Kamis, 24 Juni 2010

Dialog dengan Kesetiaan

***
Entah ada apa dengan jiwaku akhir-akhir ini, ia terus mempertanyakan sesuatu yang mungkin belum seharusnya dipertanyakan, tapi terus membebani bagai ilalang rimbun di pekarangan luas. Imaji pun turut serta membangunkan hasrat-hasrat bersayap manis, terbang kesana kemari, menyusuri dan merasuk dalam relung-relung dunia mikroskopik, yang tak terlihat dengan mata telanjang, tapi semua merasakan keberadaannya.

Sejuk, nyaman, dan damai, diri ini masih terlena dengannya, tanpa kata atau isyarat, hanya mengalir seiring alunan riuh merdu, lelapkan hati dalam buaian senyum, senyum yang luluhlantahkan sadar berjuta makhluk, karena indahnya, atau karena sesuatu dibalik tabir itu.

Malam ini, kucoba memulai kembali sebuah dialog, dengan seorang tamu agung yang selama ini selalu bersembunyi di balik gelisah, gelisah semua orang, termasuk aku, dan orang-orang yang memujanya. Dialah kesetiaan, yang selalu disematkan dalam setiap janji, disisipkan di setiap komitmen, dan dijadikan kunci rantai pengikat cinta. Yah, semua orang memuja dan mengagung-agungkannya, walaupun banyak pula yang mempertanyakannya, dan aku mengenal satu diantaranya. Ia bertanya tentang kesetiaan, tentang eksistensinya, tentang seseorang yang tak kutahu, dan apapun tentang kesetiaan itu. Ia seperti angin yang menebarkan pasir-pasir di gurun, menyapu hati setiap insan dengan luapan gembira yang kadang menampakkan diri dengan samar dan dingin, sedingin kutub di ujung bumi. Aku tak paham kepada siapa ia melempar pertanyaan, apakah kepada kesetiaan itu sendiri? kepada orang yang ia percayakan sebuah kesetiaan? Atau malah kepada dirinya sendiri?

Wahai engkau yang bertanya tentang kesetiaan, sungguh engku tak perlu risau, karena engkau mungkin hanya diganggu oleh perasaanmu sendiri, perasaan yang mungkin belum engkau telusuri lebih jauh. Hanya satu yang ingin kukatakan padamu, lihatlah lebih dekat, maka kau akan memahaminya.

Tak perlu dialog panjang dengan sang kesetiaan, karena ia tak perlu banyak kata, dan ia tak dirajut dari kata-kata. Ia hanya perlu dua teman, aku dan kau…


Salemba, 25 Juni 2010
00.44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar