Minggu, 03 Juli 2011

The A-Team’s #3rd Day: Unclear to The Max

***
Rabu, 21 Juli 2010

Pagi ini kami kembali memulai pekerjaan dengan kelompok-kelompok kecil:
  • Aku dan Rizu akan ke Tidore untuk memastikan kembali persiapan acara di sana
  • Hendro dan Bowo mengurus transportasi di dinas sosial dan pariwisata
  • Risty dan Eva mengurus akomodasi, konsumsi, dll
  • Ami dan ditto akan berangkat ke Halteng
Setelah sarapan dengan nasi + ikan cakalang yang dibelikan oleh para A-Team cewek, aku dan Rizu langsung menuju pelabuhan bastiong dan menyebrang ke Tidore.

Tidore
Sekitar pukul 10.00 WIT

Aku dan Rizu menuju ke Puskesmas Ome, di sana kami kembali bertemu dengan Bu Jannah, Pak Agus dan dr.Nalar untuk mengkonfirmasi segala hal yang kami rasa belum fix. Secara umum semuanya telah siap sekitar 80% dan untuk saat ini, Tidore-lah wilayah yang paling siap dan fiz dibanding 3 wilayah lainnya, mengingat A-Team untuk 3 wilayah lainnya belum menuju ke lokasi masing-masing. Setelah urusan di Puskesmas selesai, kami harus pergi ke guest house tidore. Tempat ini akan menjadi tempat penginapan dosen-dosen supervisor dan residen bedah mulut yang bertugas di Tidore. Cukup banyak dosen dan residen yang akan bertugas di Tidore, karena operasi cleft lip/bibir sumbing dilakukan di RSUD Soasio, Tidore. Aku dan Rizu harus mengecek tempat penginapan tersebut untuk memastikan kapasitas serta jaraknya dari pusat acara di Desa Rum dan Ome.

Setelah ditunjukkan jalan menuju guest house oleh Pak Agus, aku dan Rizu pun langsung menuju ke TKP menggunakan angkot. Ternyata jarak ke guest house cukup jauh dan memakan waktu sekitar 30 menit, aku sempat terkantuk-kantuk di angkot. Sesampainya di guest house kami sungguh terkesima. Guest house ini berada di ketinggian, dan kurang lebih 500 m di depannya adalah laut yang sangat indah, sehingga pemandangan dari guest house ini, is so so so perfecto.

Guest House Tidore (Photos by:Rizu)

Huh, sayang sekali ini bukan liburan dan tentu saja aku tidak bisa tinggal dan menikmati guest house ini, yah semoga lain kali deh (*berharap*). Kamipun menemui penjaga guest house dan memperkenalkan diri. Kedatangan kami di guest house ini telah mendapat izin dari camat Tidore Utara, pak Anshar, jadi kami cukup tenang dan pastinya dapat diterima dengan baik. Kamipun menanyakan segala sesuatu tentang guest house ini, sambil berkeliling melihat dan mengecek kamar-kamar dan fasilitasnya, dan tak lupa kami mengambil gambarnya dengan kamera. Fasilitasnya sangat lebih dari cukup, namun aku sedikit khawatir kapasitas kamarnya tidak mencukupi, karena dosen dan residen yang cukup banyak. Paling tidak, mereka bisa merasa kurang nyaman karena harus tinggal dengan kondisi crowded. Yah tapi apa mau dikata, hanya ini tempat yang layak untuk dosen di Tidore, semoga mereka tidak complain.
Setelah mengecek isi guest house, kami berdua sedikit bermain-main di halamannya dan tak lupa foto-foto dengan latar laut yg indah. Setelah itu kami pun mohon pamit dan langsung menyebrang ke depan guest house dan berjalan mengikuti jalan menurun menuju pinggir pantai. Disini kami berjalan-jalan sedikit sambil menikmati pemandangan pantai, dan pastinya tak lupa untuk foto-foto, hehe :D.

Pantai Depan Guest House Tidore (Photo by:Rizu)

Setelah puas melihat-lihat pantai, kamipun kembali ke desa rum untuk mengurus konsumsi di rumah pak H.Yusuf, tempat kami memesan makanan selama berlangsungnya kegiatan. Kami pun naik angkot dan turun di depan kantor kecamatan. Sebelum ke rumah H.Yusuf, mata kami tertuju pada pantai yang berada di depan kantor kecamatan, karena penasaran, kamipun ke situ. Termyata ia adalah pantai batu, pemandangannya cukup indah, namun sedikit tak terawat, disana juga ada lapangan rumput. Dan sekali lagi kami tak lupa untuk foto-foto. Kami berencana akan mengadakan acara bersama warga di tempat ini nantinya.

Pantai depan Kantor Kecamatan Tidore Utara (Photos by:Rizu)

Setelah itu kamipun berjalan kaki menuju rumah pak H.Yusuf yang berjarak sekitar 100 meter dari kantor kecamatan. Namun kami kurang beruntung karena rumah pak H.Yusuf kosong dan telfonnya tak dapat dihubungi. Karena sudah lapar, ditambah waktu sudah menunjukkan sekitar jam 1, plus cuaca mulai agak mendung, maka kamipun memutuskan untuk pulang. Dan terjadilah sebuah kebodohan, aku dan rizu memutuskan untuk berjalan kaki menuju pelabuhan Rum yang jaraknya sekitar 3 km, alasannya karena kita tidak ada uang kecil untuk bayar angkot. Hehehe, dan akhirnya kamupun berjalan kaki sambil menahan lapar dan haus. Beruntung di tengah jalan ada warung sehingga kami sempat membeli air mineral dingin untuk menghilangkan dahaga, hingga akhirnya melanjutkan jalan kaki ke pelabuhan Rum.

Jalan di Tidore yang Aku dan Rizu Tempuh dengan Berjalan Kaki (Photo by:Rizu)

Sesampainya di pelabuhan Rum, aku sedikit ragu untuk naik speed boat melihat cuaca yang tidak begitu baik, namun karena sudah sangat lelah, kamipun tak menunggu lebih lama lagi dan langsung naik speed boat menuju Ternate.

Ternate
Sekitar pukul 14.00 WIT


Kami tiba di pelabuhan Bastiong dan langsung naik angkot menuju markas A-Team (Apotik Makassar Farma/Rumah drg.Rustan), namun di tengah jalan, Bowo, Hendro dan drg.Kadri naik di angkot yang kami tumpangi secara tidak sengaja, ternyata mereka akan pergi ke Mal Ternate untuk makan siang, maka aku dan Rizu pun ikut dan tidak jadi kembali ke markas.


Mal Ternate terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta. Kami berlima menuju ke food court dan makan siang. Walaupun rasa makanannya terbilang pas-pasan dan tidak sesuai dengan harganya, kami tetap menikmatinya. Ada hal yang cukup lucu dari makan siang kami ini, Bowo memesan makanan yang bernama Mie Baso dengan harga Rp.15.000, setelah makanan itu datang, alangkah terkejutnya kami karena makanan itu hanya berupa indomie rebus yang diberi beberapa buah baso, sungguh memprihatinkan =)).

Bowo yang Sedang Menikmati "Mie Baso" (Photo By:Rizu)

Di tengah-tengah makan siang kami, Risty menelepon menanyakan posisi kami, ia dan Eva pun ingin menyusul ke sini. Mereka berdua pun datang, memesan makanan, dan makan siang. Setelah semuanya selesai makan, kami kembali ke markas A-Team dalam kondisi cuaca yang hujan.

Makan Siang di Mal Ternate (Photo By:Rizu)

Markas A-Team
Sekitar pukul 17.00 WIT


Kami kembali ke markas, dan kini kami tinggal ber-enam, karena Ami dan Ditto telah berangkat ke wilayah mereka, yakni Weda, Halmahera Tengah. Kepergian mereka tentu akan menambah beban kerja kami di Ternate, tapi memang sudah begitulah seharusnya. Dan entah mengapa, aku merasa akan menjadi A-Team terakhir yang meninggalkan Ternate.

Sore itu kami mendengar kabar bahwa hari ini telah terjadi dua kali gempa bumi di Ternate, namun tak ada seorang pun dari A-team yang merasakan dan menyadarinya. Akupun iseng menulis tweet di twitter yang berbunyi:

“ Lah?ada gempa ya di ternate? Gw ga ngerasa apa2. Apa krn getaran hatiku lbh kencang? =))”

Kontan saja tweet ini mengundang Reply dan Retweet kocak dari teman-teman follower. Hahaha, tapi lumayanlah untuk mengusir rasa lelah dan penat.

Malam Hari
Aku, Eva dan Rizu ditugaskan ke kantor gubernur lama yang terletak di dekat Swering, untuk bertemu dengan Pak Hasyim, protokoler gubernur, untuk membicarakan masalah acara pembukaan. Sebagai informasi, ibukota provinsi maluku utara dahulu berada di kota Ternate, namun sekarang dipindahkan di Sofifi yang berada di pulau Halmahera. Itulah mengapa, tempat yang kami datangi ini disebut kantor gubernur lama.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, kamipun bertemu dengan pak Hasyim, dan ketidajelasan kembali muncul setelah kami mendengarkan pernyataan dari pak Hasyim, yakni: Panitia Kersos katanya belum mengirimkan surat resmi ke gubernur untuk acara pembukaan, sehingga kami diminta untuk segera membuatnya, dan harus dikirim besok. Selain hal itu, tak ada lagi kabar yang jelas yang kami dapat dari beliau.

Maka kamipun kembali ke markas dengan membawa kabar buruk bagi A-Team dan juga untuk para panitia yang masih berada di Jakarta. Kamipun diberi PR baru dan dipaksa untuk memutar otak lebih keras lagi.

Aku, bowo, dibantu Hendro langsung menyusun alur transportasi yang baru, dengan perubahan yang cukup signifikan. Namun tak hanya alur transportasi yang harus kami pikirkan, namun juga sarana transportasi-nya itu sendiri, karena sampai detik ini, kami belum mendapatkan sebuah bus pun. Saat itu akupun menulis tweet:

“Utk para panitia kersos:saat ini kami sangat membutuhkan doa dan dukungan kalian.”

Berbagai dukungan moril pun berdatangan melalui twitter, dan itu cukup membuat perasaanku sedikit tenang. Kami bertiga menyusun alur transportasi yang baru hingga dini hari, dan sekaligus melakukan simulasi alur transpor menggunakan kertas-kertas dan tutup botol aqua untuk menggambarkan mobil, bus, dan tempat. Saat itu aku pun kembali menulis tweet:

“jam segini msh simulasi transport kersos bersama bowo dan hendro”

“tak pernah bosan menikmati malam di ternate bersama bowo bergulat dgn berlembar lembar kertas bertuliskan alur transport!”


Akankah ada keajaiban yang memudahkan tugas kami, ditengah ketidakjelasan yang kami alami? Nantikan kelanjutannya…

***bersambung***

4 komentar:

  1. enak aja aku sama ditto ngerepotin! Huahahaha aku juga kan kerjaaa di Halteng! Kangeeen seru-seru-susah-galau-asik-ribet di Ternate bersama A-Team!!!

    BalasHapus
  2. Hahaha, maksudnya kite2 yang di Ternate beban kerjanya jadi bertambah gara2 lo pergi,,,tapi mo gimana lg, emg harus kyk gitu, kalo gak urusan di daerah masing2 juga ga selese..hehe

    BalasHapus
  3. Halo bang. Saya dan sekolah mau ke tidore. Saya mau tanya, itu nama guesthouse nya apa ya? boleh minta info tentang tidore lebih lanjut gak? kami benar2 buta tidore.

    Makasih bang :)

    BalasHapus
  4. itu guest house punya pemda Tidore, namanya saya gak tau. Waktu itu kami dapat link-nya dari camat Tidore Utara. Kalo mau saya bisa kasi nomer teleponnya. Kasi e-mail aja, biar saya kirimkan nomernya lwt e-mail

    BalasHapus