuk dapat mengabdi kepada masyarakat nanti. Yah, aku tidak ingin bekerja layaknya supir angkot yang hanya mengejar target setoran, namun lebih dari itu, karena masa ini adalah masa yang paling tepat untuk belajar. Aku sangat percaya pada skill, knowledge, dan attitude ku dalam menyelesaikan studi profesi kedokteran gigi ini, namun ini hanya masalah waktu dan mungkin juga keberuntungan.

Tersadar akan besarnya peran pasien dalam kelulusan seorang mahasiswa profesi kedokteran gigi, aku punya pandangan lain: “Aku tidak ingin pasien yang bisa meluluskanku menjadi dokter gigi, tapi aku ingin pasien yang bisa membuatku belajar lebih banyak hal tentang kedokteran gigi.Bukan berarti aku tidak ingin lulus, tapi aku tidak ingin meraih kelulusan yang biasa, aku ingin lulus dengan membawa pengalaman yang luar biasa.”

Dan satu hal lagi, aku ingin selalu berusaha untuk jujur dan tidak merugikan orang lain dalam proses ini. Karena selain ingin menjadi dokter gigi yang berotak cerdas dan bertangan terampil, aku juga ingin menjadi dokter gigi yang berhati bersih, dan ini harus dimulai dari sekarang. Jika saat coass saja sudah tidak jujur dan banyak menipu, bukan tidak mungkin hal itu akan menjadi lebih parah saat terjun ke masyarakat nanti. Negara kita sudah cukup menderita dengan orang-orang jahat yang berada di berbagai sektor, apakah kita mau ikut-ikutan??

Okey, dan target yang paling masuk akal untukku (dan mungkin untuk mayoritas teman seangkatanku) saat ini adalah ikut sumpah dokter gigi pada bulan november 2011, yang artinya aku sudah harus menyelesaikan semua requirement beserta ujiannya sekitar bulan oktober 2011, atau sekitar 5 bulan lagi dari sekarang. Is it Possible? Yeah…Bi iznillahi (dengan izin Allah).


Poli Bedah Mulut, RSU Tangerang, 13 Oktober 2010


Untuk aku dan teman-teman seperjuangan di FKG UI, mari berusaha mengejar target kita, semoga kita semua bisa menjadi dokter gigi yang berkualitas. Ingatlah, lulus tepat waktu bukan jaminan bahwa kita bisa menjadi dokter gigi yang baik, sebaliknya, lulus lama pun bukan jaminan bahwa kita adalah dokter gigi yang buruk, semuanya relatif dan tergantung dari banyak faktor. Maka akupun sampai pada satu kesimpulan, bahwa yang terpenting adalah hasil akhirnya yakni menjadi dokter gigi yang baik, cepat atau lambat , dengan proses yang baik pula.

Selamat berjuang teman-teman :D