Selasa, 28 Juni 2011

The A-Team’s #2nd Day: The Real Job Started

***
Catatan:
Postingan ini sempat tertunda cukup lama karena kesibukan penulis, tapi saya rasa masih layak dan patut untuk di posting dan dibaca, selamat menikmati :D
***

Selasa, 20 Juli 2010

Markas A-Team (Apotik Makassar Farma), Ternate
Sekitar pukul 04.30

Aku dengan mudahnya terbangun dari tidur lelapku, hampir tak ada keinginan untuk tidur lagi. Langsung ku menuju kamar mandi dan mencuci mukaku. Azan sudah berkumandang, akupun sekalian mengambil wudhu untuk shalat subuh. Akupun mengimami shalat berjama’ah bersama bowo dan ditto. Selepas shalat, aku menyeduh segelas kopi radix yang aku bawa dari Jakarta, lumayanlah untuk menyegarkan badan di pagi hari. Setelah itu aku, bowo, dan ditto berkumpul di ruang tamu untuk mulai kembali membicarakan alur transportasi Kersos 2010 yang tinggal 5 hari lagi, namun masih penuh ketidakjelasan. Sementara A-team cewek juga sudah mulai bangun dan berbenah.
Inilah Markas A-Team (Photos by:Rizu)

07.00 WIT

Kami semua telah selesai mandi dan bepakaian, dan siap untuk menjalankan agenda-agenda A-Team yang cukup padat. Rencana kami hari ini adalah:
-Aku dan rizu hari ini akan ke Tidore bersama drg.Kadri untuk melakukan berbagai konsolidasi dengan pihak terkait
-Ami dan Ditto akan rapat dengan pengurus PDGI Ternate untuk membicarakan masalah seminar
-Risty, Eva, Bowo, Hendro akan mengurus akomodasi, transportasi, dan konsumsi

Sebelum memulai aktivitas yang kami yakini akan sangat melelahkan ini, tentu kami perlu mengisi perut untuk bekal seharian ini. Para A-Team cewek pun pergi membeli nasi bungkus untuk sarapan pagi ini. Namun sayang sekali aku dan Rizu sama sekali tidak dapat menikmati sarapan ini, karena sebelum kami sempat memakannya, drg.Kadri sudah datang menjemput kami, dan kami harus segera berangkat agar tidak telat bertemu pihak-pihak yang terkait di Tidore. Dengan sedikit menahan lapar, aku dan rizu, bersama drg.Kadri pun berangkat menuju pelabuhan Bastiong, dan menyebrang ke Tidore menggunakan Speed Boat.

Tidore
08.30 WIT

Kami bertiga dijemput di pelabuhan Rum-Tiodore menggunakan ambulans puskesmas Ome oleh Pak Agus, seroang pegawai dinas kesehatana Tidore yang menjadi penanggung jawab lokal kersos wilayah Tidore. Setelah itu kami menuju ke Puskesmas Ome untuk bertemu dengan kepala puskesmas, Bu Jannah, membicarakan kegiatan sirkumsisi / sunatan massal yang akan berlokasi di puskesmas ini. Di puskesmas Ome, selain dengan Bu Jannah, kami juga berkenalan dengan dr.Nalar dan drg.Yuyun yang merupakan dokter dan dokter gigi PTT di Tidore. Aku dan Rizu pun meninjau lokasi dan mengecek ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki Puskesmas yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan sirkumsisi nantinya. Dokter Nalar-lah yang menjadi penanggung jawab sirkumsisi dari puskesmas Ome ini. Selain mengurusi masalah sirkumsisi, kami juga mengurus penyuluhan gigi dan gizi dengan Bu Jannah selaku kepala Puskesmas
Puskesmas Ome (Photos by:Rizu)

Pukul 09.45
Aku, rizu, drg.Kadri bersama bu jannah, dr.nalar, drg.yuyun, dan beberapa orang dari Puskesmas lainnya beranjak menuju kantor kecamatan. Hari ini pada pukul 10.00 akan dilakukan rapat bersama camat Tidore Utara beserta jajaran pemerintahannya. Rapat dimulai sekitar pukul 10.00 lewat, dan dipimpin langsung oleh camat Tidore Utara, Pak Ansar. Pak Ansar memulai rapatnya dengan perkenalan dirinya, staf-staf kecamatan, dan 12 Lurah yang berada di dalam kecamatan Tidore Utara. Tentunya aku dan rizu selaku panitia pun ikut memperkenalkan diri. Setelah itu rapat dilanjutkan dengan penjelasan acara dari panitia, dan aku-lah yang berbicara di depan para staf pemerintahan ini untuk menjelaskan secara ringkas dan jelas mengenai acara Kersos 2010. Setelah paparan dariku, rapat dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab yang berlangsung dengan sangat alot. Drg.Kadri harus meninggalkan kami di tengah-tengah rapat, karena beliau harus pergi ke Soasio (Ibukota Tidore, sekitar 1 jam perjalanan dari Rum) untuk mengurus kegiatan operasi bibir sumbing.
Kantor Kecamatan Tidore Utara (Photo by:Rizu)

Pak Ansar (tengah, ketutupan tangan sendiri) Camat Tidore Utara Saat Memimpin Rapat (Photo by:Rizu)

Setelah rapat selesai, ternyata drg.Kadri belum juga kembali, aku dan Rizu akhirnya diajak kembali ke Puskesmas Ome. Pucuk di cinta ulam pun tiba, ternyata di Puskesmas Ome sedang ada acara makan-makan karena ada pegawai puskesmas yang akan pindah tugas. Kebetulan sekali aku dan Rizu belum sarapan. Kamipun dipersilahkan makan nasi kuning khas Ternate, dan tanpa pikir panjang kamipun makan. Ternyata rasanya enak sekali alias maknyusss, entah karena kami sedang lapar atau memang benar-benar enak. Yang jelas aku benar-benar senang bisa disambut dan diterima dengan baik di tempat ini.

Drg.Kadri telah kembali dari Soasio, dan kamipun diantar ke pelabuhan Rum untuk menyebrang kembali ke Ternate.

Ternate
Di Ternate, drg.Kadri pulang ke rumah, sementara aku dan Rizu kembali ke markas A-Team, rumah drg.Rustan. Sesampainya di markas kami disambut oleh ami dan ditto, mereka tadi pagi telah melakukan rapat dengan PDGI Ternate untuk membicarakan seminar, karena rapatnya dilakukan di markas ini, maka mereka seharian tidak meninggalkan markas.

Sore Hari
Dito merasa lapar, kami berempat (aku, dito, ami, rizu) akhirnya memutuskan untuk keluar mencari makan di sekitar markas, sekalian berjalan-jalan untuk menghilangkan penat. Saat baru berjalan sekitar 100 meter dari markas, tiba-tiba lewat sebuah angkot yang isinya bowo, risty, eva, dan hendro, mereka melambai-lambaikan tangan dan berteriak pada kami dan kamipun membalasnya. Mereka baru saja dari Sofifi (Ibukota provinsi Maluku Utara) untuk mengurus birokrasi di Gubernuran, dan beberapa urusan lain. Tampaknya mereka tidak tertarik untuk turun dan bergabung bersama kami, mereka langsung menuju ke markas. Semenit kemudian ponselku berdering, ternyata dari Risty.

“pada mo ke mana kak?”
“mo makan dan jalan-jalan, nyusul aja kalo mau”
“Oh gitu, okey”


Kamipun berhenti di sebuah warung makan, namun hanya Dito dan Ami yang makan, aku dan Rizu hanya minum dan makan makanan kecil karena masih kenyang. Beberapa menit kemudian Bowo dan Hendro datang menyusul, Bowo juga ikut makan akhirnya.

Setelah makan, kami berenam keluar dari warung makan itu, dan pandangan kami tertuju pada benteng kecil tua yang berada di seberang warung tersebut. Ternyata benteng itu bernama benteng orange, seperti yang tertulis pada papan nama di depan benteng tersebut. Benteng ini merupakan benteng peninggalan Belanda. Namun anehnya benteng tersebut dikelilingi pagar yang tak berpintu. Kami sangat ingin masuk ke benteng itu namun bagaimanakah caranya? Kami pun bertanya pada penjaga warung makan tadi, dan dengan tenangnya ia menjawab: “Oh itu benteng memang pagarnya tidak ada pintunya, kalau mau masuk lompat pagar saja.”

Hah? Yang benar saja. Tapi karena rasa penasaran kami, kamipun nekat. Setelah menyebrang jalan, kami semua langsung memanjat pagar dan maskuk ke area benteng. Yah, kami semua, termasuk Rizu dan Ami, mereka juga memanjat pagar. Kamipun langsung naik ke benteng itu. Benteng itu terbilang kecil dan tidak terawat, banyak sampah, dan ilalang tumbuh meninggi, namun cukup menarik untuk dikunjungi, paling tidak bagi kami. Kamipun mengambil banyak foto, dan tiba-tiba muncul ide konyol dalam kepalaku untuk membuat video reportase dari benteng Orange.



Beberapa Potongan Scene di Benteng Orange (Photos by:Hendro AS)

Akupun meminjam ponsel Hendro yang memiliki kualitas video lumayan, dan meminta Bowo untuk menjadi host, sementara keempat orang lainnya berperan sebagai pengunjung benteng Orange. Berikut videonya:



Setelah puas dengan video konyol dan foto-foto, kami berenam pun kembali ke markas ditemani matahari yang mulai tenggelam. Kamipun berbenah dan bersiap-siap untuk agenda A-Team di malam hari.

Malam Hari
A-Team bergerak menuju rumah Pak Kasman, Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Pak Kasman rencananya akan memberikan bantuan akomodasi untuk tim Kersos 2010, menggunakan ruangan kelas di UMMU. Setibanya di rumah Pak Kasman, ternyata sedang mati lampu, sehingga kami berbicara dengan beliau dengan hanya ditemani cahaya lilin. Pak Kasman sempat sedikit marah pada kami, walaupun dengan nada suara yang datar. Sebab kemarahan beliau pada kami ialah karena kami menanyakan hal-hal kecil yang terlalu teknis mengenai akomodasi pada beliau, padahal beliau adalah seorang rektor, sementara hal-hal kecil seperti yang kami tanyakan, dapat ditanyakan pada bawahannya. Beliau sempat mengeluarkan statement: “Saya ini bos, bukan anak buah!” Yang nantinya statement itu menjadi bahan lelucon kami (maaf yah pak, hehe). Namun walaupun beliau sempat marah pada kami, kami tidak mengambil hati hal tersebut, karena bantuan dari Pak Kasman sungguh sangat signifikan bagi terlaksanya Kersos 2010.

Setelah dari rumah Pak Kasman, A-Team bergerak menuju rumah drg.Kadri, dan bersama drg.Kadri kami menuju ke Hotel Melia untuk bertemu dengan dr.Husein, Kepala Dinas Kesehatan Maluku Utara. Angkot carteran kami pun tiba di hotel Melia dan menempati tempat parkir. Kami semua turun dan menunggu di depan lobi hotel. Kamipun mendapat kabar bahwa dr.Husen sedang ada tamu sehingga kamu harus menunggu. Yaah, menunggu benar-benar menunggu, hingga dua jam berlalu kami masih menunggu dan belum bertemu dengan dr.Husen. Kami mengisi waktu menunggu ini dengan ngobrol dan bercanda, sampai mencapai titik jenuh, dan semuanya tertunduk lemas dan ngantuk.


A-Team yang Mulai Bosan Menunggu (Photo by:Hendro AS)

Saat waktu menunjukkan sekitar pukul sembilan lebih, barulah kami dapat bertemu dengan dr.Husen. Tanpa berbasa-basi panjang, karena sudah mulai larut malam, kamipun langsung mengkonfirmasi janji-janji yang diberikan pemerintah maluku utara pada saat survey kegiatan. Pada saat survey kegiatan, sekitar sebulan sebelum keberangkatan kami, pemerintah setempat telah menjanjikan banyak hal untuk kelancaran kegiatan kami, diantarnya adalah masalah transportasi yang katanya akan ditanggung dan diurus sepenuhnya oleh mereka. Malam ini, kami ingin mengkonfirmasi janji-janji tersebut, dan berharap semuanya sudah beres, dan kami tinggal menggunakannya. Namun harapan tinggal harapan, bak tersambar petir, kami semua kaget bukan kepalang karena janji-janji tersebut adalah nihil alias nol besar. Dr.Husein mengatakan bahwa beliau belum tahu kepastian masalah transportasi dan masih akan diusahakan, karena hampir semua bus di kota Ternate telah habis dipakai untuk mengantar Angkatan Laut Amerika yang sedang berada di Ternate untuk melakukan baksos operasi gratis diatas kapal rumah sakit mereka.

Pembicaraan kami dengan dr.Husein berlangsung sekitar 45 menit, dan setelah itu kamipun beranjak meninggalkan hotel Melia dengan perasaan yang kacau balau, terutama aku, bowo, dan ditto yang bertanggung jawab masalah transportasi. Kami kemudian menuju ke Swering untuk makan malam. Di tengah beratnya pikiran, aku tetap mencoba untuk tenang dan menikmati nasi gulai di warung makan tempat kami singgah. Kami tak berhenti berdiskusi tentang semua hal mengenai Kersos 2010 selama di warung makan ini. Keberhasilan acara ini bisa dibilang 70 persen berada di tangan kami, maka wajar jika kami sangat serius menghadapinya.

Tetap berdiskusi di Tempat Makan (Photo by:Hendro AS)

Setelah makan malam yang sangat telat, kami kembali ke markas. Istirahat? No…belum, sama sekali belum. Kami masih meneruskan diskusi hingga lewat tengah malam. Aku, Bowo, dan Ditto tentu saja menyusun alur transportasi sambil memikirkan alternatif-alternatif jalan keluar untuk mencari sarana transportasi yang sampai saat ini belum jelas. A-Team lainnya membicarakan masalah birokrasi, dll, dan Risty menulis laporan kerja harian tim advance yang akan dikirim ke Jakarta via E-Mail.

Dan begitulah hari kedua A-Team yang mulai menemui banyak kendala, namun kami tetap optimis dan percaya bahwa kami adalah super tim, dan semua akan baik-baik saja dan berjalan sesuai rencana.

*** Bersambung ***

Minggu, 19 Juni 2011

Untukmu

***
Semilir garis waktu yang terus maju
Setapak-setapak terpapar mantap di sepanjang jalan
Telah sisiri bilik-bilik cahaya
Yang telah redup satu demi satu
Dan sisakan satu bilik yang masih benderang
Tak pernah redup sejak muncul

Terpoles mutiara di balik cangkang
Siapa gerangan dibaliknya?
Tempat cinta berlabuh
Hanya tunggu waktu
Saat ombak mulai tenang
Dan kapal siap merapat
Siap disambut dengan gembira
atau dibuat karam dalam samudera

Merekah (Sony Alpha 230; Sony Lens 18-55 SAM; 1/80s; f/5.6; Taken at Sukabumi, 11/06/2011)

Saat embun kasih sayang basahi jiwa
Terus meluap isi kekosongan
Di sekat-sekat terdalam yang tak bicara
Ia hanya berbisik dengan satu nama
Nama indah itu…
Yang lontarkan senyum
Penuh tanya
Dalam diam
Hampir tak kurasa hadirnya
Dan garis waktu semakin mendekat
Paksaku tuk lepas kebungkaman
Seiring genderang perang yang ditabuh
Dengan seruan maju atau hilang

Aku menanti
Di garis terdepan
Untukmu…
Yang kucintai dalam diam

Jakarta, 19 Juni 2011
20.23 WIB