Selasa, 19 Agustus 2008

Dua Hari yang Berbeda

***
Sorot lampu pijar berwarna kekuningan, remang-remang menerangi setiap sudut kamar ini. Aku telah merebahkan tubuhku di kasur tanpa sprei, tepatnya di rumah saudaraku di Bogor. Saat sedang menuliskan daftar pemasukan dan pengeluaran pribadi di notes kecil yang ku beli di Banjarmasin, tiba-tiba timbul niat untuk menuliskan hal-hal yang telah kualami sejak hari jum’at, sampai hari ini (ahad). Oh ya, ngomong-ngomong masalah membuat laporan keuangan pribadi. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak menjadi mahasiswa. Yah, menjadi mahasiswa menuntutku untuk hidup lebih teratur dan mandiri. Pada awalnya, aku membuat buku khusus, semacam buku kas untuk mencatat semua aktivitas keuanganku setiap hari. Namun mulai tahun 2008 ini, aku memanfaatkan aplikasi Microsoft Excel untuk mengatur keuanganku. Hal ini cukup membantu, karena aku tak perlu repot-repot menghitung, cukup menggunakan formula, seperti pada gambar di bawah ini:



Formula untuk baris paling pertama:

=C4



Formula untuk baris ke-2 dan seterusnya:
=IF(C5=0,E4-D5,E4+C5)



Di komputerku, aku menyimpannya dengan nama LKP08.xls, singkatan dari Laporan Keuangan Pribadi tahun 2008. Aku biasa membuat laporan keuangan harian setiap malam sebelum tidur. Namun terkadang aku lupa atau kecapekan, sehingga tidak membuatnya. Akibatnya aku harus membuatnya pada keesokan malamnyam atau bahkan 3 hari sampai seminggu setelahnya. Tentu saja itu sangat sulit karena aku harus mengingat-ingat aktivitas keuanganku yang telah lama berlalu. Hmm…kalau aku sudah putus asa tak bisa mengingat telah kupakai untuk apa uangku, kutulis saja “xxx”.

Oke, itu sedikit cerita tentang kebiasaanku. Silahkan menirunya, jika anda merasa ini adalah kebiasaan yang baik. Sekarang, lanjut ke intinya, kisahku selama dua hari ini:

Jum’at, 8 Agustus 2008

Ba’da Jum’at dan makan siang, aku menghabiskan waktu untuk membaca buku Be an Absolute Genius, karangan Sutanto Windura, hingga ashar.
Ba’da ashar, aku bersantai sebentar sambil minum teh panas dan makan roti tawar pandan yang kuberi keju dan susu kental manis cokelat. Minum teh juga merupakan salah satu kebiasaanku, karena menurutku ia bisa menenangkan pikiran, disamping manfaatnya sebagai antioksidan. Katanya sih, kandungan antioksidan secangkir teh itu lebih banyak dari yang dimiliki delapan buah apel. Hal ini tentu sangat bermanfaat, terutama untuk orang-orang yang tinggal di Jakarta, yang sehari-harinya sangat sering terpapar oleh polusi, pemicu radikal bebas.

Aktivitasku kulanjutkan dengan menghafal hingga pukul 17.30. Setelah itu, aku mandi dan shalat maghrib di mesjid Al-Muhsinin yang berjarak hanya 10 meter dari tempat kos-ku.

Ba’da maghrib, Gugun mengajakku untuk keluar. Katanya, Agus mau mentraktir kami. Aku pun mengiyakan, hitung-hitung mendinginkan kepala. Kami berenampun berangkat: Aku, Gugun, Faiz, Opiq, Agus dan Yaqub. Kami menggunakan mobil Opiq, namun Agus yang menyetir. Tujuan kami adalah Muara Karang / Muara Angke. Waw…kebetulan sekali, sudah lama aku tak makan seafood.

Setibanya disana, kami terlebih dahulu membeli hewan-hewan laut mentah. Kami membeli ikan baronang, lobster kecil, kepiting, dan kerang hijau. Setelah itu, barulah kami menuju ke salah restoran yang berjejer di situ dan memberikan hewan-hewan laut yang lucu-lucu tadi untuk dimasak.

Kami pun makan dengan lahapnya. Alhamdulillah.
Namun yang mengecewakan, ternyata lobster kecil tadi tidak ada dagingnya. Huuh, sepertinya kami tertipu.

Aku tiba kembali di kosan sekitar pukul 23.30, aku langsung shalat isya dan tidur.

Oh ya, ditengah perjalanan menuju Muara Karang, aku sempat chatting melalui handphone dengan Wahyu, teman SMA-ku yang sekarang kuliah di IPB. Sama sepertiku, ia merupakan seorang penuntut ilmu syar’i. Aku sangat kagum padanya karena ke-istiqomah-annya yang sangat stabil sejak dulu (jangko GE-ER bos ^_^). Ia memberitahuku bahwa besok pagi ada pengajian akbar bersama Syeikh dari Timur Tengah di Mesjid Al-I’tishom, mesjid yang belakangan ini sering aku kunjungi setiap sabtu pagi hingga ba’da dzuhur untuk mengikuti pengajian rutin. Pekan lalu, pengajian di mesjid itu sempat diliburkan, karena ada Dauroh Akbar di Yogyakarta yang mendatangkan empat syeikh dari Timur Tengah.

Setelah mendapat informasi dari Wahyu, aku pun berencana ingin mengikutinya. Kapan lagi bisa mendapat ilmu dari Ahlul Ilmi yang telah datang dari jauh.

Sabtu, 9 Agustus 2008

Aku pun berangkat ke mesjid Al-I’tishom, yang terletak di jalan Jenderal Soedirman, tepatnya di dekat gedung BNI Dukuh Atas. Aku diantar oleh Faiz dengan menggunakan sepeda motor.

Setibanya di mesjid, aku sedikit melihat-lihat buku-buku yang di jual di halaman mesjid, yang mulai penuh oleh para thalibul ilmi, kemudian aku pun mengambil wudhu.



Wahyu telah datang, kami pun ngobrol sebentar, sebelum akhirnya masuk ke ruang utama mesjid. Seperti yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kami terlebih dahulu melakukan shalat tahiyatul masjid 2 rakaat. Setelah itu kami pun mengambil tempat untuk duduk.

Ada dua syekh yang akan mengisi pengajian hari ini, yakni:

Asy-Syaikh Dr. Khalid azh-Zhafiri (Kuwait)
Asy-Syaikh Abdullah ibn Shalfiq azh-Zhufairi (Saudi Arabia)

Syekh masih dalam perjalanan, sehingga kami harus menunggu sekitar setengah jam, sampai syekh pertama datang. Tepat jam 10, Syekh Abdullah ibn Shalfiq azh-Zhufairi pun datang, bersama beberapa orang ustadz. Ia langsung shalat tahiyatul masjid, kemudian duduk menempati tempat yang telah disediakan. Penerjemah duduk di sampingnya. Mesjid telah penuh sesak, hampir tak ada celah. Aku sangat kagum pada semangat thalibul ilmi ini untuk menuntut ilmu syar’i. Subhanallah.

Syekh pertama ini memberi nasehat kepada seluruh ikhwan, inti dari ceramahnya adalah tentang tauhid. Walaupun aku tak paham apa yang beliau sampaikan, kecuali melalui penerjemah, tapi mendengar dan melihat seorang ahlul ilmi berbicara, sungguh sangat menenangkan hati. Aku jadi ingin bertemu dengan ulama-ulama salaf kontemporer, seperti Syekh Albani, Syekh Utsaimin, Syekh bin Baaz, , dan lain-lain. Sayangnya mereka telah berpulang ke Rahmatullah. Kalau saja mereka masih hidup, mungkin merekalah yang akan datang saat ini.

Ceramah dari Syekh Ibn Shalfiq berakhir pada pukul 11.30. Setelah itu pengajian di break sampai ba’da dzuhur. Aku kemudian makan siang lalu shalat dzuhur berjama’ah.

Ba’da dzuhur, pengajian pun dilanjutkan oleh syekh kedua yakni Syekh Khalid azh-Zhafiri, asal Kuwait. Inti ceramahnya juga mengenai Tauhid dan nasehat-nasehat untuk para penuntut ilmu syar’i. Seperti syekh pertama, syekh kedua ini juga tak lupa mengingatkan kami untuk berhati-hati terhadap perkara-perkara bid’ah, karena “setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, dll)

Aku sangat kagum pada kedua syekh ini, saat berceramah, mereka tidak memegang sebuah kitab pun atau bahkan sehelai kertas pun. Mereka begitu fasih dalam berbicara, tanpa tersendat sedikitpun. Setiap ayat dan hadits yang mereka ucapkan telah dihafal di luar kepala.

Setelah ta’lim, aku langsung menuju ke Depok untuk mengikuti acara Simba (Silaturahmi Mahasiswa Baru) yang diadakan BPI (Badan Pengkajian Islam) FKG UI. Acara ini diadakan di Mesjid Ukhuwah Islamiyah (MUI), kampus UI Depok. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun untuk menyambut mahasiswa baru muslim. Hmm…namun ketika aku menjadi mahasiswa baru, aku tidak mengikuti acara ini.



Aku tiba kembali di kosan sekitar jam 9 malam.

Dua hari ini aku mendapat dua pengalaman baru, yang pertama: makan seafood di tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Cukup menarik memang, tapi mungkin tak begitu penting, yang paling penting adalah pengalaman kedua, yakni ta’lim dengan dua orang Syekh, Ulama yang datang jauh-jauh untuk menghilangkan dahaga para pencari ilmu syar’i. Semoga Allah merahmati mereka.

Terakhir, aku ingin memperingatkan kepada kita semua untuk tiada henti-hentinya menuntut ilmu, melalui hadits berikut:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , katanya: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat, dilaknat pula segala sesuatu yang ada di dalamnya, melainkan berzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim serta orang yang menuntut ilmu."

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
(Dikutip dari kitab Riyadushalihin, Al-Imam Nawawi, Hadits ke-475)

Wallahu A’lam Bishawab

Bogor, 10 Agustus 2008, Pukul 23.00
Ruang BEM FKG UI, 19 Agutus 2008, Pukul 14.28

2 komentar:

  1. Masya Allah, rul...
    kao itu ada sj ko tulis, he3, tp sa minta itu yg salafi databs nah, mau s coba, td sore udah s ktmu pa nafa, di bogor..

    oh iya, s mo tanggapi, tuilsan mu, ad yg kurng tu rul, maslha ko ketmu safaat, he3,,, ko nda kaget ka ketmu safaat,,,,

    salam akhi, smga Allah menjagamu..
    eh iyo, jaga2 ko adeknya onal ktnya ^_^

    BalasHapus
  2. Subhanallah...
    terima kasih, Yaa Rabb!!
    Engkau telah memberikan teman baru yang begitu hebat sekali.. T_T
    [Irul, lw sangat berakhlakul mahmudah, geri saluuut cokluut lagi deh, semoga selamat dunia akhirat yah, amien]
    Lw membawa hikmah, gw jadi terinspirasi, sekarang kerinduan gw yang udah lama gak kesampean untuk mendalami ilmu islam lagi (setelah dulu semester satu disuguhkan dengan pelajaran agama), akhirnya bisa gw realisasikan!!!
    Hihi.. gw lagi baca Dienul Islam!! Dulu kalo baca2 buku islami, seringan influence sama yang jin2 gituh... xB

    Thanks banget yaah!!!! :D
    Syukron.

    BalasHapus