Senin, 20 Juli 2009

Sandiwara Langit - Bukan Sekedar Sandiwara

***
Judul : Sandiwara Langit: Sebuah Kisah Nyata Bertabur Hikmah Penyubur Iman
Penulis : Abu Umar Basyier
Penerbit : Shofa Media Publika
Tebal (halaman) : i-xx + 212 + cover

Melihat judulnya sekilas, anda mungkin akan berpikir bahwa ini adalah novel yang berisi cerita fiktif semisal karya-karya Habiburrahman El-Shirazy yang katanya menyejukkan hati. Atau malah buku yang mengupas hukum sandiwara dalam islam. Jawabannya adalah bukan.

Kata sandiwara bagi sebagian orang identik dengan cerita fiktif, padahal tidaklah demikian. Pengertian “sandiwara” dipaparkan pada komentar penduluan yang dibawakan oleh Mahfudz Siddiq, Lc, MA di halaman xv buku ini:

Secara etimologis, kata “sandiwara” berarti drama, kumpulan beberapa babak atau fragmen dalam kehidupan, fiktif ataupun non fiktif.

Pada halaman yang sama, juga dijelaskan maksud dari kata “langit”, yakni:

Sedangkan pengertian langit disini menunjuk kepada “sutradara” yakni yang maha mengatur alam semesta, Allah subhana wa ta’ala.

Buku ini menceritakan kisah nyata seorang pemuda saleh bernama Rizqaan (Semua nama pelaku disamarkan oleh penulis), yang saat berusia 18 tahun (tamat SMA) sangat ingin untuk menikah.

“saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya masih lebih sadar bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tak kuat menahan godaan syahwat” (hal.2)

Ia pun mendatangi seorang ustadz dan menceritakan keinginannya itu. Ia telah memiliki seorang calon, dan ia ingin melamarnya. Wanita saleha itu bernama Halimah. Namun masih ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Ustadz pun menanyakan hal itu, anda pasti bisa menebak apa yang mengganjal di jatinya. Yah..orang tua wanita itu ingin agar suami anaknya adalah lelaki yang sudah mapan, paling tidak telah memiliki sebuah pekerjaan yang layak untuk menghidupi keluarga, sementara ia sama sekali belum memiliki pekerjaan. Sang ustadz pun menjelaskan bahwa syarat yang diajukan oleh orang tua wanita itu logis dan tidak melanggar syariat, karena salah satu kewajiban suami adalah menafkahi istri. Selanjutnya sang ustadz membawakan dalil-dalil dan perkataan ulama, mengenai masalah tersebut.

Singkat cerita, akhirnya orang tua Halimah mengizinkan Rizqaan menikahi putrinya, namun dengan sebuah syarat/tantangan yang bisa dibilang cukup aneh.

Ia menantang, bahwa dalam sepuluh tahun saya harus dapat member penghidupan layak buat putrinya. Kami sudah harus memiliki kehidupan yang berkecukupan. Bila tidak, ia meminta saya menceraikannya. Dan uniknya, dia minta hal itu diucapkan saat akad nikah. Sebagai syarat. (Hal.11-12)

Syarat inilah yang akan menjadi inti dari kisah ini. Mereka pun menikah dan menjalani kehidupan sebagai pasangan suami istri yang berbahagia. Berbagai cobaan, baik suka dan duka mereka lalui, untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Lantas apakah yang terjadi selama sepuluh tahun itu? Dan bagaimana akhir dari kisah ini? Sebaiknya saya tidak menceritakannya disini, silahkan membaca bukunya.

Kisah dalam buku ini diceritakan secara sederhana dan wajar oleh sang penulis, tanpa ada dramatisasi yang berlebihan. Latar belakang penulis yang merupakan seorang ustadz tentu memiliki gaya penulisan yang berbeda dengan seorang novelis. Dalam penulisan buku ini, penulis berkonsultasi langsung dengan pelaku, yakni Rizqaan dan ustadz itu. Kisah ini dituturkan dalam sudut pandang ustadz itu. Dalam proses penulisan, penulis juga meminta pelaku untuk membaca terlebih dahulu manuskrip dari buku ini dan meminta mereka untuk mengoreksi.

Secara umum, saya bisa mengatakan bahwa buku ini sungguh luar biasa. Sebuah kisah nyata yang mengharukan, sampai-sampai saya berkali-kali tak dapat menahan tangis. Namun bukan sekedar kisah yang mengharukan, tapi juga banyak pelajaran hidup dan pelajaran agama. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya nukilan ayat Al-Qur’an dan hadits yang diselipkan pada dialog-dialognya. Karenanya berbagai pelajaran dan hukum yang ada terkesan mengalir dan mudah ditangkap oleh pembaca. Kesannya mungkin akan lain, bila pelajaran tadi disuguhkan tidak dalam bentuk cerita. Bagi orang awam, kisah seperti ini tentu terasa lebih menarik, karena terdapat sisi hiburan dan nilai-nilai agama sekaligus.

Silahkan membeli bukunya di toko buku terdekat, atau kalau gak mau, silahkan pinjam pada orang yang punya…Selamat membaca.

Yogyakarta, 19 Juli 2009
06.34

3 komentar:

  1. saya copas ke FB saya boleh ga??
    saya diceritain buku ini n sinopsis di atas bagus

    fb: muhammad.ikhwan@yahoo.com

    BalasHapus
  2. iya, silahkan mas ikhwan...semoga bermanfaat
    =)

    BalasHapus
  3. saya sudah pernh mmbcnya,.,. shubhanalloh.,.,

    BalasHapus