Sabtu, 31 Juli 2010

Pulau Seribu Masjid

***
Kupandangi setapak-setapak di atas laju angin
Buatku kagum dan terpesona
Pada untaian-untaian mutiara putih
Berbaris rapi susuri hati
Ditemani seruan agung yang bersahut-sahutan
Memanggil dan mencari
Mutiaraku
Yang jauh disana
Seberangi lautan indah dan gunung menjulang
Kini…
Disini…
Di pulau seribu masjid ini
Kuluapkan cintaku, untuknya…

Ditulis di Pulau Seribu Masjid (Tidore),
pada akhir-akhir kegiatan Kersos 2010 FKG UI
Tanggal 29 Juli 2010
Pukul 06.56 WIT

Pulau Maitara (Kiri) dan Tidore (Kanan)

Minggu, 11 Juli 2010

Gigi Geraham: dalam Tinjauan Islam dan Ilmu Kedokteran Gigi

***
بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh: Amirul Ihlas Hiroshi, SKG

Percaya gak kalau 14 abad yang lalu, jauh sebelum ilmu kedokteran gigi modern diperkenalkan, sudah ada manusia yang mengetahui rahasia dibalik gigi geraham atau dalam ilmu kedokteran gigi dikenal dengan gigi molar. Yah, dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam sebuah hadits:

Dari Abu Najih, Al ‘Irbad bin Sariyah ra. ia berkata : “Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya ,"Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat" Rasulullah bersabda, "Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta'at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu sesat."
(Diriwayatkan oleh Tirmidzi No.2600, Ibnu Majah No.42, Ahmad No.16521, Ad-Darimi No.95, Abu Daud No.3991)

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada sunnahnya dan sunnah para khulafaur rasyidin, dan kita diperintahkan untuk menggigit sunnah itu dengan gigi geraham.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: yang dimaksud dengan mengigit dengan geraham adalah berpegang dengan kuat (pada sunnah tersebut, pen). Apabila seseorang ingin memegang sesuatu (dengan kuat, pen), dengan giginya, maka ia pasti akan mengigitnya dengan gigi geraham, karena gigi geraham adalah gigi yang paling kuat (Syarah Arba’in An-Nawawi 1/222).

Maka dari hadits tersebut, terlihat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui bahwa gigi geraham adalah gigi yang paling kuat. Hal itu pun telah terbukti dalam ilmu kedokteran gigi.

Secara sederhana, gigi molar dianggap gigi yang paling kuat karena memiliki beberapa keunggulan anatomis dibanding gigi geligi lainnya, yakni:
  1. Ukuran mahkotanya yang paling besar
  2. Memiliki luas permukaan oklusal (permukaan yang menghadap gigi lawan) yang paling besar.
  3. Jumlah akar yang lebih banyak (Molar atas memiliki 3 akar, sedangkan molar bawah memiliki 2 akar)
  4. Jumlah cusp (tonjolan) yang paling banyak (4-5 cusp)

Perhatikan gambar berikut untuk lebih jelasnya:

[Gigi Molar 1 atas]

[Gigi Molar 2 Atas]

[Gigi Molar 1 Bawah]

[Gigi Molar 2 Bawah]


Selain itu, ternyata gigi molar memiliki luas permukaan ligamen periodonsium (jaringan yang melapisi akar gigi) yang paling besar, dimana fungsi jaringan ini adalah sebagai peredam dan penetralisir beban kunyah. Berikut hasil penelitan yang menunjukkan perbedaan luas ligamen periodosium masing-masing gigi (dalam mm2):


Bagaimana dengan gaya kunyah yang dihasilkan gigi molar?
Dalam ilmu fisika, terdapat persamaan tekanan P=F/A (P=tekanan, F=Gaya, dan A=Luas Permukaan). Maka terlihat bahwa gaya berbanding lurus dengan luas permukaan, sehingga semakin besar luas permukaan, maka akan semakin besar gaya yang dihasilkan. Nah, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gigi molar memiliki luas permukaan oklusal dan ligamen periodonsium yang paling besar, sehingga tentu saja ia akan menghasilkan gaya yang paling besar. Setelah diteliti, ternyata gigi posterior/gigi belakang yang terdiri dari gigi molar dan premolar, memang memiliki gaya kunyah yang sangat besar yakni 100-170 pon atau 45,36 – 77,11 Kg (Kurang lebih sama dengan berat badan kita, pen)
(Short MJ, 2002, hal. 137).


Karena kekuatannya inilah, sehingga gigi geraham/molar sangat sering digunakan sebagai gigi penjangkaran dalam perawatan orthodonsi cekat, maupun sebagai gigi penyangga dalam pembuatan gigi tiruan jembatan (bridge).

Subhanallah, maha suci Allah yang telah menciptakan gigi geraham dengan kekuatannya yang luar bisa. Dan sampailah kita pada satu kesimpulan, bahwa islam tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan.

Wallahu a’lam bishawab.

Referensi:

  1. Sunan Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ad-Darimi; Musnad Imam Ahmad. Software 9 kitab hadits. Lidwa Pusaka
  2. Syarah Arba’in An-Nawawiyah. Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin. Maktabah Syamilah
  3. Head, Neck, and Dental Anatomy 3rd edition. Marjorie J Short. 2002. Thomson delmar Learning.
  4. Diktat Ilmu Gigi Tiruan Cekat (Teori dan Klinik). Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2002
  5. http://www.uic.edu/classes/orla/orla312/MOLARS%20upper.htm


Salemba, 11 Juli 2010
17.00

Sabtu, 10 Juli 2010

Renungan OSPEK

***
Oleh: Amirul Ihlas Hiroshi, SKG

Akhir-akhir entah kenapa saya jadi senang membicarakan masalah OSPEK, mungkin karena sering diskusi dengan teman-teman tentang masalah ini. Beberapa hari yang lalu saya sempat mem-post tweet dan status Facebook yang berkaitan dengan panitia OSPEK, isinya hadits Nabi yang shahih, yang tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya. Seperti yang saya duga, respon pun datang dari berbagai pihak, termasuk panitia OSPEKnya sendiri. Ada yang mengatakan tulisan itu bisa menyakiti hati panitia OSPEK, ada yang mengatakan saya tidak punya punya filter buat menyaring kata-kata, ada yang mengatakan saya frontal, yang intinya cuma satu: Apa yang saya katakan itu benar, tapi cara penyampaiannya yang salah. Maka orang-orangpun memberi saran kepada saya agar dalam menyampaikan sesuatu kebenaran, harus lebih bijak, santun, dan baik. Saya pun menerima saran itu dengan lapang dada.

Apakah cuma sampai disitu?
Tunggu..tunggu…apakah pembaca tidak merasakan sesuatu yang janggal?

Apakah anda tahu apa yang menyebabkan status FB dan tweet saya mendapat respon negatif? Padahal saya bermaksud menyampaikan kebenaran, mendidik, dan berdakwah. Seperti yang dijelaskan diawal, jawabannya karena cara penyampaiannya yang salah, dan yang mengatakan itu adalah orang-orang yang mendukung sistem OSPEK. Nah, sekarang coba kita renungkan bersama, semua konten yang ada dalam acara OSPEK itu kita yakini bersama Insya Allah baik dan benar, misalnya saja olahraga agar badan sehat, tugas-tugas yang banyak agar terbiasa ngerjain tugas kuliah yang juga banyak, melatih kedisiplinan, jiwa kepemimpinan, kekompakan dan solidaritas angkatan, dan banyak hal-hal baik lainnya. Intinya kita sepakat bahwa OSPEK itu tujuannya baik. Namun, apakah semua konten itu telah disampaikan dengan cara yang baik?

Saya mengutip hadits nabi untuk nasehat kepada para panitia OSPEK, bukan sembarang perkataan, namun karena orang-orang menganggap itu frontal, maka nasehat tersebut tidak bisa diterima. Yeah, that’s the point… Untuk para panita OSPEK yang budiman dan supeeer (gaya mario teguh), apakah anda-anda semua tidak khawatir, apa yang terjadi pada saya, akan terjadi juga pada anda. Niat kalian baik untuk mendidik dan mengajarkan banyak hal pada Mahasiswa baru, namun karena penyampaiannya yang “maaf” agak keras, bukan tidak mungkin, para mahasiswa baru juga tidak akan bisa menerima itu, seperti halnya anda tidak bisa menerima nasehat saya. Bukankah akan sia-sia curahan pikiran dan tenaga yang anda luangkan untuk OSPEK, jika para peserta tidak bisa menerima apa yang anda sampaikan, padahal anda semua menginginkan kebaikan bagi mereka.

Maka pesan saya kepada saudara-saudaraku panitia OSPEK dan siapapun yang terkait, perlakukanlah orang lain sebagaimana anda mau diperlakukan. Mendidiklah dengan cara yang baik, sebagaimana anda ingin dididik dengan cara yang baik. Nasehatilah orang dengan cara yang baik, sebagaimana anda ingin dinasehati dengan cara yang baik.

Itulah sedikit curahan hati dan saran dari saya, semoga dapat menjadi renungan untuk kita bersama, dan semoga tulisan ini tidak diboikot dan dianggap frontal (lagi).
Ingatlah saudaraku, cara penyampaian yang santun akan menambah jelas kebenaran yang kita sampaikan…Apa yang kita sampaikan itu penting, namun cara penyampainnya jauh lebih penting.

Salemba, 11 Juli 2010
Pukul 02.11 Dini Hari (WIB)

Rabu, 07 Juli 2010

Bulan Kesehatan Gigi Nasional: Ayo Periksa Gigi Gratis


***
Bulan Juli 2010 dicanangkan sebagai Bulan Kesehatan Gigi Nasional dengan penandatanganan nota kesepakatan bersama antara PB PDGI dan AFDOKGI (Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia) dengan P.T. Unilever pada 24 Juni 2010. Direncanakan pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2010 akan dilakukan pendidikan kesehatan gigi melalui iklan layanan masyarakat yang ditayangkan pada berbagai media massa. Pada iklan layanan masyarakat tersebut disampaikan anjuran untuk mencegah kerusakan gigi sejak dini serta perlunya pemeriksaan gigi secara rutin 6 bulan sekali.

Selain itu diselenggarakan pelayanan gigi gratis yang bekerja sama dengan AFDOKGI yang dilaksanakan di 13 Fakultas Kedokteran Gigi, serta juga akan dilaksanakan bersama dengan cabang-cabang PDGI di beberapa daerah yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Pelayanan kesehatan gigi yang diberikan pada masyarakat meliputi pemeriksaan gigi serta perawatan berupa penambalan sederhana yang tidak melibatkan perawatan syaraf gigi, pencabutan tanpa komplikasi gigi sulung atau gigi tetap, pembersihan karang gigi, perawatan pencegahan gigi berlubang dengan aplikasi fluoride atau fissure sealant. Jadwal pelayanan kesehatan gigi gratis di 13 fakultas kedokteran gigi adalah:

Univ. Gajah Mada, Yogyakarta : 30 Juni - 2 Juli 2010
Univ.Muhammadiyah, Yogyakarta : 12-14 Juli 2010
Univ.Prof.Dr.Moestopo (Beragama), Jakarta : 5-7 Juli 2010
Univ. Trisakti, Jakarta : 21-23 Juli 2010
Univ. Indonesia, Jakarta : 7-9 Juli 2010
Univ. Padjadjaran, Bandung : 15-17 Juli 2010
Univ. Jember, Jember : 26-28 Juli 2010
Univ. Airlangga, Surabaya : 19-21 Juli 2010
Univ.Mahasaraswati, Bali : 26-28 Juli 2010
Univ. Baiturrahmah, Padang : 19-21 Juli 2010
Univ. Sumatera Utara, Medan : 29-31 Juli 2010
Univ. Hasanuddin, Makasar : 29-31 Juli 2010.

Segera hub. 0-800-1-558000



http://pdgi.or.id/news/detail/bulan-kesehatan-gigi-nasional-2010