Senin, 31 Januari 2011

Sang Selimut Hati

***
Seperti halnya hidup-hidup yang lain, aku masih menikmati gelombang-gelombang dibawah perahu kecilku, yang menyisir ramah sisi kewarasan. Setelah menyapu habis kerikil-kerikil tajam yang telah sempat merobek telapak kaki, sang hidup masih terus berkelana dalam kehampaan yang sedikit-sedikit mulai pecah dengan hujaman cahaya terik, bersanding dengan wangi bunga di kanan kirinya, terus menanjak mencari tempat terdamai, di suatu puncak nan sejuk.

Aku duduk termangu memandang luas dunia, disamping api semangat yang takkan pernah padam tuk pacu diri ini. Ku tersadar akan banyak hal, dari terminal-terminal singgah tempatku meniti bibit-bibit kehidupan, tentang apa yang tersembunyi dan apa yang terlihat. Mungkin takkan pernah datang lagi bisikan-bisikan yang semilir menghentak jiwa, bangunkan ketertiduran dan kealpaan yang berulang. Terus merasuk sumsum tulang terdalam, tapi siapa yang dapat menjaganya di dalam sana?

Saat aku sadar bahwa roda hidup terus berputar, jiwa ini terhempas lepas dalam badai gelisah, ditemani bayang hampa yang terus hantui setiap sudut khayalan, dan genderang perang pun kembali di tabuh. Hampa yang coba menyerang, ternyata mudah saja ditebas oleh senandung merdu nan lembut, mengalir dari lumen-lumen kasih sayang, mendekap jiwa dan menerbangkannya kembali ke altar cinta, pada lorong-lorong dengan wangi melambai, dan cahaya lilin-lilin kesetiaan, semuanya terajut dalam jalinan-jalinan indah, selimuti dan isi kekosongan ini.

Engkaulah sang selimut hatiku, teruslah selimutiku dalam hangatmu…
Dalam hangatmu…

Salemba, 31 Januari 2011
23.56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar