Rabu, 18 Maret 2009

Catatan Amir BPI (part I)

Oleh: Abu Hanifah Al-Furqon Ibnu Hiroshi Al-Kindary

Punya nama “Amirul” yang artinya “Pemimpin” saat ini bagiku terasa begitu berat, karena kini nama itu bukan lagi sekedar nama, namun telah sama dengan kenyataannya. Aku kini bertanya-tanya, apa aku memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin? Atau paling tidak orang tuaku mengharapkan demikian saat pertama kali memberiku nama itu?Apapun jawabannya, aku tetap merasa begitu berat, walaupun ini bukan pertama kalinya aku memimpin orang banyak. Tercatat dalam sejarah hidupku, beberapa kepemimpinan, baik yang kecil maupun cukup besar. Namun, baru kali ini aku memimpin sebuah lembaga dakwah, yang tentunya sangat berbeda dengan pengalaman-pengalamanku sebelumnya. Banyak konsekuensi yang harus kutanggung saat menerima amanah ini. Yah, hidup memang pilihan, ketika aku memilih menjadi seorang amir lembaga dakwah, maka segala konsekuensinya pun harus ku terima.

Yang kutahu, seorang amir lembaga dakwah adalah contoh dan teladan bagi setiap muslim di lingkungan tempat lembaga dakwah tersebut berada. Kalau secara khusus BPI, maka amir BPI adalah teladan bagi mahasiswa/i muslim di FKG UI. Allahu akbar…kalau memang seperti itu, maka pertanyaan kembali muncul, apakah aku pantas menjadi yang demikian?

Aku teringat pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang ia pimpin”(HR.Muslim)

Maka terlintaslah rasa takut yang luar biasa, jika mengingat hari dimana semua akan dipertanggunggjawabkan di hadapan Allah. Ketika tangan, kaki, dan semuanya bersaksi terhadap apa dilakukan selama di dunia. Tak terkecuali tentang semua yang kulakukan selama menjadi amir BPI (baca:da’i). Apa yang akan kukatakan, jika Allah subhana wata’ala bertanya:

- Apakah engkau telah menyeru orang-orang di sekitarmu untuk mengesakanku dan menjauhi syirik?
- Apakah engkau telah menyeru orang-orang di sekitarmu untuk meneladani Rasulullah dan menjauhi bid’ah?
- Apakah engkau telah menyeru orang-orang di sekitarmu untuk taat dan menjauhi maksiat?
- Apakah engkau berdakwah dengan ikhlas?
- Apakah engkau melakukan apa yang telah kau seru?

Astaghfirullah, ampuni dan lindungi aku ya Allah…
Saat ini bisa dibilang aku masih dalam proses muhasabah panjang terhadap diriku sendiri, sebelum aku bisa mengevaluasi BPI dan dakwahnya. Aku tak mau menyalahkan siapapun, kecuali diriku sendiri. Sudahkah aku istiqomah di atas sunnah? Sebelum aku bisa mengajak orang lain untuk berjalan di atas sunnah itu. Karena istiqomah diatas sunnah memang berat, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Akan datang kepada umat ku suatu zaman di mana orang yang berpegang teguh kepada agamanya laksana menggenggam bara api”.(H.R. Tirmidzi, dari Anas bin Malik Radiallahu 'anhu)

Sudah hampir 3 bulan, kepengurusan ini berjalan, aku merasa masih sangat banyak kekurangan dalam dakwah BPI, dan banyak kekecewaan yang timbul. Mulai dari jumlah peserta pengajian yang sedikit (bahkan BPH dan pengurusnya pun masih enggan ikut pengajian BPI), dan lain-lain. Tapi seperti yang telah kukatakan, bahwa tidak ada yang akan kusalahkan kecuali diriku sendiri.

Aku tak ingin menjadikan BPI sebuah organisasi yang luar biasa, heboh, keren, eksis, atau bahkan bertaraf internasional seperti SALAM UI. Namun tujuanku cuma satu dan bisa dibilang susah-susah-gampang (banyakan susahnya), yakni memurnikan akidah, yang merupakan dasar yang paling penting dalam beragama. Sehingga pada akhirnya kita dapat membedakan 3 hal, yakni:
- Tauhid dan syirik
- Sunnah dan bid’ah
- Ketaatan dan kemaksiatan

Untuk mencapai tujuan itu, tentu akan sangat banyak rintangan dari musuh-musuh sunnah, baik dari kalangan orang-orang kafir, maupun dari kalangan orang-orang islam yang membenci sunnah. Tapi inilah dakwah, selalu ada tantangan. Dan tantangan ini pastinya belum seberapa dengan tantangan yang dihadapi oleh para Nabi dan Rasul. Maka tidak ada kata gentar dan putus asa…Allah bersama kita.

Aku memang bukan Amirul Mukminin, seperti Umar bin Khattab radiallahu ‘anhu, dan khalifah-khalifah setelahnya…Aku hanyalah manusia biasa, yang diberi tanggung jawab yang luar biasa…

Masih dalam hal introspeksi diri, aku teringat pada 3 hal yang akan selalu kita hadapi, yakni:
1. Hawa nafsu
2. Syetan
3. Dunia beserta isi dan keindahannya

Tiga hal inilah yang mungkin akan menjadi faktor predisposisi beratnya dakwah.Namun, seberat apapun dakwah ini, aku tetap terhibur dan bergembira, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Senantiasa ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah."(HR. Muslim)

Beliau juga bersabda:

"Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing."(HR. Muslim)

Aku berharap semoga aku BPI termasuk orang-orang yang terus memperjuangkan kebenaran, dan juga termasuk orang-orang yang asing, seperti hadits di atas.

Khatimah…
Saat ini tak ada yang kuinginkan selain dukungan dan doa dari teman-teman muslim, baik yang di BPI mapun di luar BPI, terhadap dakwah ini…
Kritik dan saran kalian akan sangat berharga… Barakallahu fiikum…

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar adalah benar, dan berikanlah kekuatan untuk mengikuti kebenaran itu. Dan tunjukkanlah kepada kami bahwa yang salah adalah salah, dan berikanlah kekuatan untuk mengingkari kesalahan itu.

Wallahu ta’ala a’lam bishawab…

Jakarta, 17 Rabi’ul awal 1430
23.55

3 komentar:

  1. mantap, tetap semnagt rul, kita hrus tetap yakin di saat saat sulit dan penuh rintangan dalm hidup kita, saat-saat dimana jika kita menguatkan hati kita, akan memebrika "perbedaan" kelak di hiudp kita.
    Insya Allah
    why.

    BalasHapus
  2. oke bro...terima kasih...istiqomah memang berat, apalagi sambil berdakwah....hikz :'-)

    BalasHapus
  3. assalamuablaikum,

    semangat akhi...
    barakallahufiik


    harsono
    FTUI08

    BalasHapus