Minggu, 24 Juli 2011

Kaki langit

***
Saat langit-Mu berbatas biru-jingga
Kutermenung di kaki langit
Memandangi keagungan-Mu
Dalam damai, pada penantian

Tentang sebuah cinta
Yang bersembunyi
Di balik kemegahan saujana
Di selubung kalbu sang bidadari

Saat gelombang-Mu bergejolak
Kutermangu di atas sampan
Nikmati naik turunnya hidup ini
Dalam sabar, pada sebuah harapan

Tentang sebuah mimpi
Yang digantung di depan mata
Dilempar begitu tinggi
Bukan khayalan di ujung masa

Saat kuasa-Mu Kau hamparkan
Dan nikmat-Mu kurasakan
Tak henti kuucap syukur
Dalam hati yang terus bergetar
Di sini…
Di kaki langit-Mu…

Pulau Tidung (Kepulauan Seribu), 24 Juli 2011
07.22 WIB

Tidung's Sunrise
(Sony Alpha 230; 18-55mm SAM; 1/250s; f/10; ISO 100)

Sabtu, 16 Juli 2011

Syair Seribu Senyum

***
Kala muram menyapa
Dengan tak sopan ia berdengung
Bukan karena hati gelisah
Tapi kelam tak mau pergi
Pada insan dibalik tempurung
Berserakan di tepi zaman

Luruh sudah di penghujung jalan
Bagai musafir yang tak ingin berhenti
Mencari arti dari langkah kakinya
Menuai kisah dari hembusan nafasnya
Yang masih terengah
Dalam pacuan berharap cerah
Pikul cahaya diatas pundaknya
Tak henti-hentinya ia melontar
Satu, dua, dan tiga senyuman
Yang ubah warnanya
Dan tak cukup, maka seribu senyum terlontar
Yang ubah dunianya, ubah segalanya
Karena senyumnya luluhkan hati
Bagi insan-insan tercinta

Mereka takluk dalam keberdayaan
Dan tak mati jiwanya
Sebab senyuman itu
Ialah penawar sang hati yang gundah
Ia hidupkan cinta, yang masih setia untuk bungkam
Sampai tiba waktunya
Saat senyum beradu senyum
Dan syair indah kembali berkumadang
Pada suatu hari yang syahdu

Jakarta, 13 Juli 2011-07-13
22.01

Disini kumenunggumu
(Sony Alpha 230; Sony Lens 18-55mm SAM; 1/80s; f/5.6; ISO 100)

The A-Team’s #5th Day: Are We Ready?

***
Semakin dekat dengan Hari-H, perasaan kami semakin tidak karuan memirkan, apakah semuanya akan berjalan dengan lancar? Atau semua pekerjaan kami selama ini akan sia-sia?

Jum’at, 23 Juli 2010
Pagi Hari

Hari ini walaupun ada beberapa pekerjaan yang belum fix, namun secara umum pekerjaan kami sudah jauh lebih berkurang dibanding hari-hari sebelumnya. Aku dan Bowo memulai hari ini dengan menyadari sebuah masalah, yakni alur transpor belum selesai diketik, sementara alur tersebut harus segera dikirim ke Jakarta untuk dibahas di Technical Meeting. Maka dengan segera, kami berdua pun segera melanjutkan mengetik alur tersebut dengan kecepatan kilat, hingga akhirnya selesai. Setelah selesai, filenya pun segera dipindahkan ke flash disc untuk segera di kirim melalui e-mail di warnet dekat markas A-Team.

Siang Hari
Aku harus berkali-kali menelepon Pak Dadag dan Sharah untuk memastikan surat untuk PT.ASDP telah di fax dari Jakarta ke kantor PT.ASDP Ternate. Aku sempat ketar-ketir karena fax-nya berkali-kali gagal, hingga akhirnya berhasil dan aku bisa sedikit lega. Sementara surat lain yang tak kalah penting, yakni surat untuk pemberitahuan acara pembukaan dan jadwalnya untuk Gubernur Maluku Utara, juga telah berhasil di Fax.

Sore Hari
Kami kembali bertemu dengan para supir bus di Jatiland mal untuk menjelaskan kembali alur yang sudah fix. Walaupun nantinya alur ini akan kembali dirombak habis-habisan, mengapa? Nanti akan datang ceritanya.

Malam Hari
Pak Yus datang ke markas A-Team. Bagi Risty dan Bowo, Pak Yus sudah tidak asing, karena mereka sudah bertemu dengannya sebelumnya, yakni ketika menjadi tim survey. Pak Yus berperawakan besar dan terlihat sangar, namun ia adalah seorang pria yang sangat ramah baik hati. Maksud kedatangan Pak Yus adalah untuk membicarakan mobil travelnya yang akan kami sewa. Dalam alur transpor yang kami buat, rombongan Halut dan Halteng yang menyebrang ke Sofifi akan diangkut menuju ke kantor gubernur untuk pembukaan menggunakan mobil travel pak Yus. Malam ini kami membicarakan masalah itu dan menyepakati harga. Bukan hanya itu, pak Yus juga datang untuk memberi satu kabar gembira lagi, yakni ia berhasil mendapatkan satu mobil pick up lagi untuk kami. Pak Yus kemudian mengajakku ke rumah pemilik pick-up tersebut, aku diboncengnya menggunakan motor suzuki satria 250cc. Sementara di markas A-Team, Hendro dan Risty tengah mengemasi barang-barangnya, karena malam ini mereka akan berangkat ke Halmahera Selatan.

Akupun tiba di rumah pemilik pick-up, dan tanpa basa-basi panjang langsung nego harga, dan saat itu pula aku langsung membayar DP tanda jadi. Setelah itu, pak Yus pun mengantarku kembali ke Markas A-Team. Di perjalanan, tak lupa aku mengirim SMS ke Hendro dan Risty agar hati-hati di jalan, dan semoga pekerjaan mereka di Halsel berjalan dengan lancar.

Tim Kersos Halmahera Selatan saat Pelaksanaan Kersos tgl. 27 Juli 2011 (photo by: Hendro AS)

Setibanya di markas A-Team, Hendro dan Rity telah berangkat, yang artinya tinggal kami bertiga di markas ini, aku, Bowo, dan Rizu. Pekerjaan kami selanjutnya adalah mengemas Alkohol untuk 4 wilayah Kersos. Alkohol-alkohol ini baru saja di beli di Ternate, karena kami tidak boleh membawa alkohol dari Jakarta, sesuai peraturan penerbangan.

Dan selesailah tugas kami hari ini. Besok pagi adalah hari kedatangan tim kersos kloter pertama, sekitar 40 orang, sementara kloter kedua akan datang lusa. Maka kami harus bersiap-siap. Hasil kerja kami, terutama tentang alur transportasi, akan dijalankan dengan sebenarnya besok. Maka akupun tak henti-hentinya berdoa dan berharap semoga Allah memudahkannya.

*bersambung*

Sabtu, 09 Juli 2011

The A-Team’s #4th Day: Sedikit Titik Cerah

***
Kamis, 22 Juli 2010

Pagi Hari
Setelah begadang menyusun alur transport hingga dini hari bersama Bowo dan Hendro, akhirnya hari yang baru pun dimulai. Hari ini kami masih mengurusi segala hal yang belum beres. Dan tentu saja aku dan Bowo mengurus masalah transportasi yang sampai detik ini belum ada kejelasan.

Perjalananku dan Bowo pagi ini dimulai dengan misi mencari bus untuk mengangkut panitia dan peserta Kersos, tujuan pertama kami adalah kantor Polda. Kamipun meluncur ke TKP dengan menggunakan ojek, sesampainya disana kami langsung bertemu dengan orang yang bertanggung jawab masalah bus, ia seorang Polwan yang aku lupa namanya. Dari polwan itu kami diberi kabar buruk, semua bus milik Polda harus disterilkan alias tidak bisa dalam beberapa minggu ke depan, untuk persiapan kedatangan bapak presiden SBY. Aku dan Bowo pun berusaha untuk memohon toleransi, namun tidak bisa karena hal itu sudah merupakan prosedur standar kepolisian. Kami berdua pun tertunduk lemas dan kecewa, sebuah awal yang buruk di pagi hari. Kamipun mohon pamit dan berjalan meninggalkan ruangan menuju halaman depan kantor Polda. Tiba-tiba Bowo ingin BAB (penting ga sih ditulis disini?), dan ia pun lari mencari WC di kantor Polda dan numpang b*k*r disitu, aku menunggu di teras kantor Polda. Setelah Bowo selesai b*k*r, kami mengisi perut di warung depan kantor Polda, dengan menu khas nasi kuning, ikan cakalang, dll. Kami berharap dengan mengisi perut yang masih kosong sejak berangkat, dapat memberi sedikit ketenangan dan kejernihan dalam berpikir.

Setelah makan, kami mencoba alternatif kedua yang dapat meminjamkan kami bus, yakni Univesitas Khairun (Unkhair), Bowo telah memegang nomor telpon wakil rektor 4 nya, dan tanpa ragu iapun segera menelepon. Namun, pihak Unkhair tidak dapat membantu kami karena katanya kami mengabari mereka terlalu mendadak dan tidak ada surat resmi. Yaah…alternatif kedua gagal, dan kami pun beralih ke alternati ke tiga, yakni Korem. Kami tahu bahwa satuan TNI pasti memiliki bus. Tanpa pikir panjang kami langsung menuju ke markas Korem dengan menggunakan ojek.

Kabar baik? Tidak juga, ternyata Korem hanya memiliki satu bus dan satu-satunya bus itu akan digunakan untuk persiapan menyambut Pangdam yang akan berkunjung ke Ternate.

Di tempat lain, Eva telah berangkat ke Tobelo (Halmahera Utara) dengan diantar oleh Hendro sampai Sofifi, pada pukul 09.00 WIT tadi. Sekedar informasi, untuk menuju ke Halteng dan Halut, dari Ternate kita harus menyebrang ke Sofifi (menggunakan speed boat atau fery), kemudian baru melanjutkan perjalanan menggunakan mobil. Seharusnya Bowo bersama Eva ke Halut, namun karena urusan transportasi di Ternate belum beres, maka terpaksa Eva berangkat sendiri.

Kembali ke masalah bus, aku dan Bowo sudah tak memiliki alternatif lagi. Maka kamipun men-skip masalah bus untuk sementara dan berpindah ke masalah kapal fery untuk penyebrangan tim kersos. Kami kemudian menuju ke pelabuhan Bastiong.

Di pelabuhan Bastiong, kami bertemu langsung dengan manajer PT.ASDP setempat, yakni Pak Dadag, kamipun memberitahu maksud kedatangan kami yakni untuk meminta bantuan dalam masalah penyeberangan. Alhamdulillah Pak Dadag bersedia membantu kami dengan memberikan keringanan biaya penyeberangan. Namun Pak Dadag menyarankan agar kami membuat surat resmi untuk PT.ASDP.

Hal ini membuat kami sedikit lega, paling tidak, kerja kami pagi ini sedikit membuahkan hasil, walaupun satu PR besar yakni Bus belum terpecahkan. Kami berdua pun kembali ke markas A-Team untuk beristirahat.

Sore Hari
Kabar baik, ternyata dr.Husein telah memberi kami CP Bus dari Dinas Pariwisata, dan sore ini supir busnya mengajak kami untuk bertemu. Entah siapa yang menghubunginya (mungkin Risty), yang jelas bukan aku atau Bowo. Karena kami baru mengetahui perihal bus pariwisata ini.

Kami berlima (Aku, Bowo, Hendro, Risty, dan Rizu) segera menuju ke Jatiland Mall untuk bertemu degan supir bus pariwisata yang insya Allah akan kami gunakan. Kamipun tiba di Jatiland Mall yang berada di tepi pantai. Di depan mall itu telah parkir 3 bus, 1 bus terlihat eksklusif, sementara 2 bus lagi terlhat sudah cukup tua. Di sekita Jatiland mall ini aku melihat banyak bule yang bertebaran, ternyata mereka adalah para angkatan laut AS yang sedang berjalan-jalan, dan mereka diantar oleh 3 bus ini.

Kamipun bertemu dengan supir bus dan diajak masuk ke bus yang eksklusif. Disana kami ngobrol dengan 3 supir bus, dan intinya adalah mereka dapat membantu kami untuk mengangkut tim Kersos 2010, merekapun menanyakan alur transpor dan acara. Aku dan Bowo pun menjelaskan secara singkat alur transpor kasar (karena memang belum fix), selain itu, kami juga berkonsultasi mengenai lokasi-lokasi city tour dan alurnya. Setelah mendengar penjelasan alur dari kami, pembicaraan dilanjutkan dengan penawaran biaya. Setelah tawar menawar, akhirnya kami pun menemui kesepakatan harga. Alhamdulillah, bukan main leganya perasaan kami saat itu, ibarat musafir kehausan yang menemukan mata air di tengah gurun pasir (Lebay.com).

Makan Sore Di Solaria Jatiland Mall, Ternate (Photo by:Hendro AS)

Setelah masalah bus selesai, kami berlima sedikit refreshing dan mengisi perut di Jatiland Mall, tepatnya di Solaria. Disini kami makan sambil menikmati pemandangan laut yang indah, langsung dari meja makan kami, sungguh nyaman.

Setelah makan dan menyegarkan otak sejenak, kamipun kembali ke Markas.

Di markas, ternyata ada satu PR lagi, yakni mobil pick up. Yah mobil pick up diperlukan untuk mengangkut barang-barang kersos (alat-alat dan bahan pengobatan gigi serta sirskumsisi, bahan penyuluhan, dll) yang cukup banyak. Namun alhamdulillah, sekali lagi pertolongan datang tepat pada waktunya. Pak Mukti yang merupakan penjaga apotik makassar farma memberi kami bantuan dua mobil pick up kenalannya. Memang selama tinggal di markas A-Team, kami selalu berkonsultasi dan menceritakan segala kesulitan kami pada drg.Rustan, istrinya, dan juga pada pak Mukti, dan mereka sangat bersemangat untuk membantu kami. Semoga Allah membalas kebaikan orang-orang ini dengan jauh lebih baik, Amiin.

Nah, walaupun sudah mendapatkan 2 pick up, kami masih butuh 1 pick up lagi. Maka kamipun meminta bantuan Pak Yus. Pak Yus adalah seorang bos mobil travel di Sofifi yang pernah membantu Tim Survei dalam menyediakan mobil menuju Tobelo dan Weda, dan kali ini kami juga berencana untuk menggunakan jasa mobil rental beliau. Walaupun ia bukan bos mobil pick up, tapi kami yakin beliau punya kenalan yang mobil pick upnya bisa disewa. Dan Alhamdulillah pak Yus menyanggupi untuk mencarikan pick up dan akan mengabari kami esok hari.

Malam Hari
Seperti biasanya, kami berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan apa saja tentang Kersos 2010. Aku dan Bowo mengetik alur transportasi yang (semoga) sudah fix, untuk dikirim ke Jakarta besok pagi. Kemudian terjadilah sebuah insiden kocak, yang aku beri judul:

Rina Oh Rina….
Tiba-tiba saja ponselku berdering, dan aku melihat nomor yang tidak dikenal, aku pikir ini Ami, Ditto atau Eva yang ingin mengabari sesuatu, akupun segera menjawab telpon tersebut, ternyata dari seorang perempuan suaranya asing bagiku.

“Halo, ini amirul yah?”
“Oh iya benar, ini siapa yah?”
“Oh ini aku Rina.”
(Dalam hatiku: Rina siapa dan yang mana yah?)
“Rina yang mana yah?”
“Rina yang …^%^%&%^&%**&*” (suaranya gak jelas)
Karena malas untuk bertanya lagi dan takut dibilang budek, maka aku pun menjawab:
“Oh iya iya” (dengan sotoy-nya)

Teman-teman A-Team sepertinya penasaran karena melihat wajahku yang sedikit bingung, Bowo lalu bertanya dengan suara pelan:”Siapa?” aku hanya menggelangkan kepala, dan karena sadar, orang yang menelepon ini agak-agak GeJe (gak jelas) maka aku langsung memberikan ponselku ke Bowo dan menyuruhnya untuk berbicara, dan tak lupa di loud speaker sehingga terdengar oleh kami semua. Yaah, seperti dugaanku, ternyata cewek ini hanya ingin BBB (basa basi busuk) dan diladeni dengan lancar oleh Bowo. Aku dan A-Team lainnya hanya bisa menahan ketawa. Setelah dikerjain oleh Bowo, Bowo kehabisan kata-kata, lalu ia memberikan ponselku kepada Hendro, dan Hendro pun melanjutkan kekonyolan ini dengan sedikit menggombal. Kami pin semakin tertawa dan tertawa, pasalnya, statemen Bowo dan Hendro yang berpura-pura menjadi aku, saling bertentangan, namun tetap saja cewek ini tidak menyadari bahwa ia sedang dikerjain, hingga pembicaraan pun disudahi. Setelah telepon ditutup barulah ketawa kami benar-benar lepas. Kemudian ponselku kembali berbunyi, ada sms masuk, ternyata dari Rina, bunyi-nya:

“Makasih yah udah mau ngobrol sama aku”

Buahahaha, aku langsung menunjukkan sms itu pada A-team yang lain dan kembali kami tertawa. Yayaya, memang itu perbuatan jahat, tapi itu cukup menghibur kami yang sedang mumet dengan pekerjaan kami.

-End of Insiden Kocak-

Setelah insiden kocak itu, aku dan Bowo meneruskan mengetik alur transpor fix. Namun aku merasa diserang flu, hidungku mulai pilek. Bowo memberikanku obat flu, yakni Paratusin, dengan sedikit peringatan: “ini bikin ngantuk lho, ntar lo ga bisa kerjain ini”, dengan yakin aku berkata: “gapapa kok, gue bisa tahan.” Maka aku pun menelan satu tablet paratusin dan kembali melanjutkan mengetik. Baru sekitar setengah jam setelah minum obat itu, ternyata efek obat ini telah berhasil menguasai sistem saraf pusatku, dan aku merasa mataku begitu berat. Aku pun meminta Bowo untuk melanjutkan mengetik, sementara aku berbaring sebentar di kursi ruang tamu. Rupanya aku benar-benar tertidur dan Bowo tidak berhasil membangunkanku, sehingga kami sama-sama tertidur di ruang tamu hingga pagi, dengan laptop yang masih menyala, dan alur transpor yang belum selesai.

*bersambung*

Minggu, 03 Juli 2011

The A-Team’s #3rd Day: Unclear to The Max

***
Rabu, 21 Juli 2010

Pagi ini kami kembali memulai pekerjaan dengan kelompok-kelompok kecil:
  • Aku dan Rizu akan ke Tidore untuk memastikan kembali persiapan acara di sana
  • Hendro dan Bowo mengurus transportasi di dinas sosial dan pariwisata
  • Risty dan Eva mengurus akomodasi, konsumsi, dll
  • Ami dan ditto akan berangkat ke Halteng
Setelah sarapan dengan nasi + ikan cakalang yang dibelikan oleh para A-Team cewek, aku dan Rizu langsung menuju pelabuhan bastiong dan menyebrang ke Tidore.

Tidore
Sekitar pukul 10.00 WIT

Aku dan Rizu menuju ke Puskesmas Ome, di sana kami kembali bertemu dengan Bu Jannah, Pak Agus dan dr.Nalar untuk mengkonfirmasi segala hal yang kami rasa belum fix. Secara umum semuanya telah siap sekitar 80% dan untuk saat ini, Tidore-lah wilayah yang paling siap dan fiz dibanding 3 wilayah lainnya, mengingat A-Team untuk 3 wilayah lainnya belum menuju ke lokasi masing-masing. Setelah urusan di Puskesmas selesai, kami harus pergi ke guest house tidore. Tempat ini akan menjadi tempat penginapan dosen-dosen supervisor dan residen bedah mulut yang bertugas di Tidore. Cukup banyak dosen dan residen yang akan bertugas di Tidore, karena operasi cleft lip/bibir sumbing dilakukan di RSUD Soasio, Tidore. Aku dan Rizu harus mengecek tempat penginapan tersebut untuk memastikan kapasitas serta jaraknya dari pusat acara di Desa Rum dan Ome.

Setelah ditunjukkan jalan menuju guest house oleh Pak Agus, aku dan Rizu pun langsung menuju ke TKP menggunakan angkot. Ternyata jarak ke guest house cukup jauh dan memakan waktu sekitar 30 menit, aku sempat terkantuk-kantuk di angkot. Sesampainya di guest house kami sungguh terkesima. Guest house ini berada di ketinggian, dan kurang lebih 500 m di depannya adalah laut yang sangat indah, sehingga pemandangan dari guest house ini, is so so so perfecto.

Guest House Tidore (Photos by:Rizu)

Huh, sayang sekali ini bukan liburan dan tentu saja aku tidak bisa tinggal dan menikmati guest house ini, yah semoga lain kali deh (*berharap*). Kamipun menemui penjaga guest house dan memperkenalkan diri. Kedatangan kami di guest house ini telah mendapat izin dari camat Tidore Utara, pak Anshar, jadi kami cukup tenang dan pastinya dapat diterima dengan baik. Kamipun menanyakan segala sesuatu tentang guest house ini, sambil berkeliling melihat dan mengecek kamar-kamar dan fasilitasnya, dan tak lupa kami mengambil gambarnya dengan kamera. Fasilitasnya sangat lebih dari cukup, namun aku sedikit khawatir kapasitas kamarnya tidak mencukupi, karena dosen dan residen yang cukup banyak. Paling tidak, mereka bisa merasa kurang nyaman karena harus tinggal dengan kondisi crowded. Yah tapi apa mau dikata, hanya ini tempat yang layak untuk dosen di Tidore, semoga mereka tidak complain.
Setelah mengecek isi guest house, kami berdua sedikit bermain-main di halamannya dan tak lupa foto-foto dengan latar laut yg indah. Setelah itu kami pun mohon pamit dan langsung menyebrang ke depan guest house dan berjalan mengikuti jalan menurun menuju pinggir pantai. Disini kami berjalan-jalan sedikit sambil menikmati pemandangan pantai, dan pastinya tak lupa untuk foto-foto, hehe :D.

Pantai Depan Guest House Tidore (Photo by:Rizu)

Setelah puas melihat-lihat pantai, kamipun kembali ke desa rum untuk mengurus konsumsi di rumah pak H.Yusuf, tempat kami memesan makanan selama berlangsungnya kegiatan. Kami pun naik angkot dan turun di depan kantor kecamatan. Sebelum ke rumah H.Yusuf, mata kami tertuju pada pantai yang berada di depan kantor kecamatan, karena penasaran, kamipun ke situ. Termyata ia adalah pantai batu, pemandangannya cukup indah, namun sedikit tak terawat, disana juga ada lapangan rumput. Dan sekali lagi kami tak lupa untuk foto-foto. Kami berencana akan mengadakan acara bersama warga di tempat ini nantinya.

Pantai depan Kantor Kecamatan Tidore Utara (Photos by:Rizu)

Setelah itu kamipun berjalan kaki menuju rumah pak H.Yusuf yang berjarak sekitar 100 meter dari kantor kecamatan. Namun kami kurang beruntung karena rumah pak H.Yusuf kosong dan telfonnya tak dapat dihubungi. Karena sudah lapar, ditambah waktu sudah menunjukkan sekitar jam 1, plus cuaca mulai agak mendung, maka kamipun memutuskan untuk pulang. Dan terjadilah sebuah kebodohan, aku dan rizu memutuskan untuk berjalan kaki menuju pelabuhan Rum yang jaraknya sekitar 3 km, alasannya karena kita tidak ada uang kecil untuk bayar angkot. Hehehe, dan akhirnya kamupun berjalan kaki sambil menahan lapar dan haus. Beruntung di tengah jalan ada warung sehingga kami sempat membeli air mineral dingin untuk menghilangkan dahaga, hingga akhirnya melanjutkan jalan kaki ke pelabuhan Rum.

Jalan di Tidore yang Aku dan Rizu Tempuh dengan Berjalan Kaki (Photo by:Rizu)

Sesampainya di pelabuhan Rum, aku sedikit ragu untuk naik speed boat melihat cuaca yang tidak begitu baik, namun karena sudah sangat lelah, kamipun tak menunggu lebih lama lagi dan langsung naik speed boat menuju Ternate.

Ternate
Sekitar pukul 14.00 WIT


Kami tiba di pelabuhan Bastiong dan langsung naik angkot menuju markas A-Team (Apotik Makassar Farma/Rumah drg.Rustan), namun di tengah jalan, Bowo, Hendro dan drg.Kadri naik di angkot yang kami tumpangi secara tidak sengaja, ternyata mereka akan pergi ke Mal Ternate untuk makan siang, maka aku dan Rizu pun ikut dan tidak jadi kembali ke markas.


Mal Ternate terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta. Kami berlima menuju ke food court dan makan siang. Walaupun rasa makanannya terbilang pas-pasan dan tidak sesuai dengan harganya, kami tetap menikmatinya. Ada hal yang cukup lucu dari makan siang kami ini, Bowo memesan makanan yang bernama Mie Baso dengan harga Rp.15.000, setelah makanan itu datang, alangkah terkejutnya kami karena makanan itu hanya berupa indomie rebus yang diberi beberapa buah baso, sungguh memprihatinkan =)).

Bowo yang Sedang Menikmati "Mie Baso" (Photo By:Rizu)

Di tengah-tengah makan siang kami, Risty menelepon menanyakan posisi kami, ia dan Eva pun ingin menyusul ke sini. Mereka berdua pun datang, memesan makanan, dan makan siang. Setelah semuanya selesai makan, kami kembali ke markas A-Team dalam kondisi cuaca yang hujan.

Makan Siang di Mal Ternate (Photo By:Rizu)

Markas A-Team
Sekitar pukul 17.00 WIT


Kami kembali ke markas, dan kini kami tinggal ber-enam, karena Ami dan Ditto telah berangkat ke wilayah mereka, yakni Weda, Halmahera Tengah. Kepergian mereka tentu akan menambah beban kerja kami di Ternate, tapi memang sudah begitulah seharusnya. Dan entah mengapa, aku merasa akan menjadi A-Team terakhir yang meninggalkan Ternate.

Sore itu kami mendengar kabar bahwa hari ini telah terjadi dua kali gempa bumi di Ternate, namun tak ada seorang pun dari A-team yang merasakan dan menyadarinya. Akupun iseng menulis tweet di twitter yang berbunyi:

“ Lah?ada gempa ya di ternate? Gw ga ngerasa apa2. Apa krn getaran hatiku lbh kencang? =))”

Kontan saja tweet ini mengundang Reply dan Retweet kocak dari teman-teman follower. Hahaha, tapi lumayanlah untuk mengusir rasa lelah dan penat.

Malam Hari
Aku, Eva dan Rizu ditugaskan ke kantor gubernur lama yang terletak di dekat Swering, untuk bertemu dengan Pak Hasyim, protokoler gubernur, untuk membicarakan masalah acara pembukaan. Sebagai informasi, ibukota provinsi maluku utara dahulu berada di kota Ternate, namun sekarang dipindahkan di Sofifi yang berada di pulau Halmahera. Itulah mengapa, tempat yang kami datangi ini disebut kantor gubernur lama.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, kamipun bertemu dengan pak Hasyim, dan ketidajelasan kembali muncul setelah kami mendengarkan pernyataan dari pak Hasyim, yakni: Panitia Kersos katanya belum mengirimkan surat resmi ke gubernur untuk acara pembukaan, sehingga kami diminta untuk segera membuatnya, dan harus dikirim besok. Selain hal itu, tak ada lagi kabar yang jelas yang kami dapat dari beliau.

Maka kamipun kembali ke markas dengan membawa kabar buruk bagi A-Team dan juga untuk para panitia yang masih berada di Jakarta. Kamipun diberi PR baru dan dipaksa untuk memutar otak lebih keras lagi.

Aku, bowo, dibantu Hendro langsung menyusun alur transportasi yang baru, dengan perubahan yang cukup signifikan. Namun tak hanya alur transportasi yang harus kami pikirkan, namun juga sarana transportasi-nya itu sendiri, karena sampai detik ini, kami belum mendapatkan sebuah bus pun. Saat itu akupun menulis tweet:

“Utk para panitia kersos:saat ini kami sangat membutuhkan doa dan dukungan kalian.”

Berbagai dukungan moril pun berdatangan melalui twitter, dan itu cukup membuat perasaanku sedikit tenang. Kami bertiga menyusun alur transportasi yang baru hingga dini hari, dan sekaligus melakukan simulasi alur transpor menggunakan kertas-kertas dan tutup botol aqua untuk menggambarkan mobil, bus, dan tempat. Saat itu aku pun kembali menulis tweet:

“jam segini msh simulasi transport kersos bersama bowo dan hendro”

“tak pernah bosan menikmati malam di ternate bersama bowo bergulat dgn berlembar lembar kertas bertuliskan alur transport!”


Akankah ada keajaiban yang memudahkan tugas kami, ditengah ketidakjelasan yang kami alami? Nantikan kelanjutannya…

***bersambung***