Jumat, 20 Agustus 2010

Waktu Itu Akan Datang

***
Tak terasa memang, waktu dengan begitu sombongnya membuang muka acuhkan kita, yang terus berlomba, adu cepat dengannya. Satu demi satu khalayak mimpi yang bersemi terputus dengan paksa atau keluar dengan selamat pada buaian yang dinantinya. Kegelisahan terasa mencekik dalam lipatan-lipatan perenungan. Dalam makna ada tanya, dalam tanya ada samar, dalam samar ada tenang, dan dalam tenang ada jawaban.

Aku disorot lampu-lampu kota impian, dengan sudut tak beraturan. Bayanganku ingin marah pada cahaya bias, bias sebias distraksi kata-kata yang terus mengalir, bak aliran darah segar di dalam arteri carotis, menggebu terbangkan pasir, pecahkan kawanan ombak, mengiris cakrawala dengan dentuman supersoniknya.

Teriaklah!teriak…
Di balik sunyi, diam inilah yang jadi teriakmu. Bahkan mutiaramu di dasar laut sana lirih mendengar, nyanyian cantiknya berbalas sapa dengan teriakmu. Ia berbisik dalam makna, sungguh jauh dari jawaban.

Mimpi ini begitu panjang, lelah, tak berujung, tak kenal jalur-jalur kerikil tajam, yang dengan mudahnya menghujam kulit-kulit yang kerja keras melawan sang alam, untuk hidup, untuk menghidupi, dan untuk memulai sebuah kehidupan.

Aku masih berdiri di depan sorot fokusmu, masih memperhatikan rudal-rudal keserakahan yang menghujam tanah negeri, masih melihat topeng-topeng palsu yang mencari mukanya yang hilang, masih melihat kehormatan-kehormatan yang dijual murah, dan masih melihat permata dalam cangkang yang tak tersentuh, tak tersentuh oleh siapapun, bahkan aku.

Dan aku masih berdiri di depan barisan ini, menggenggam erat bendera kemenangan, yang akan kutancapkan dipuncak nanti, tunggu aku,…karena waktu itu akan segera datang.

Salemba, 21 Agustus 2010
00.12 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar