Minggu, 16 November 2008

Back to ta'lim...Alhamdulillah

***
Akhirnya, setelah vakum sekitar 2 bulan dari menuntut ilmu syar’i, Alhamdulillah Allah masih memberiku kesempatan pagi ini untuk kembali ke riyadushalihin, majelis ilmu syar’i yang mulia. Kembali ku mengingatkan untuk diriku sendiri, dan siapapun yang membaca tulisan ini tentang keutamaan menuntut ilmu syar’i:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , katanya: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat, dilaknat pula segala sesuatu yang ada di dalamnya, melainkan berzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim serta orang yang menuntut ilmu."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga”(HR.Muslim)

Ta’lim terakhirku sebelum ini ialah pada tanggal 9 agustus 2008, ketika 2 orang syeikh datang memberikan nasehat, dan itu telah kuceritakan pada posting-ku yang sebelumnya. Selama 2 bulan ini aku hanya belajar sendiri dari buku-buku, e-book, dan rekaman-rekaman ceramah yag kusimpan di laptopku.

Aku tiba di mesjid Al-I’tishom sekitar pukul 09.15, ceramah pertama telah dimulai. Setelah berwudhu dan shalat tahiyatul masjid, aku langsung bergabung di majelis yang belum terlalu ramai. Aku duduk dua baris di depan ustadz Abu Ayyub yang sedang membahas kitab Al-Qawa’idul Arba, karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Kitab ini membahas 4 kaidah dalam mengenal kesyirikan. Mengenal disini bukan berarti untuk mengamalkannya, namun agar kita berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalamnya. Hal ini tentu sagat penting, mengingat syirik merupakan dosa yang paling besar, yang dapat mengeluarkan kita dari islam.

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisaa:116)

"Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13)

Saat aku datang, pembahasan baru sampai pada kaidah pertama. Aku tidak merekam ceramah ini, karena aku tidak mendapatkan awalnya. Sehingga aku memutuskan untuk mencatatnya saja. Aku jadi teringat perkataan imam Syafi’i, yang kurang lebih maknanya seperti ini:

Ilmu itu adalah buruan, dan tulisan adalah pengikatnya. Alangkah bodohnya orang yang menangkap hewan buruan, kemudian tidak mengikatnya, tentu hewan buruannya akan lari.

Adapaun 4 kaidah itu (yang sempat kucatat) adalah:
1. Kesyirikan yang terjadi pada zaman Rasulullah bukan pada masalah rububiyah Allah. Karena kaum musyrikin pada zaman itu mengakui bahwa Allah lah yang menciptakan dan mengatur segala sesuatunya.

2. Kaum musyrikin pada zaman Rasulullah menganggap bahwa sesembahan-sesembahan mereka selain Allah, bisa mendekatkan mereka kepada Allah, dan bisa memberi mereka syafaat. Dengan kata lain, kesyirikan mereka terletak pada masalah uluhiyah. Mereka menganggap ada sesembahan lain yang berhak diibadahi selain Allah, dan mereka menjadikan sesembahan-sesembahan mereka itu sebagai perantara dalam berhubungan dengan Allah.

3. Pada zaman Rasulullah  , sesembahan-sesembahan kaum musyrikin berbeda-beda dan beranekaragam. Ada yang menyembah poho, patung, nabi, malaikat, dll. Semua dari mereka disamakan dan tidak dibedakan hukumnya, karea Allah tidak meridhai kesyirikan dan tidak melihat siapa yag menjadi tandingannya.

4. Kesyirikan di zaman sekarang lebih parah dibanding pada zaman Rasulullah  . Karena:

- pada zaman itu, mereka beribadah kepada selain Allah hanya dalam keadaan lapang, sedangkan dalam keadaan sempit, mereka kembali beribadah kepada Allah. Sedangkan pada zaman sekarang, kaum musyrikin beribadah kepada selain Allah dalam keadaan lapang maupun sempit
- Kesyirikan jaman sekarang bukan hanya pada masalah uluhiah, tapi telah mencapai pada masalah rububiyah Allah
- Kesyirikan pada zaman dahulu menyembah orang-orang yang saleh. Sedangkan pada zaman sekarang, tidak peduli dia orang saleh atau bukan, tetap saja disembah

Setelah pembahasan tersebut, ta’lim dilanjutkan dengan pembahasan kitab fiqih bulughul maram, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqalani, yang dibawakan oleh ust. Ibnul Mubaraq yang membahas masalah nikah, dan ust. Abdul Barr yang membahas hal-hal yang membatalkan wudhu, dalam hal ini adalah darah istihadlah, yakni darah yang keluar dari kemaluan wanita, yang bukan darah haid atau nifas. Hal ini berdasarkan hadits nomor 73 dalam kitab ini, yakni:

'Aisyah رضي الله عنها berkata: Fathimah binti Abu Hubaisy datang ke hadapan Nabi
صلالله عليه وسلم seraya berkata: Wahai Rasulullah, sungguh, aku ini perempuan yang selalu keluar darah (istihadlah) dan tidak pernah suci, bolehkah aku meninggalkan shalat? Rasul menjawab: "Tidak boleh, itu hanya penyakit dan bukan darah haid. Apabila haidmu datang tinggalkanlah shalat dan apabila ia berhenti maka bersihkanlah dirimu dari darah itu (mandi) lalu shalatlah." (Muttafaq Alaihi)

Pembahasan dari ust.Ibnul Mubaraq tadinya ingin kurekam, namun ternyata aku lupa menekan tombol record, sehingga tak ada yang terekam sama sekali. Kesalahanku itu tak kuulangi saat pembahasan oleh ust. Abdul Barr, sehingga aku berhasil merekamnya dengan sempurna. Bagi anda yang ingin mendegarnya, khususnya wanita, silahkan:


download disini


Sedangkan, kalau mau kitab bulughul maram versi e-book (terjemahan), anda bisa mendapatkannya di salafidb, yang telah kujelaskan di posting sebelumnya, anda bisa mendowloadnya dari link di posting tersebut, atau langsung saja Download disini

Oke, kembali ke ceritaku. Setelah ta’lim selesai dan shalat dzuhur, aku melihat-lihat buku yang dijajakan di sekitar mesjid, aku membeli 3 buku, buku pertama yang kubeli adalah buku yang telah lama aku cari,yakni: “Beda Salafi Dengan Hizbi:Memang Beda, Kenapa Sama,” yang merupakan bantahan terhadap buku: “Beda Salaf Dengan Salafi:Harusnya Sama, Kenapa Beda?


Tentunya ini buku yang sangat menarik, dan perlu dibaca, karena di dalamnya terdapat klarifikasi dan pelurusan terhadap fitnah-fitnah dan tuduhan terhadap salafiyyun yang dilontarkan penulis buku Beda Salaf Dengan Salafi (BSDS) yang tidak bertanggung jawab.

Aku mencari buku Beda Salafi Dengan Hizbi disebabkan oleh adanya oknum yang menyerang salafiyyun di kampusku (FKG UI) melalui milis dengan ber-hujjah-kan buku BSDS yang penuh dengan syubhat itu. Untungnya, alhamdulillah, Allah masih memberi kami kekuatan untuk menegakkan hujjah yang haq, dan serangan itu dapat kami bantah dengan hujjah yang syar’i dan ilmiyah. Aku berharap oknum itu mau membaca buku ini, agar tidak lagi terjebak dalam syubhat yang mengerikan.

Buku kedua yang kubeli adalah buku terbitan baru, yang berjudul Mayat-Mayat Cinta (Sebuah Risalah Penegur Jiwa). Hmm…mendengar judulnya, anda pasti teringat akan novel best seller karangan Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-Ayat Cinta. Ya, anda tepat, buku ini berisi diantaranya: paradigma cinta dari perspektif syariat islam yang shahih, tingkatan-tingkatan cinta, obat dan terapi menghilangkan trauma-trauma cinta, kisah-kisah tragis para pemuja cinta, dan nasehat terhadap Habibirrahman El-Shirazy, khusunya tentang isi novelnya. Penasaran? Tunggu resensiku segera. Atau kalau nggak sabar, silahkan beli bukunya =).


Buku ketiga yang kubeli adalah “Adakah bid’ah hasanah?” karya Abdul Qayyum bin Muhammad bin Nashir As Sahaibani. Buku yang juga sangat baik, tentunya dalam membantah syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh Ahlul bid’ah, yang mengatakan adanya bid’ah hasanah, untuk membenarkan perbuatan mereka yang gemar mengerjakan bid’ah. Padahal telah jelas keterangan dari Rasulullah :


“Seburuk-buruknya perkara adalah perkara yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesasatan tempatnya di neraka.“(HR.Tirmidzi, Nasa’i, dll)

Dari Ummul mukminin, Ummu 'Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak". (Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”)
Dan dalil-dalil lain yang bisa dibaca dalam buku ini. Semoga Allah menjaga kita dari perkara-perkara bid’ah dalam agama.

Oh ya, ini adalah kali ke dua aku membeli buku ini. Sebelumnya aku telah membelinya, namun dihilangkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Wallahu ta’ala a’lam, menurutku itu adalah kehilangan yang disengaja. Semoga saja orang menghilangkannya bukan bermaksud untuk menjauhkan orang-orang dari petunjuk yang haq.

Walhamdulillah, inilah pengalaman dan pengetahuan yang dapat kubagi pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Barakallahu fiikum.

15 November 2008
Pukul 23.00

6 komentar: