Selasa, 17 Agustus 2010

The A-Team’s Initial Day

***
“We started working when we were in the air and we have not stepped foot in North Maluku.”
(Iroel and Bowo, on the sky between Makassar and Ternate)

Setelah melalui proses pembicaraan panjang melalui rapat, e-mail, YM, telefon, dan SMS, akhirnya The A-Team pun siap untuk berangkat ke Maluku Utara dan mengerjakan tugas pertamanya.

#Minggu, 18 Juli 2010#

Kampus FKG UI Salemba – 21.00 WIB
“Thank you ya Di”
“Iya, hati-hati rul”
“Oke, insya Allah, doakan kami ya”

Adi pun kembali ke kosan setelah menurunkanku di depan gedung A FKG UI yang tampak begitu gelap dan sepi. Aku pun langsung masuk menembus pintu kaca dan menyusuri koridor depan klinik integrasi yang sehari-harinya menjadi tempatku mengejar mimpi menjadi seorang dokter gigi. Pundakku masih kokoh menahan beban 19 kg dari tas carrier eiger amanda dablam 45 L, dan tanganku menjinjing tas export hitam, sambil terus menaiki anak tangga demi anak tangga menuju ruang BEM yang berada di lantai 4. Aku, rizu, bowo, ditto, dan eva berjanji untuk berkumpul di sini pada jam 9 malam ini untuk berangkat bersama ke bandara Soekarno-Hatta, sementara Risty, Ami, dan Hendro langsung ke bandara.

“Assalamu alaikum” kataku saat memasuki ruang BEM. “Walaikumussalam” jawab Eva yang sedang berbaring di sofa ruang BEM dengan suara serak, sepertinya dia sedang tidak sehat. “Mana yang lain?” tanyaku. “Bowo dan Ditto lagi makan dan ke rumah puteri ngambil surat, rizu belom datang”. Aku pun melihat beberapa koper dan tas yang tergeletak di lantai ruang BEM, pasti milik Bowo dan Ditto.

Setengah jam kemudian, Fifi dan Sandi yang akan mengantarkan kami ke Bandara telah datang. Uci yang juga akan mengantakan kami, belum muncul karena ada masalah di jalan. Selang beberapa menit, Rizu pun datang. Namun Ditto dan Bowo belum juga muncul, entah kemana dua orang ini.

“Rul, kita harus nurunin kardus yang bakal kita bawa, ada di gudang lantai 2” Kata Eva kepadaku.
“Yaudah, ada berapa kardus sih? Sini gue turunin”
“Ada 4 Kardus barang perlap, udah ada tandanya, nih kunci gudangnya” Jawab Eva sambil menyerahkan kunci gudang.

Akupun langsung menuju ke gudang yang merupakan bekas ruang dekan, membuka pintu kacanya, dan mulai memindahkan kardus yang akan kami bawa ke lantai 1. Ini tugas pertamaku sebagai tim advance. Huuf, tak terasa keringatku sudah mulai bercucuran. Yah, aku memang orang yang sangat mudah berkeringat. Empat kardus itu pun telah berhasil dipindahkan dari gudang.

Singkat cerita, kami pun berangkat menuju bandara internasional Soekarno-Hatta, dalam perjalanan sempat hujan deras, akupun berdoa semoga cuaca di langit nanti cerah, agar penerbangan kami aman. Sepanjang perjalanan, aku, Bowo, dan Ditto tidak henti-hentinya tertawa karena lawakan yang kami buat sendiri.

Bandara Internasional Soekarno Hatta – 23.00 WIB

The A-Team Berfoto Sebelum Berangkat (Photo By:Risty)

Sesampainya di Bandara, A-Team pun berkumpul, foto-foto sebentar, dan langsung masuk untuk check-in. Kami terbagi dalam dua flight yang berbeda, aku, rizu, bowo, eva, ami, dan ditto menggunakan pesawat Sriwijaya Air, sementara Risty dan Hendro menggunakan Batavia Air.

Ringtone Power Ranger tanda SMS dari Handhpneku berbunyi, Sharah, Project Officer Kersos 2010 alias bos besar kami, mengirim pesan untuk the A-Team:

“Kepada seluruh tim advance,tetap semangat,tetap berusaha,tetap berusaha,,insya Allah semuanya akan berjalan dengan lancar dan akan diberikan kemudahan..Jaga kesehatan dan keselamatan,gw ada buat lo 24 jam full,kl ada apa2 kabarin lgs ya.. Bismillah..Oiya,tlg kirimin nomer kalian disana..,sharah”

Dan satu pesan lagi, khusus untuk anggota A-Team pria:

Irul,ditto,hendro,bowo jagain tim advance yg cewek2 ya,ayo saling membantu,saling peduli.. Ditunggu kabar baiknya.. :)

“Baiklah shar, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk Kersos 2010, Coz We are the-A-Team, there is no Plan B!” Kataku dalam hati, untuk menyemangati diri. Sebelum menuju ruang tunggu, kami berkumpul sejenak untuk melakukan briefing terakhir. Yah, kami sadar tugas besar ada di tangan kami, maka kami tidak boleh main-main. Agenda dan juklak telah tersusun rapi, masing-masing kami telah memegangnya. Dipimpin oleh Risty kami pun membahasa lagi agenda yang akan kami kerjakan, sesampainya nanti di Maluku Utara. Kami semua duduk di lantai dengan alas duduk sendal/sepatu kami.

#Senin, 19 Juli 2010#

Bandara Internasional Soekarno Hatta – 00.00 WIB
Panggilan untuk memasuki ruang tunggu telah terdengar, kami pun masuk ke ruang tunggu masing-masing. Sriwijaya air berangkat pukul 00.30, sementara batavia air pukul 01.00. Sesuai jadwal itu, pada pukul 00.30, pesawat Sriwijaya Air yang kutumpangi bersama 5 orang anggota A-Team lainnya pun lepas landas. Pesawat ini akan transit di Bandara Hasanuddin Makassar terlebih dahulu. Berbeda dengan Batavia Air yang langsung menuju Bandara Sultan Baabullah Ternate.

Bandara Hasanuddin, Makassar – 04.00 WITA
Kami harus transit disini selama kurang lebih 20 menit, tak lupa kami mengabadikannya dengan foto-foto. Aku memberitahu bowo dan ditto untuk mengambil wudhu, karena kita akan shalat subuh di pesawat. Setelah wudhu, kamipun masuk ke ruang tunggu, dan hanya beberapa menit setelah itu, kamipun telah dipanggil lagi untuk masuk ke pesawat.

20 Menit di Bandara Hasanuddin, Makassar
(Photo by: Rizu)

On The Sky: Makassar – Ternate
Di pesawat, beberapa saat setelah lepas landas, aku dan bowo yang duduk bersebelahan shalat subuh berjama’ah. Ditto tidak ikut shalat bersama kami karena ia duduk agak jauh dari kami. Setelah shalat subuh, aku dan Bowo langsung membuka meja lipat dihadapan kami, mengeluarkan kertas dan pulpen, serta jukak acara kersos 2010. We started working when we were in the air and we have not stepped foot in North Maluku.Kami mulai menyusun alur transportasi, dan akan terus berkutat dengannya selama 7 hari kedepan, percaya atau tidak. Kami menyusun alur tersebut selama kurang lebih satu jam, dan itu sama sekali belum fix, karena masih banyak PR yang baru bisa terjawab ketika tiba nanti.

Pandanganku pun kulemparkan ke luar jendela, telah terlihat pulau-pulau kecil yang begitu indah. Pesawat pun mulai terbang dengan menukik dan berbelok, tanda sebentar lagi kita akan sampai.
“Pulau Ternate yang mana pak?” Tanyaku pada penumpang disampingku, ia adalah seorang bapak yang bekerja di Halmahera Selatan.
“Yang itu.” Tunjuknya pada sebuah pulau.
“Kalau Tidore?” Tanyaku lagi.
“Itu, yang persis di hadapan pulau Ternate”

Wah indah sekali pulau ini, aku jadi tidak sabar untuk cepat-cepat menginjakkan kakiku disana.

Bandara Sultan Baabullah, Ternate – 08.00 WIT

Aku, Bowo, dan Ditto, sesaat setelah turun dari pesawat di bandara Sultan Baabullah, Ternate (Photo by: Rizu)

Pesawat kami akhirnya mendarat di bandara yang kecil dan sederhana ini. Kamipun turun dari pesawat, kulihat pesawat Batavia Air telah parkir, yang berarti Risty dan Hendro telah sampai duluan. Kami kemudian berjalan meninggalkan pesawat menuju tempat pengambilan bagasi. Kami berdelapan berkumpul kembali. Setelah mengambil bagasi, kamipun keluar. Kami dijemput oleh drg.Kadri, seorang residen bedah mulut yang merupakan orang asli Ternate. Ia yang akan membantu kami selama di Maluku Utara. Mobil Avanza berwarna keemasan dengan plat nomor merah telah menunggu kami. Karena kapasitas mobil tidak cukup untuk memuat kami berdelapan ditambah barang-barang, maka harus dibagi dua kloter, karena Ladies First, maka tim cewek kami dahulukan. Aku, Bowo, Hendro, dan Ditto harus menunggu di depan Bandara.

Dari depan bandara ini, terlihat jelas pemandangan Gunung Gamalama (Bukan Dorce Gamalama yah!), sebuah gunung berapi yang masih aktif, indah sekali…

Gunung Gamalama, viewed from Bandara Sultan Baabullah
(Photo by: Me)

Udara panas dan lembab mulai terasa, aku sudah siap-siap dengan handuk kecil untuk menyeka keringat. Nyamuk-nyamuk pun mulai genit, sehingga bowo pun mengeluarkan krim mosquito repellent-nya, dan kami pun rame-rame memakainya. Ini untuk berjaga-jaga, karena maluku utara adalah daerah endemik malaria. Sebelum berangkat, kami juga telah meminum obat untuk profilaksis malaria.

Jemputan pun datang, dan kami pun dibawa ke rumah drg.Kadri. Di rumah drg.Kadri kami melepas lelah sejenak, sambil menikmati teh manis hangat dan bakpia yang disuguhkan kepada kami. Tidak sampai 15 menit, kami beristirahat, drg.Kadri berkata:

“Siapa yang bertugas di Tidore?”
Aku dan Rizu langsung mengacungkan tangan.
“Satu orang ikut saya sekarang ke Tidore, Irul aja, yuk, pake sepatu dulu.”

Masya Allah, padahal aku masih ingin beristirahat, tapi demi tugas, let’s go! Akupun segera melepas sendal outdoor eiger hitamku, dan kuganti dengan sepatu. Tak lupa aku membawa buku catatan kecil, dokumen-dokumen kersos, dan kamera poket yang dipinjamkan oleh Risty. Aku dan drg.Kadri pun segera menuju ke pelabuhan speedboat bastiong, diantar dengan mobil avanza yang tadi menjemput kami di bandara.

Pelabuhan Bastiong, Ternate – 09.00 WIT

Pelabuhan Bastiong (Photo By:Adisty SP)

Sesampainya di pelabuhan bastiong, speedboat warna-warni yang berjejer rapi serta kapal-kapal kecil telah menyambutku. Kami berdua pun langsung naik di salah satu speedboat yang akan mengantarkan kami ke Tidore. Speedboat pun bergerak, dengan akselerasi yang pasti ia terus melaju hingga mencapai kecepatan sekitar 50-60 km/jam. Speedboat ini digerakkan dengan dua mesin yang berada di bagian belakang, awak speedboat berada juga berada di belakang. Akupun terkesima dengan pemandangan alam yang disajikan tepat didepan mataku, laut, gunung, dan pulau-pulau yang indah. Pemandangan ini membuatku rindu pada kampung halamanku, Kendari. Dari rumahku di Kendari, aku bisa melihat hamparan teluk Kendari yang berjarak kurang dari 1 km di depan rumahku. Perjalanan ke Tidore hanya membutuhkan waktu 5-10 menit

Teluk Kendari
(source: http://alandbatara.files.wordpress.com/2009/08/kendari-alan-batara.jpg
)

Tidore – 09.15 WIT
Kami telah tiba di pelabuhan Rum, Tidore. Kamipun berjalan kaki menuju terminal yang tidak jauh dari pelabuhan, disini kamipun naik angkot. Angkot di Tidore maupun Ternate sangat jauh berbeda dengan angkot di Jakarta. Angkot disini memiliki tempat duduk yang menghadap ke depan dengan kapasitas 9 orang. Angkotnya pun full music dengan music player yang mengambil file musik dari CD-ROM komputer atau port USB.

Pelabuhan Rum, Tidore, terlihat Pulau Ternate
(Photo by:Me)

Tujuan kami adalah RSUD Soasio, kota Tidore Kepulauan. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih 45 menit, perjalanan yang begitu lama membuatku terkantuk-kantuk. Namun aku menahan diri untuk tidak tertidur, aku menikmati pemandangan di pulau Tidore sungguh menawan. Satu hal yang menarik dari pulau Tidore adalah banyaknya mesjid yang berjejer di sepanjang jalan, sehingga tidak salah jika temanku Adisty menjuluki pulau ini dengan pulau seribu mesjid. Ada banyak sekali kisah di pulau Tidore yang akan aku ceritakan nanti.

Kamipun sampai di RSUD Soasio, dan langsung menuju ke ruang direktur rumah sakit. Namun ternyata direktur RS sedang tidak ditempat dan akan kembali sekitar jam 12 nanti. Okey, sekarang masih jam 10.00, yang artinya dua jam lagi. Sembari menunggu, aku diajak oleh drg.Kadri ke poli gigi melihat-lihat aktivitas di sana. Aku pun duduk di kursi kayu yang berada di poli gigi. Saat itu, ada seorang pasien yang akan diekstraksi gigi molar pertama atas kanan-nya. Dokter gigi RSUD dibantu perawatnya pun meng”eksekusi”nya, aku dan drg.Kadri hanya menonton. Sesekali drg.Kadri memberikan anjuran kepada drg.RSUD yang aku tidak tahu namanya itu. Proses ekstraksinya berlangsung sekitar setengah jam, sepertinya kasusnya cukup sulit.

Di ruang poli gigi, aku sedikit terhibur karena melihat sesuatu yang cukup unik. Salah satu jendela di poli gigi ini, grendel kuncinya menggunakan kaca mulut. Aku tertawa dalam hati melihatnya, mungkin poli gigi rumah sakit ini sudah kelebihan kaca mulut.

Kaca Mulut yang Digunakan untuk Pengunci Jendela di Poli Gigi RSUD Soasio (Photo By:Me)

Pada pukul 11 lewat, drg.Kadri mengajakku makan siang di warung depan rumah sakit. Setelah itu, kami kembali ke ruang direktur RS. Kami memutuskan untuk menunggu direktur RS di ruangan ini. Saat itu kantukku sudah tak dapat ditahan lagi, ini karena aku sama sekali belum tidur sejak semalam, sejak berangkat dari kampus, di pesawat, hingga sampai di ternate. Akupun tertidur di sofa.

Pukul 12 kurang, aku terbangun, dan direktur RS pun telah datang, kamipun bersalaman dan memperkenalkan diri, setelah itu drg.Kadri bicara sebentar tentang pelaksanaan Operasi Cleft Lip dan Palate gratis yang akan dilaksanakan di rumah sakit ini. Pembicaraan itu hanya berlangsung sekitar 10 menit (lamaan nunggunya meeen), setelah itu kamipun beranjak dari RS, dan berjalan kaki menuju Dinkes Kota Tidore Kepulauan yang berada tidak jauh dari RSUD Soasio. Disini kami bertemu dengan pak Marwan, Contact Person wilayah Tidore yang selama ini berhubungan dengan panitia Kersos sebelum kedatangan kami. Pak Marwan memberitahu kamu bahwa besok pagi pukul 10.00 akan dilaksanakan rapat persiapan kegiatan Kersos di Kantor Kecamatan Tidore Utara. Disini kami dibertahu bahwa di Kecamatan Tidore Utara, yang akan menjadi tempat kegiatan Kersos wilayah Tidore, telah dibentuk panitia lokal. Aku sangat bersyukur dan senang mendengar berita itu. Ini berarti pekerjaanku di Tidore nanti akan jauh lebih ringan. Setelah itu kamipun naik angkot kembali ke pelabuhan Rum, dan naik speedboat kembali ke Ternate. Aku sempat tertidur lagi di angkot, zzzzzzzzz.

Ternate – 12.54 WIT
Baru saja aku menginjakkan kakiku di dermaga pelabuhan Bastiong, aku baru menyadari jika ada 2 sms masuk yang belum terbaca, ternyata dari Risty

Ka, udh makan blm ama drg.kadri? Ni udh nyampe mana? Kta pd kelaperan... [12.17.30]

Ka, blangin drg.kadri d, kta blm makan siang ni, laper, makan dmn ya? [12.54.30]

Astaga, ternyata mereka belum makan dan bingung mau nyari makan dimana. Aku pun memberitahu drg.Kadri. Drg.Kadri menyuruh mereka semua ke kantor walikota, kebetulan kami berdua akan menuju kesana juga, mereka akan makan siang di dekat kantor walikota.

Akupun membalas sms Risty:

Kita udah makan kok, ini udah di pelabuhan bastiong, kalian ke kantor walikota sekarang, kita juga mo kesana, nanti makan di dekat sana aja.

Aku dan drg.Kadri pun menuju ke kantor walikota dengan angkot. Sementara teman-teman yang lain juga menuju ke sana dengan menggunakan ojek.

Kantor Walikota Ternate – 13.30 WIT
Aku dan drg.Kadri sampai duluan. Drg.Kadri menemui seseorang di kantor walikota, sementara aku menunggu diluar, menanti teman-temanku yang kelaparan. Tak lama merekapun muncul dan menghampiriku. Aku kira hal pertama yang akan mereka tanyakan adalah dimana makan siangnya? Ternyata tidak, Risty menghampiriku dan bertanya, “kak, mo ngeprint kupon pengobatan dan sirkumsisi dimana?” Aku langsung terharu mendengarnya, ternyata mereka begitu berdedikasi dan lebih mementingkan kepentingan umum dibanding pribadi. Akupun memberitahu drg.Kadri dan ia mengantakan kami di salah satu ruangan yang komputer dan printernya dapat kami gunakan. Risty, Hendro dan Ami langsung menuju ke komputer itu dan mulai mem-print kupon. Ternyata cukup lama proses print-nya karena filenya harus sedikit diedit terlebih dahulu. Karena khawatir mereka semakin lapar, akupun mengambil alih tugas itu dan menyuruh mereka makan. Mereka bertujuh pun pergi ke warung makan, ditemani oleh drg.Kadri. Sementara aku menyelesaikan pengeditan kupon dan memprint-nya, sudah tak ada siapa-siapa di ruangan ini, kecuali aku dan seorang pegawai walikota, pemilik komputer dan printer yang kupakai.

Setelah selesai, aku pun pamit kepada bapak pegawai walikota itu dan mengucapkan terima kasih banyak. Ia pun berkata:”kalau ada yang mau diprint lagi, kesini saja”. Alhamdulillah, ia sungguh baik.

Akupun berjalan kaki menuju warung makan yang terletak tidak jauh dari kantor walikota, disana anggota A-Team dan drg.Kadri sedang menunggu pesanan makanan dan minumannya. Aku langsung bergabung dan memesan es teler untuk menghilangkan dahaga.

Beberapa cuplikan foto the A-Team di hari pertama
(Photos by: Hendro AS and Me)

Setelah makan, kami ke tempat fotocopi untuk memperbanyak kupon pengobatan dan sirkumsisi, dan setelah itu kamipun kembali ke rumah drg.Kadri.

Rumah drg.Kadri – 17.30 WIT
Badan ini rasanya gerah sekali, keinginan untuk mandi pun tak dapat ditawar lagi. Setelah mandi dan ganti baju, aku shalat zuhur-ashar dengan jama’ takhir dan qashar.

Ba’da maghrib, sekitar pukul 18.30, sambil ditemani pisang goreng, aku, bowo, ditto, ami, eva, dan hendro menomori kupon dan menandatanganinya. Sementara risty mengurus konsumsi dan melakukan pembicaraan dengan pihak PDGI tentang masalah seminar.

Drg.Kadri memberi tahu kami bahwa malam ini dan seterusnya selama di Ternate, kami akan menginap di rumah drg.Rustan, ketua PDGI kota Ternate, karena rumah drg.Kadri tidak cukup untuk menampung kami. Maka malam itu pun akhirnya kami dijemput dan diantar ke rumah drg.Rustan.

Rumah yang kami tempati adalah sebuah apotik dan tempat praktik drg.Rustan dan beberapa dokter umum. Terdapat dua kamar kosong di dalamnya. Tidak ada yang menginap di rumah ini. Rumah ini memang cuma rumah singgah bagi drg.Rustan dan istrinya. Drg.Rustan dan istrinya, keduanya berdarah makassar, maka tidak heran jika apotiknya diberi nama Makassar Farma.

Kedatangan kami di rumah ini disambut hangat oleh bu haji, istri dokter Rustan (kami tidak tahu nama aslinya), ia pun langsung mengarahkan kami menuju kamar yang akan kami tempati, ia juga memberi kami kunci rumah.

Kamipun memasuki kamar masing-masing, 1 kamar untuk cowok dan 1 kamar untuk cewek, beres-beres sedikit, dan merapihkan barang pribadi. Setelah itu acara pun berlanjut dengan makan malam.

Swering – Coto Time
Kami bersama drg.Kadri menuju ke swering, yakni kumpulan tempat makan yang berada di sepanjang pantai. Disini tersaji berbagai jenis makanan dari berbagai daerah di indonesia. Tempat ini kembali mengingatkanku pada kampung halamanku, di kendari juga terdapat tempat seperti ini, yang bernama Kendari Beach, sebuah pusat jajanan yang tereletak di sepanjang teluk Kendari.

Menunggu Coto Makassar (Photo by: Hendro AS and Me)

Kamipun memilih makanan, dan aku merekomendasikan coto makassar, semua A-team setuju. Aku sangat menikmati coto makassar malam ini, sudah lama sekali aku tidak makan makanan ini, bahkan aku juga menghabiskan punya ami yang kekenyangan. Wah, alhamdulillah…Makan malam ini cukup menjadi refresher orb atas kelelahan seharian ini. Setelah makan malam, kami kembali ke rumah (Apotik Makassar Farma).

Dan saat yang dinanti pun tiba, saat untuk beristirahat, yah, malam ini akupun tidur diatas sleeping bag-ku dengan lelapnya. Pekerjaan besok dan seterusnya telah menanti…

***bersambung***


1 komentar: