Senin, 14 November 2011

The A-Team #7th day: The Last Man

***
Minggu, 25 Juli 2010

UMMU, pukul 04.30 WIT - Aku dan para panitia serta peserta kersos cowok terbangun, dan segera cuci muka, shalat subuh dan siap-siap untuk penjemputan tim Kersos kloter kedua, sesuai dengan rencana yang telah kami (lebih tepatnya aku, Bowo, dan Adi) susun hingga pukul dua dini hari tadi. Tepat pukul 05.00, aku, Bowo, Bani, Adi, Risco, Putut, dan Irfan berangkat dari UMMU dengan menggunakan mobil suzuki APV yang dipinjamkan pihak UMMU kepada kami, mobil ini dikemudikan oleh Adi. Kami menuju ke hotel Archie. Sekitar pukul 05.30, kami tiba di hotel Archie, kamipun turun dan siap-siap di hotel Archie. Aku adalah orang yang paling pertama siap.

Sekitar pukul 06.00, aku berangkat sendiri ke Bandara dengan menggunakan angkot. Tugasku adalah menjemput Tim Tidore, yang terdiri dari Aryo, Palmira, Mutia, Prof.Retno, dan drg.Gus, mengantarkan mereka ke pelabuhan Bastiong Speedboat, dimana tim Tidore yang lain (yang berangkat dari UMMU) telah menunggu, kemudian aku menyebrangkan mereka menggunakan speedboat, dan mereka akan dijemput di Tidore oleh Rizu dan Dena yang telah berada di Tidore sejak kemarin.

Sementara yang lain bertugas menjemput Tim Halut, Halteng, dan Halsel di Bandara, kemudian mengantar Tim Halut dan Halteng ke Pelabuhan Bastiong Fery, dan mengantar Tim Halsel ke POLTEKKES Ternate untuk menghadiri acara pembukaan.

Setelah menyebrangkan 9 orang tim Tidore dari pelabuhan bastiong speedboat, aku segera menuju ke pelabuhan Bastiong fery, disana Bowo, Bani dan seluruh tim Halut dan Halteng telah menunggu. Akupun segera mengurus tiket penyebrangan fery beserta pembayarannya, dan setelah semuanya beres, sekitar pukul 10.00 seluruh tim Halut dan Halteng telah naik ke kapal fery yang akan berangkat menuju Sofifi.

KEKONYOLAN
Baru sekitar 15 menit Tim Halut dan Halteng naik kapal fery, tiba-tiba Bowo menerima telpon dari dr.Husein dan drg.Kadri, mereka mengatakan bahwa acara pembukaan di POLTEKKES sangat sepi (karena hanya dihadiri oleh Tim Halsel), sehingga mereka meminta agar sebagian atau seluruh tim Halteng dan Halut yang sudah naik kapal fery agar turun lagi dan dibawa ke POLTEKKES untuk mengikuti acara pembukaan. Tentu permintaan ini tak dapat kami sanggupi karena ini akan mengacaukan alur yang telah susah payah kami susun. Selain itu, kami telah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membeli tiket kapal fery. Maka kami tetap bersikeras hingga sedikit bersitegang. Tak hanya Bowo yang ditelpon, aku pun menerima telepon dari Adi, Ari, bahkan drg.Nada yang meminta permintaan yang serupa, dari nada bicara mereka, tergambar keadaan yang cukup genting disana. Hal ini membuat kami bimbang, namun kami tetap tak bisa memenuhi permintaan ini, maka kami pun mengacuhkannya, dan kemudian tidak menjawab telepon dari siapapun. Kamipun sedikit tak mau tau bagaimana nasib acara pembukaan disana. Menurut kami jumlah orangnya “gak akan dikit-dikit banget,” dan bisa saja gubernur tidak menyadari hal itu, dan kalaupun menyadari, semoga beliau bias memaklumi.

Maka Tim Halut dan Halteng bisa dikatakan “Clear” dan segera akan diambil alih oleh A-Team Wilayah alias PJ wilayah masing-masing yang telah menunggu disana.
Sementara di Ternate masih ada Tim Halsel yang sedang mengikuti acara pembukaan, dan sebagian besar Tim Tidore yang mengurus seminar kedokteran gigi bersama PDGI Ternate di Hotel Archie. Oh dan masih ada lagi, Bowo yang merupakan Tim Halut juga belum berangkat, dan masih stay di Ternate sampai masalah transportasi beres.

Setelah sedikit mendinginkan kepala akibat insiden konyol tadi, aku, Bowo, dan Bani segera kembali ke hotel Archie, kemudian makan siang di warung makan dekat hotel, dan sedikit beristirahat. Kemudian kami pun segera meluncur kembali ke Bandara untuk menjemput sisa orang yang jadwal penerbangannya siang. Sebagian besar sisa orang yang kami jemput ini adalah Tim Tidore, kecuali Jokris (Halsel), Debby (Halut), dan drg.Anton (Halut).

Beberapa menit setelah sisa orang-orang terakhir ini datang, kami mendapat kabar dari Tim Halsel bahwa acara pembukaan telah selesai dan mereka sudah siap-siap berangkat dan telah berada di Pelabuhan Residen (Entah kenapa namanya Residen). Dari pelabuhan ini mereka akan berangkat ke Pulau Guarapin dan Lelei (Halmahera Selatan) dengan menggunakan speed boat milik Pemda yang bernama “Guraici.” Nama speed boat ini diambil dari nama salah satu pulau di Halmahera Selatan.

Kamipun menyadari sebuah masalah, yakni Jokris yang notabene adalah Tim Halsel masih berada bersama kami di Bandara, maka Bani pun ditugaskan untuk mengantar Jokris menuju pelabuhan Residen, dengan kendaraan seadanya, yakni ojek. Jokris pun dapat sampai ke pelabuhan residen tepat waktu, dan Tim Halsel pun berangkat.

Maka Tim Halsel pun “Clear.” Masih tersisa Tim Tidore, plus tiga orang Tim Halut, yakni Bowo, Debby, dan drg.Anton.

Setelah Tim Halsel berangkat, makan giliran sisa Tim Halut, yakni Bowo, Debby, dan drg.Anton yang berangkat. Mereka berangkat menggunakan speed boat dari Ternate menuju Sofifi, kemudian menggunakan mobil rental milik Pak Yus menuju Halut.

Maka tinggal Tim Tidore yang tersisa, dan akulah the last man of the A-Team.

Tim Tidore akan berangkat setelah seminar usai. Dijadwalkan seminar selesai pukul 15.30. Maka akupun menunggu di hotel Archie sambil mengikuti seminar (hitung-hitung me-recall pelajaran, hehe).

Seminar pun usai, seluruh panitia berbenah, dan bersiap untuk berangkat. Sekitar pukul 16.30, kami (Tim Tidore) pun berangkat menuju pelabuhan Bastiong Speed Boat. Disana kami menyewa 3 speedboat untuk menyebrang ke Tidore.

Tim Tidore Seusai Seminar dan Siap Berangkat menuju Lokasi
(photo by:Adisty SP)

Yaah, aku bisa sedikit lega karena secara umum tugasku sebagai A-team telah berakhir, namun ini bukan akhirnya, karena di Tidore nanti aku masih harus bertugas sebagai PJ Wilayah.

Bismillah
Dan dimulailah babak baru dalam cerita ini, yakni Kersos Tidore, bagaimana ceritanya? Nantikan..:)

*bersambung*

Sabtu, 13 Agustus 2011

Yang Unik Dari UMMU-Ternate

***

Ada satu hal menarik dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU), yang menjadi tempat penginapan Tim Kersos 2011, dari balkon gedung kampus ini, kita bisa melihat pemandangan indah pulau Maitara dan Tidore yang terdapat pada uang seribu rupiah:



Pemandangan dari balkon UMMU: Pulau Maitara (Kiri), dan Pulau Tidore (kanan) (Photo by: Adi)



Uang Seribu Rupiah

(Sumber gambar: http://unik-derilayn.blogspot.com/2011/03/keanehan-di-uang-seribu.html)



Cat:

Tadinya postingan ini ingin dimasukkan dalam postingan sebelumnya, namun karena cukup unik dan agar postingan sebelumnya tidak bertambah panjang, maka saya buatkan postingan tersendiri.



The A-Team #6th day: Birokrat oh Birokrat

***

“semoga Allah memudahkan urusan kita hari ini dan seterusnya selama kersos..” (Me on twitter, July 24th 2010, 05.06 WIT)


Sabtu, 24 Juli 2011

Pagi ini, semua yang telah kami susun selama 5 hari akan diaplikasikan di lapangan. Hanya tinggal 3 orang A-Team yang bertahan di Ternate, aku, Bowo, dan Rizu. Namun, kedatangan 40 orang tim Kersos hari ini adalah “bala bantuan” sekaligus mungkin sebagai pengganti pemegang tugas-tugas kami. Karena panitia dari setiap seksi akan segera datang, sehingga mereka bisa melaksanakan tugas mereka masing-masing yang selama ini di-handle oleh A-Team. Kuharap pekerjaan kami sebagai A-Team bisa berakhir hari ini.



Setelah bangun, shalat subuh, mandi, dan siap-siap. Kami bertiga menunggu 2 mobil pick-up (Pick up untuk Tidore dan Halteng) yang akan menjemput kami menuju ke Bandara. Sementara pick up untuk Halut telah langsung menuju bandara. Mobil-mobil Pick-up ini akan mengangkut barang-barang kersos, berupa alat-alat dan bahan kedokteran gigi, sirkumsisi, obat-obatan, dan bahan penyuluhan. Selain pick-up, bus-bus dari dinas pariwisata yang telah kami sewa juga telah diinstruksikan untuk menuju ke Bandara, untuk mengangkut peserta, panitia, dan supervisor kersos 2010. Semua persiapan kami sudah sangat mantap untuk penjemputan dan mobilisasi tim kersos kloter pertama ini.



Menunggu di depan Markas A-Team (Photo by:Rizu)



Kami masih menunggu di depan markas A-Team bersama pak Mukti, pegawai apotik makassar farma yang mencarikan kami pick-up. Ia tampak gelisah karena 2 pick-up itu belum juga datang, dan ia terus menghubungi supir pick-up tersebut untuk memastikan dimana posisi mereka. Akhirnya 2 pick-up itu pun datang. Aku dan Bowo langsung memindahkan alkohol yang telah kami packing semalam, ke atas bak pick-up. Sementara Rizu menaikkan kopernya. Yah, hari ini ia akan menyebrang ke Tidore bersama mobil pick-up ini untuk membawa barang-barang kersos Tidore, sekaligus mempersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan kersos di wilayah Tidore. Setelah beres, kami pun berangkat ke Bandara.



Bandara Sultan Baabullah Sekitar Pukul 07.00 WIT



Setibanya di Bandara, hal pertama yang kami lakukan adalah memastikan semua bus dan pick-up telah berada di bandara. Setelah itu, kamipun menempel label di setiap bus dan pick-up, agar panitia dan peserta kersos tau bus mana yang harus mereka naiki dan dimana harus menyimpan barang, walaupun nantinya kami tetap akan memberi instruksi secara lisan.



Setelah bus dan pick-up siap, kami memutuskan untuk sarapan sambil menunggu pesawat mendarat. Tepat setelah kami selesai sarapan, pesawat pun mendarat. Kami langsung menginstruksikan pada pick-up dan bus untuk mendekat di pintu keluar, terutama pick-up, karena barang-barang Kersos bisa dijamin akan sangat banyak dan berat, sehingga posisi pick-up harus sedekat mungkin dengan pintu keluar agar tidak terlalu merepotkan panitia mengangkat barang.



Mengatur Bus (Photo by: Rizu&Adisty SP)



Kamipun berdiri tepat di depan pintu keluar kedatangan untuk menunggu Tim Kersos kloter pertama beserta barang-barangnya yang pastinya cukup banyak. Dan akhirnya satu demi satu orang-orang dan barang keluar dari pintu. Barang-barang kersos yang tersimpan dalam kardus-kardus yang banyak, telah diberi tanda warna sesuai wilayah. Hal ini untuk mempermudah pengelompokkan barang agar tidak tertukar. Barang-barang yang tiba pada hari ini adalah barang-barang untuk wilayah Halmahera Utara dan Tidore, sementara untuk Halteng dan Halsel, akan tiba besok. Semua barang kersos pun kami pindahkan ke atas mobil pick-up, dan orang-orang kami arahkan menuju bus. Karena ada satu pick-up yang belum mengangkut barang Kersos, yakni pick-up Halteng, maka pick-up ini dimanfaatkan untuk mengangkut barang pribadi para panitia dan peserta kersos, yang juga lumayan banyak.



Setelah semua barang dan orang terangkut, Bowo memimpin bus menuju hotel archie untuk menurunkan dosen-dosen, dan ke UMMU menurunkan para mahasiswa. Sementara aku naik pick up Halut bersama Addys dan Fairuz menuju ke pelabuhan bastiong fery, diikuti oleh pick up Tidore yang diisi oleh Rizu dan Dena. Kedua pick up yng membawa barang kersos ini akan diseberangkan hari ini.



Setibanya di Pelabuhan Bastiong fery, akupun mengurus tiket penyebrangan. Tiketnya pun aku berikan pada Rizu dan Addys, tak lupa aku membekali mereka dengan uang pegangan secukupunya, yang tentunya menggunakan uang Kersos. Yah, dua pick-up ini pun siap menyebrang dan tinggal menunggu waktu untuk naik ke kapal fery. Namun tiba-tiba ponselku berdering, ternyata dari Bowo.



“Rul, tasnya santi ama tanaya kebawa di pick up situ kayaknya, disini gak ada. Tolong cariin”

“Hah, masa sih? Yaudh gue cari dan turunin sekarang”



Akupun memeriksa kembali pick-up, dan ternyata benar, di pick-up Halut ada dua tas yang aku pastikan milik Santi dan Tanaya. Aku pun menurunkannya. Insiden tas nyasar ini tentunya terjadi karena miskomunikasi pada saat loading barang di bandara tadi. Tapi yasudahlah, untung pick-up nya belum menyebrang, kalo sudah, akan berbeda ceritanya.



Tak lama kemudian Bowo tiba di pelabuhan Bastiong dengan menggunakan pick-up, untuk menjemputku. Dua tas nyasar tadi kami naikkan ke pick-up itu. Setelah itu kami berpamitan pada Rizu, Dena, Addys dan Fairuz yang sebentar lagi akan menyebrang. It means, jika Rizu menyebrang ke Tidore, tinggal 2 orang A-Team yang tersisa. Aku dan Bowo pun segera menuju ke UMMU untuk mengantarkan tas nyasar tadi. Kami disana tidak lama, setelah itu kami langsung menuju ke hotel Archie untuk memesan kamar. Kami berencana akan tidur di hotel Archie malam ini, karena jaraknya lebih dekat ke Bandara. Sementara besok kami masih harus mengurus penjemputan kloter kedua, sehingga bagi kami lebih efektif jika tidur di Hotel Archie. Setelah memesan kamar, kami pun beristirahat dikamar yang telah kami pesan. Kamar ini berisi aku, Bowo, dan Bani.



Sore Hari

Masalah birokrasi dengan pemerintah Maluku Utara telah sepenuhnya diambil alih oleh panitia seksi Acara, dalam hal ini Mitha yang menjadi PJ pembukaan. Dan sore ini kami diberi kabar oleh Mitha dengan suatu kabar yang sangat mengesalkan dan juga lucu, yaah tapi bukan lucu dalam arti yang sebenarnya. Lucu karena suatu statemen yang keluar dari para birokrat, petinggi-petinggi daerah. Kabar itu adalah:



Pertama, acara pembukaan tidak dapat dilaksanakan di Kantor Gubernur di Sofifi (sesuai kesepakatan dan janji di awal), karena acara tersebut diadakan pada hari minggu, dan pada hari minggu tidak ada listrik disana. Padahal acara ini telah dijadwalkan hampir sejak sebulan yang lalu, dan telah di oke-kan oleh pihak pemerintahan setempat. Disinilah terlihat ketidaktelitian mereka saat meng-approve sebuah acara, mereka baru menyadari bahwa acara itu akan diadakan di hari minggu. Seharusnya mereka menyadari dan mengatakan hal ini dari awal sehingga rencana dapat disusun dengan baik sejak jauh-jauh hari.



Kedua, pembukaan akan diadakan di Ternate, namun belum ada tempat yang jelas. Kantor gubernur lama tidak dapat digunakan karena sudah kosong dan tidak sarana untuk mendukung acara pembukaan.



Perubahan rencana yang mendadak dan tidak diduga ini tentu akan mengacaukan semua alur acara dan transportasi yang telah dibuat, dan saat itu aku semakin percaya kalau omongan dan janji para birokrat di negeri ini hampir tidak dapat dipegang.



Maka ini adalah kabar buruk bagi A-Team yang tersisa (Aku dan Bowo) dan juga untuk para panitia Transportasi dan Acara yang telah ada di Ternate. Kamipun diberi PR baru dan dipaksa untuk memutar otak lebih keras lagi. Saat itu aku merasa apa yang telah kami buat dengan susah payah selama berhari-hari, menjadi sia-sia bagaikan sampah, hanya karena sesuatu yang sebenarnya tidak pantas terjadi.



Sekitar pukul 15.30 WIT, pihak pemerintah (Para Ajudan dan protokoler gubernuran) mengundang kami dalam sebuah pertemuan, di suatu restoran yang letaknya tidak jauh dari Benteng Orange dan Markas A-Team. Aku, Bowo, dan Bani pun bergegas ke sana. Sementara Mitha dan yang lainnya telah sampai duluan. Inti dari pertemuan itu adalah Gubernur belum dapat memastikan dimana pembukaan kersos besok akan berlangsung. Mereka menjanjikan akan memberi kepastian pada jam 7 malam ini. Saat itu aku berharap jam 7 malam ini benar-benar telah ada kepastian, agar kami dapat menyusun alur transportasi dan acara sesegera mungkin sebelum larut malam.



Setelah pertemuan dengan para birokrat itu, aku, Bowo, dan Bani berjalan ke markas A-Team. Aku dan Bowo hendak mengambil barang-barang pribadi kami untuk dipindahkan ke hotel archie. Setelah itu, kamipun kembali ke hotel Archie dengan menggunakan ojek.



Di hotel Archie, kami hanya menaruh barang kami di kamar, karena kami harus segera ke UMMU, untuk melakukan rapat bersama seksi acara, transportasi, dan Steering Committee. Tentu saja rapat ini akan membahas perubahan rencana mendadak yang baru saja terjadi. Sekitar pukul 16.30 WIT, aku, Bowo, Bani, ditambah kak Ami’02, berangkat ke UMMU dengan men-charter angkot.



UMMU Sekitar pukul 17.30 WIT

Rapat pun dimulai dengan penjelasan dariku dan Bowo tentang alur transportasi yang seharusnya dijalankan. Setelah itu barulah kami menyusun ulang alur sesuai dengan perubahan yang terjadi. Namun tentu saja kami tidak bisa memastikan alur dengan benar karena lokasi pembukaan belum pasti. Maka saat itu kamipin membuat skenario dengan menebak tempat dilakukannya acara pembukaan, sambil menunggu kepastian dari pihak birokrat yang menjanjikan akan memberi kepastian pada jam 7 malam ini. Beberapa kali aku meninggalkan rapat itu untuk mendinginkan kepala, dan membiarkan para panitia transportasi dan acara yang membahas alur. Aku bisa saja berlepas tangan karena sebenarnya ini bukan tugasku lagi, namun tetap saja, saat itu hanya ada dua orang yang paling menguasai semua hal tentang transportasi, yakni Aku dan Bowo, dan aku tahu tanpa sangat dibutuhkan dan masih bertanggung jawab. Rapat pun terus berjalan hingga sampai di jam yang kami tunggu-tunggu.







Kampus UMMU yang menjadi tempat penginapan sementara Tim Kersos

(photo by:http://www.kopertis12.or.id/gelery-pts-121005-universitas-muhammadiyah-maluku-utara/)



OOT: ada satu hal yang unik dari UMMU, baca disini
Pukul 19.00

Mitha mendapat kabar, bahwa pak Gubernur sedang ada jamuan makan malam dengan Pangdam, sehingga kepastian tempat dan waktunya belum dapat diberi tahu, dan ditunda hingga jam 10 malam ini. Yaah, kami hanya bisa geleng-geleng kepala dan mengelus dada mendengarnya. Jika kepastian tempat dan waktu pembukaan diberi tahu jam 10 malam ini, sampai jam berapa alur transportasi akan disusun?



Rapat pun disudahi dengan menyepakati sebuah keputusan yang kontroversial, yakni:



Pembukaan hanya akan diikuti oleh Tim Kersos Halmahera Selatan. Rencana ini berubah dari yang sebelumnya direncanakan diikuti oleh semua tim wilayah, kecuali Tidore. Tim Halut dan Halteng tidak dapat mengikuti pembukaan karena jadwal pembukaan akan bentrok dengan jadwal berangkat kapal fery yang jadwalnya hanya sekali dalam sehari. Apabila tim halut dan halteng tidak naik kapal fery, masih ada alternatif lain yakni menggunakan speed boat yang ada setiap saat, namun akan membengkakan biaya 2-3 kali lipat, dan ini salah satu yang menjadi pertimbangan kami, mengingat dana kami yang terbatas.



Keputusan ini diambil dengan sangat berat hati. Namun keadaan yang mengharuskan kami menyepakatinya. Konsekuensinya mungkin cukup berat, yakni acara pembukaan yang sepi, dan mungkin akan mengecewakan pihak pemerintah. Tapi sekali lagi keputusan ini diambil dengan pertimbangan yang sangat matang, dan memang harus dilaksanakan. Pihak pemerintah boleh saja kecewa, tapi mereka harus menyadari jika hal ini terjadi juga karena mereka. Jadi impas lah yah…



Pukul 21.00

Aku dan para panitia lain berharap pak gubernur memberikan kepastian pada jam ini. Tapi birokrat memang birokrat, dan mereka belum bisa memberikan kepastian. Para panitia pun kembali ke ruangan tidur dan sebagian besar dari merekapun tidur. Aku, Bowo, dan beberapa panitia cowok masih terjaga di ruang tidur cowok. Mungkin malam ini kami tidak akan tidur, dan harus menyusun alur transportasi sampai dini hari. Ruang tidur kami di UMMU ini adalah ruangan kelas ber-AC yang diberi karpet, cukup nyaman lah.



Kepastian waktu dan tempat acara pembukaan baru datang pada pukul 23.30 alias setengah 12 malam, pembukaan akan dilaksanakan di POLTEKKES Ternate, entah dimana itu. Saat itu, semua panitia dan peserta yang masih terjaga langsung diberi tahu, agar besok pagi mereka dapat bersiap-siap. Setelah itu, aku, bowo, dibantu beberapa panitia lain pun harus menyusun ulang alur transportasi yang jauh berbeda dari skenario yang kami buat tadi sore. Proses penyusunan ini dilakukan dengan penuh perjuangan karena malam itu listrik padam, sehingga kami harus menyusun alur transport di bawah cahaya senter. Penyusunan alur ini pun selesai pada pukul 02.00 dini hari, dengan aku, bowo, dan adi sebagai orang terakhir. Adi cukup berjasa dalam memebrikan ide pada penyusunan alur ini, mungkin karena otak dan badannya yang masih fresh, tidak seperti aku dan Bowo yang sudah sangat lelah dan mumet. Setelah penyusunan alur selesai, aku dan Bowo segera menghubungi para supir bus dan pick up untuk memberi tahu perubahan alur yang terjadi. Meskipun ini bukanlah waktu yang baik untuk menghubungi orang, namun apa boleh buat, itu harus kami lakukan agar semuanya berjalan lancar.



Malam ini aku, Bowo, dan Bani harus tidur di UMMU, dan kamar yang telah kami sewa di hotel Archie hanya diinapi oleh tas-tas kami. Akupun tidur, walaupun hanya punya sedikit waktu, karena 3 jam lagi kami sudah harus bekerja lagi.



Sebentar lagi pembukaan Kersos, dan Tim Kersos akan berpencar di wilayahnya masing-masing. Apakah semua akan berjalan dengan lancar? Tunggu kelanjutan kisahnya.



*bersambung*





Minggu, 24 Juli 2011

Kaki langit

***
Saat langit-Mu berbatas biru-jingga
Kutermenung di kaki langit
Memandangi keagungan-Mu
Dalam damai, pada penantian

Tentang sebuah cinta
Yang bersembunyi
Di balik kemegahan saujana
Di selubung kalbu sang bidadari

Saat gelombang-Mu bergejolak
Kutermangu di atas sampan
Nikmati naik turunnya hidup ini
Dalam sabar, pada sebuah harapan

Tentang sebuah mimpi
Yang digantung di depan mata
Dilempar begitu tinggi
Bukan khayalan di ujung masa

Saat kuasa-Mu Kau hamparkan
Dan nikmat-Mu kurasakan
Tak henti kuucap syukur
Dalam hati yang terus bergetar
Di sini…
Di kaki langit-Mu…

Pulau Tidung (Kepulauan Seribu), 24 Juli 2011
07.22 WIB

Tidung's Sunrise
(Sony Alpha 230; 18-55mm SAM; 1/250s; f/10; ISO 100)

Sabtu, 16 Juli 2011

Syair Seribu Senyum

***
Kala muram menyapa
Dengan tak sopan ia berdengung
Bukan karena hati gelisah
Tapi kelam tak mau pergi
Pada insan dibalik tempurung
Berserakan di tepi zaman

Luruh sudah di penghujung jalan
Bagai musafir yang tak ingin berhenti
Mencari arti dari langkah kakinya
Menuai kisah dari hembusan nafasnya
Yang masih terengah
Dalam pacuan berharap cerah
Pikul cahaya diatas pundaknya
Tak henti-hentinya ia melontar
Satu, dua, dan tiga senyuman
Yang ubah warnanya
Dan tak cukup, maka seribu senyum terlontar
Yang ubah dunianya, ubah segalanya
Karena senyumnya luluhkan hati
Bagi insan-insan tercinta

Mereka takluk dalam keberdayaan
Dan tak mati jiwanya
Sebab senyuman itu
Ialah penawar sang hati yang gundah
Ia hidupkan cinta, yang masih setia untuk bungkam
Sampai tiba waktunya
Saat senyum beradu senyum
Dan syair indah kembali berkumadang
Pada suatu hari yang syahdu

Jakarta, 13 Juli 2011-07-13
22.01

Disini kumenunggumu
(Sony Alpha 230; Sony Lens 18-55mm SAM; 1/80s; f/5.6; ISO 100)

The A-Team’s #5th Day: Are We Ready?

***
Semakin dekat dengan Hari-H, perasaan kami semakin tidak karuan memirkan, apakah semuanya akan berjalan dengan lancar? Atau semua pekerjaan kami selama ini akan sia-sia?

Jum’at, 23 Juli 2010
Pagi Hari

Hari ini walaupun ada beberapa pekerjaan yang belum fix, namun secara umum pekerjaan kami sudah jauh lebih berkurang dibanding hari-hari sebelumnya. Aku dan Bowo memulai hari ini dengan menyadari sebuah masalah, yakni alur transpor belum selesai diketik, sementara alur tersebut harus segera dikirim ke Jakarta untuk dibahas di Technical Meeting. Maka dengan segera, kami berdua pun segera melanjutkan mengetik alur tersebut dengan kecepatan kilat, hingga akhirnya selesai. Setelah selesai, filenya pun segera dipindahkan ke flash disc untuk segera di kirim melalui e-mail di warnet dekat markas A-Team.

Siang Hari
Aku harus berkali-kali menelepon Pak Dadag dan Sharah untuk memastikan surat untuk PT.ASDP telah di fax dari Jakarta ke kantor PT.ASDP Ternate. Aku sempat ketar-ketir karena fax-nya berkali-kali gagal, hingga akhirnya berhasil dan aku bisa sedikit lega. Sementara surat lain yang tak kalah penting, yakni surat untuk pemberitahuan acara pembukaan dan jadwalnya untuk Gubernur Maluku Utara, juga telah berhasil di Fax.

Sore Hari
Kami kembali bertemu dengan para supir bus di Jatiland mal untuk menjelaskan kembali alur yang sudah fix. Walaupun nantinya alur ini akan kembali dirombak habis-habisan, mengapa? Nanti akan datang ceritanya.

Malam Hari
Pak Yus datang ke markas A-Team. Bagi Risty dan Bowo, Pak Yus sudah tidak asing, karena mereka sudah bertemu dengannya sebelumnya, yakni ketika menjadi tim survey. Pak Yus berperawakan besar dan terlihat sangar, namun ia adalah seorang pria yang sangat ramah baik hati. Maksud kedatangan Pak Yus adalah untuk membicarakan mobil travelnya yang akan kami sewa. Dalam alur transpor yang kami buat, rombongan Halut dan Halteng yang menyebrang ke Sofifi akan diangkut menuju ke kantor gubernur untuk pembukaan menggunakan mobil travel pak Yus. Malam ini kami membicarakan masalah itu dan menyepakati harga. Bukan hanya itu, pak Yus juga datang untuk memberi satu kabar gembira lagi, yakni ia berhasil mendapatkan satu mobil pick up lagi untuk kami. Pak Yus kemudian mengajakku ke rumah pemilik pick-up tersebut, aku diboncengnya menggunakan motor suzuki satria 250cc. Sementara di markas A-Team, Hendro dan Risty tengah mengemasi barang-barangnya, karena malam ini mereka akan berangkat ke Halmahera Selatan.

Akupun tiba di rumah pemilik pick-up, dan tanpa basa-basi panjang langsung nego harga, dan saat itu pula aku langsung membayar DP tanda jadi. Setelah itu, pak Yus pun mengantarku kembali ke Markas A-Team. Di perjalanan, tak lupa aku mengirim SMS ke Hendro dan Risty agar hati-hati di jalan, dan semoga pekerjaan mereka di Halsel berjalan dengan lancar.

Tim Kersos Halmahera Selatan saat Pelaksanaan Kersos tgl. 27 Juli 2011 (photo by: Hendro AS)

Setibanya di markas A-Team, Hendro dan Rity telah berangkat, yang artinya tinggal kami bertiga di markas ini, aku, Bowo, dan Rizu. Pekerjaan kami selanjutnya adalah mengemas Alkohol untuk 4 wilayah Kersos. Alkohol-alkohol ini baru saja di beli di Ternate, karena kami tidak boleh membawa alkohol dari Jakarta, sesuai peraturan penerbangan.

Dan selesailah tugas kami hari ini. Besok pagi adalah hari kedatangan tim kersos kloter pertama, sekitar 40 orang, sementara kloter kedua akan datang lusa. Maka kami harus bersiap-siap. Hasil kerja kami, terutama tentang alur transportasi, akan dijalankan dengan sebenarnya besok. Maka akupun tak henti-hentinya berdoa dan berharap semoga Allah memudahkannya.

*bersambung*

Sabtu, 09 Juli 2011

The A-Team’s #4th Day: Sedikit Titik Cerah

***
Kamis, 22 Juli 2010

Pagi Hari
Setelah begadang menyusun alur transport hingga dini hari bersama Bowo dan Hendro, akhirnya hari yang baru pun dimulai. Hari ini kami masih mengurusi segala hal yang belum beres. Dan tentu saja aku dan Bowo mengurus masalah transportasi yang sampai detik ini belum ada kejelasan.

Perjalananku dan Bowo pagi ini dimulai dengan misi mencari bus untuk mengangkut panitia dan peserta Kersos, tujuan pertama kami adalah kantor Polda. Kamipun meluncur ke TKP dengan menggunakan ojek, sesampainya disana kami langsung bertemu dengan orang yang bertanggung jawab masalah bus, ia seorang Polwan yang aku lupa namanya. Dari polwan itu kami diberi kabar buruk, semua bus milik Polda harus disterilkan alias tidak bisa dalam beberapa minggu ke depan, untuk persiapan kedatangan bapak presiden SBY. Aku dan Bowo pun berusaha untuk memohon toleransi, namun tidak bisa karena hal itu sudah merupakan prosedur standar kepolisian. Kami berdua pun tertunduk lemas dan kecewa, sebuah awal yang buruk di pagi hari. Kamipun mohon pamit dan berjalan meninggalkan ruangan menuju halaman depan kantor Polda. Tiba-tiba Bowo ingin BAB (penting ga sih ditulis disini?), dan ia pun lari mencari WC di kantor Polda dan numpang b*k*r disitu, aku menunggu di teras kantor Polda. Setelah Bowo selesai b*k*r, kami mengisi perut di warung depan kantor Polda, dengan menu khas nasi kuning, ikan cakalang, dll. Kami berharap dengan mengisi perut yang masih kosong sejak berangkat, dapat memberi sedikit ketenangan dan kejernihan dalam berpikir.

Setelah makan, kami mencoba alternatif kedua yang dapat meminjamkan kami bus, yakni Univesitas Khairun (Unkhair), Bowo telah memegang nomor telpon wakil rektor 4 nya, dan tanpa ragu iapun segera menelepon. Namun, pihak Unkhair tidak dapat membantu kami karena katanya kami mengabari mereka terlalu mendadak dan tidak ada surat resmi. Yaah…alternatif kedua gagal, dan kami pun beralih ke alternati ke tiga, yakni Korem. Kami tahu bahwa satuan TNI pasti memiliki bus. Tanpa pikir panjang kami langsung menuju ke markas Korem dengan menggunakan ojek.

Kabar baik? Tidak juga, ternyata Korem hanya memiliki satu bus dan satu-satunya bus itu akan digunakan untuk persiapan menyambut Pangdam yang akan berkunjung ke Ternate.

Di tempat lain, Eva telah berangkat ke Tobelo (Halmahera Utara) dengan diantar oleh Hendro sampai Sofifi, pada pukul 09.00 WIT tadi. Sekedar informasi, untuk menuju ke Halteng dan Halut, dari Ternate kita harus menyebrang ke Sofifi (menggunakan speed boat atau fery), kemudian baru melanjutkan perjalanan menggunakan mobil. Seharusnya Bowo bersama Eva ke Halut, namun karena urusan transportasi di Ternate belum beres, maka terpaksa Eva berangkat sendiri.

Kembali ke masalah bus, aku dan Bowo sudah tak memiliki alternatif lagi. Maka kamipun men-skip masalah bus untuk sementara dan berpindah ke masalah kapal fery untuk penyebrangan tim kersos. Kami kemudian menuju ke pelabuhan Bastiong.

Di pelabuhan Bastiong, kami bertemu langsung dengan manajer PT.ASDP setempat, yakni Pak Dadag, kamipun memberitahu maksud kedatangan kami yakni untuk meminta bantuan dalam masalah penyeberangan. Alhamdulillah Pak Dadag bersedia membantu kami dengan memberikan keringanan biaya penyeberangan. Namun Pak Dadag menyarankan agar kami membuat surat resmi untuk PT.ASDP.

Hal ini membuat kami sedikit lega, paling tidak, kerja kami pagi ini sedikit membuahkan hasil, walaupun satu PR besar yakni Bus belum terpecahkan. Kami berdua pun kembali ke markas A-Team untuk beristirahat.

Sore Hari
Kabar baik, ternyata dr.Husein telah memberi kami CP Bus dari Dinas Pariwisata, dan sore ini supir busnya mengajak kami untuk bertemu. Entah siapa yang menghubunginya (mungkin Risty), yang jelas bukan aku atau Bowo. Karena kami baru mengetahui perihal bus pariwisata ini.

Kami berlima (Aku, Bowo, Hendro, Risty, dan Rizu) segera menuju ke Jatiland Mall untuk bertemu degan supir bus pariwisata yang insya Allah akan kami gunakan. Kamipun tiba di Jatiland Mall yang berada di tepi pantai. Di depan mall itu telah parkir 3 bus, 1 bus terlihat eksklusif, sementara 2 bus lagi terlhat sudah cukup tua. Di sekita Jatiland mall ini aku melihat banyak bule yang bertebaran, ternyata mereka adalah para angkatan laut AS yang sedang berjalan-jalan, dan mereka diantar oleh 3 bus ini.

Kamipun bertemu dengan supir bus dan diajak masuk ke bus yang eksklusif. Disana kami ngobrol dengan 3 supir bus, dan intinya adalah mereka dapat membantu kami untuk mengangkut tim Kersos 2010, merekapun menanyakan alur transpor dan acara. Aku dan Bowo pun menjelaskan secara singkat alur transpor kasar (karena memang belum fix), selain itu, kami juga berkonsultasi mengenai lokasi-lokasi city tour dan alurnya. Setelah mendengar penjelasan alur dari kami, pembicaraan dilanjutkan dengan penawaran biaya. Setelah tawar menawar, akhirnya kami pun menemui kesepakatan harga. Alhamdulillah, bukan main leganya perasaan kami saat itu, ibarat musafir kehausan yang menemukan mata air di tengah gurun pasir (Lebay.com).

Makan Sore Di Solaria Jatiland Mall, Ternate (Photo by:Hendro AS)

Setelah masalah bus selesai, kami berlima sedikit refreshing dan mengisi perut di Jatiland Mall, tepatnya di Solaria. Disini kami makan sambil menikmati pemandangan laut yang indah, langsung dari meja makan kami, sungguh nyaman.

Setelah makan dan menyegarkan otak sejenak, kamipun kembali ke Markas.

Di markas, ternyata ada satu PR lagi, yakni mobil pick up. Yah mobil pick up diperlukan untuk mengangkut barang-barang kersos (alat-alat dan bahan pengobatan gigi serta sirskumsisi, bahan penyuluhan, dll) yang cukup banyak. Namun alhamdulillah, sekali lagi pertolongan datang tepat pada waktunya. Pak Mukti yang merupakan penjaga apotik makassar farma memberi kami bantuan dua mobil pick up kenalannya. Memang selama tinggal di markas A-Team, kami selalu berkonsultasi dan menceritakan segala kesulitan kami pada drg.Rustan, istrinya, dan juga pada pak Mukti, dan mereka sangat bersemangat untuk membantu kami. Semoga Allah membalas kebaikan orang-orang ini dengan jauh lebih baik, Amiin.

Nah, walaupun sudah mendapatkan 2 pick up, kami masih butuh 1 pick up lagi. Maka kamipun meminta bantuan Pak Yus. Pak Yus adalah seorang bos mobil travel di Sofifi yang pernah membantu Tim Survei dalam menyediakan mobil menuju Tobelo dan Weda, dan kali ini kami juga berencana untuk menggunakan jasa mobil rental beliau. Walaupun ia bukan bos mobil pick up, tapi kami yakin beliau punya kenalan yang mobil pick upnya bisa disewa. Dan Alhamdulillah pak Yus menyanggupi untuk mencarikan pick up dan akan mengabari kami esok hari.

Malam Hari
Seperti biasanya, kami berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan apa saja tentang Kersos 2010. Aku dan Bowo mengetik alur transportasi yang (semoga) sudah fix, untuk dikirim ke Jakarta besok pagi. Kemudian terjadilah sebuah insiden kocak, yang aku beri judul:

Rina Oh Rina….
Tiba-tiba saja ponselku berdering, dan aku melihat nomor yang tidak dikenal, aku pikir ini Ami, Ditto atau Eva yang ingin mengabari sesuatu, akupun segera menjawab telpon tersebut, ternyata dari seorang perempuan suaranya asing bagiku.

“Halo, ini amirul yah?”
“Oh iya benar, ini siapa yah?”
“Oh ini aku Rina.”
(Dalam hatiku: Rina siapa dan yang mana yah?)
“Rina yang mana yah?”
“Rina yang …^%^%&%^&%**&*” (suaranya gak jelas)
Karena malas untuk bertanya lagi dan takut dibilang budek, maka aku pun menjawab:
“Oh iya iya” (dengan sotoy-nya)

Teman-teman A-Team sepertinya penasaran karena melihat wajahku yang sedikit bingung, Bowo lalu bertanya dengan suara pelan:”Siapa?” aku hanya menggelangkan kepala, dan karena sadar, orang yang menelepon ini agak-agak GeJe (gak jelas) maka aku langsung memberikan ponselku ke Bowo dan menyuruhnya untuk berbicara, dan tak lupa di loud speaker sehingga terdengar oleh kami semua. Yaah, seperti dugaanku, ternyata cewek ini hanya ingin BBB (basa basi busuk) dan diladeni dengan lancar oleh Bowo. Aku dan A-Team lainnya hanya bisa menahan ketawa. Setelah dikerjain oleh Bowo, Bowo kehabisan kata-kata, lalu ia memberikan ponselku kepada Hendro, dan Hendro pun melanjutkan kekonyolan ini dengan sedikit menggombal. Kami pin semakin tertawa dan tertawa, pasalnya, statemen Bowo dan Hendro yang berpura-pura menjadi aku, saling bertentangan, namun tetap saja cewek ini tidak menyadari bahwa ia sedang dikerjain, hingga pembicaraan pun disudahi. Setelah telepon ditutup barulah ketawa kami benar-benar lepas. Kemudian ponselku kembali berbunyi, ada sms masuk, ternyata dari Rina, bunyi-nya:

“Makasih yah udah mau ngobrol sama aku”

Buahahaha, aku langsung menunjukkan sms itu pada A-team yang lain dan kembali kami tertawa. Yayaya, memang itu perbuatan jahat, tapi itu cukup menghibur kami yang sedang mumet dengan pekerjaan kami.

-End of Insiden Kocak-

Setelah insiden kocak itu, aku dan Bowo meneruskan mengetik alur transpor fix. Namun aku merasa diserang flu, hidungku mulai pilek. Bowo memberikanku obat flu, yakni Paratusin, dengan sedikit peringatan: “ini bikin ngantuk lho, ntar lo ga bisa kerjain ini”, dengan yakin aku berkata: “gapapa kok, gue bisa tahan.” Maka aku pun menelan satu tablet paratusin dan kembali melanjutkan mengetik. Baru sekitar setengah jam setelah minum obat itu, ternyata efek obat ini telah berhasil menguasai sistem saraf pusatku, dan aku merasa mataku begitu berat. Aku pun meminta Bowo untuk melanjutkan mengetik, sementara aku berbaring sebentar di kursi ruang tamu. Rupanya aku benar-benar tertidur dan Bowo tidak berhasil membangunkanku, sehingga kami sama-sama tertidur di ruang tamu hingga pagi, dengan laptop yang masih menyala, dan alur transpor yang belum selesai.

*bersambung*

Minggu, 03 Juli 2011

The A-Team’s #3rd Day: Unclear to The Max

***
Rabu, 21 Juli 2010

Pagi ini kami kembali memulai pekerjaan dengan kelompok-kelompok kecil:
  • Aku dan Rizu akan ke Tidore untuk memastikan kembali persiapan acara di sana
  • Hendro dan Bowo mengurus transportasi di dinas sosial dan pariwisata
  • Risty dan Eva mengurus akomodasi, konsumsi, dll
  • Ami dan ditto akan berangkat ke Halteng
Setelah sarapan dengan nasi + ikan cakalang yang dibelikan oleh para A-Team cewek, aku dan Rizu langsung menuju pelabuhan bastiong dan menyebrang ke Tidore.

Tidore
Sekitar pukul 10.00 WIT

Aku dan Rizu menuju ke Puskesmas Ome, di sana kami kembali bertemu dengan Bu Jannah, Pak Agus dan dr.Nalar untuk mengkonfirmasi segala hal yang kami rasa belum fix. Secara umum semuanya telah siap sekitar 80% dan untuk saat ini, Tidore-lah wilayah yang paling siap dan fiz dibanding 3 wilayah lainnya, mengingat A-Team untuk 3 wilayah lainnya belum menuju ke lokasi masing-masing. Setelah urusan di Puskesmas selesai, kami harus pergi ke guest house tidore. Tempat ini akan menjadi tempat penginapan dosen-dosen supervisor dan residen bedah mulut yang bertugas di Tidore. Cukup banyak dosen dan residen yang akan bertugas di Tidore, karena operasi cleft lip/bibir sumbing dilakukan di RSUD Soasio, Tidore. Aku dan Rizu harus mengecek tempat penginapan tersebut untuk memastikan kapasitas serta jaraknya dari pusat acara di Desa Rum dan Ome.

Setelah ditunjukkan jalan menuju guest house oleh Pak Agus, aku dan Rizu pun langsung menuju ke TKP menggunakan angkot. Ternyata jarak ke guest house cukup jauh dan memakan waktu sekitar 30 menit, aku sempat terkantuk-kantuk di angkot. Sesampainya di guest house kami sungguh terkesima. Guest house ini berada di ketinggian, dan kurang lebih 500 m di depannya adalah laut yang sangat indah, sehingga pemandangan dari guest house ini, is so so so perfecto.

Guest House Tidore (Photos by:Rizu)

Huh, sayang sekali ini bukan liburan dan tentu saja aku tidak bisa tinggal dan menikmati guest house ini, yah semoga lain kali deh (*berharap*). Kamipun menemui penjaga guest house dan memperkenalkan diri. Kedatangan kami di guest house ini telah mendapat izin dari camat Tidore Utara, pak Anshar, jadi kami cukup tenang dan pastinya dapat diterima dengan baik. Kamipun menanyakan segala sesuatu tentang guest house ini, sambil berkeliling melihat dan mengecek kamar-kamar dan fasilitasnya, dan tak lupa kami mengambil gambarnya dengan kamera. Fasilitasnya sangat lebih dari cukup, namun aku sedikit khawatir kapasitas kamarnya tidak mencukupi, karena dosen dan residen yang cukup banyak. Paling tidak, mereka bisa merasa kurang nyaman karena harus tinggal dengan kondisi crowded. Yah tapi apa mau dikata, hanya ini tempat yang layak untuk dosen di Tidore, semoga mereka tidak complain.
Setelah mengecek isi guest house, kami berdua sedikit bermain-main di halamannya dan tak lupa foto-foto dengan latar laut yg indah. Setelah itu kami pun mohon pamit dan langsung menyebrang ke depan guest house dan berjalan mengikuti jalan menurun menuju pinggir pantai. Disini kami berjalan-jalan sedikit sambil menikmati pemandangan pantai, dan pastinya tak lupa untuk foto-foto, hehe :D.

Pantai Depan Guest House Tidore (Photo by:Rizu)

Setelah puas melihat-lihat pantai, kamipun kembali ke desa rum untuk mengurus konsumsi di rumah pak H.Yusuf, tempat kami memesan makanan selama berlangsungnya kegiatan. Kami pun naik angkot dan turun di depan kantor kecamatan. Sebelum ke rumah H.Yusuf, mata kami tertuju pada pantai yang berada di depan kantor kecamatan, karena penasaran, kamipun ke situ. Termyata ia adalah pantai batu, pemandangannya cukup indah, namun sedikit tak terawat, disana juga ada lapangan rumput. Dan sekali lagi kami tak lupa untuk foto-foto. Kami berencana akan mengadakan acara bersama warga di tempat ini nantinya.

Pantai depan Kantor Kecamatan Tidore Utara (Photos by:Rizu)

Setelah itu kamipun berjalan kaki menuju rumah pak H.Yusuf yang berjarak sekitar 100 meter dari kantor kecamatan. Namun kami kurang beruntung karena rumah pak H.Yusuf kosong dan telfonnya tak dapat dihubungi. Karena sudah lapar, ditambah waktu sudah menunjukkan sekitar jam 1, plus cuaca mulai agak mendung, maka kamipun memutuskan untuk pulang. Dan terjadilah sebuah kebodohan, aku dan rizu memutuskan untuk berjalan kaki menuju pelabuhan Rum yang jaraknya sekitar 3 km, alasannya karena kita tidak ada uang kecil untuk bayar angkot. Hehehe, dan akhirnya kamupun berjalan kaki sambil menahan lapar dan haus. Beruntung di tengah jalan ada warung sehingga kami sempat membeli air mineral dingin untuk menghilangkan dahaga, hingga akhirnya melanjutkan jalan kaki ke pelabuhan Rum.

Jalan di Tidore yang Aku dan Rizu Tempuh dengan Berjalan Kaki (Photo by:Rizu)

Sesampainya di pelabuhan Rum, aku sedikit ragu untuk naik speed boat melihat cuaca yang tidak begitu baik, namun karena sudah sangat lelah, kamipun tak menunggu lebih lama lagi dan langsung naik speed boat menuju Ternate.

Ternate
Sekitar pukul 14.00 WIT


Kami tiba di pelabuhan Bastiong dan langsung naik angkot menuju markas A-Team (Apotik Makassar Farma/Rumah drg.Rustan), namun di tengah jalan, Bowo, Hendro dan drg.Kadri naik di angkot yang kami tumpangi secara tidak sengaja, ternyata mereka akan pergi ke Mal Ternate untuk makan siang, maka aku dan Rizu pun ikut dan tidak jadi kembali ke markas.


Mal Ternate terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta. Kami berlima menuju ke food court dan makan siang. Walaupun rasa makanannya terbilang pas-pasan dan tidak sesuai dengan harganya, kami tetap menikmatinya. Ada hal yang cukup lucu dari makan siang kami ini, Bowo memesan makanan yang bernama Mie Baso dengan harga Rp.15.000, setelah makanan itu datang, alangkah terkejutnya kami karena makanan itu hanya berupa indomie rebus yang diberi beberapa buah baso, sungguh memprihatinkan =)).

Bowo yang Sedang Menikmati "Mie Baso" (Photo By:Rizu)

Di tengah-tengah makan siang kami, Risty menelepon menanyakan posisi kami, ia dan Eva pun ingin menyusul ke sini. Mereka berdua pun datang, memesan makanan, dan makan siang. Setelah semuanya selesai makan, kami kembali ke markas A-Team dalam kondisi cuaca yang hujan.

Makan Siang di Mal Ternate (Photo By:Rizu)

Markas A-Team
Sekitar pukul 17.00 WIT


Kami kembali ke markas, dan kini kami tinggal ber-enam, karena Ami dan Ditto telah berangkat ke wilayah mereka, yakni Weda, Halmahera Tengah. Kepergian mereka tentu akan menambah beban kerja kami di Ternate, tapi memang sudah begitulah seharusnya. Dan entah mengapa, aku merasa akan menjadi A-Team terakhir yang meninggalkan Ternate.

Sore itu kami mendengar kabar bahwa hari ini telah terjadi dua kali gempa bumi di Ternate, namun tak ada seorang pun dari A-team yang merasakan dan menyadarinya. Akupun iseng menulis tweet di twitter yang berbunyi:

“ Lah?ada gempa ya di ternate? Gw ga ngerasa apa2. Apa krn getaran hatiku lbh kencang? =))”

Kontan saja tweet ini mengundang Reply dan Retweet kocak dari teman-teman follower. Hahaha, tapi lumayanlah untuk mengusir rasa lelah dan penat.

Malam Hari
Aku, Eva dan Rizu ditugaskan ke kantor gubernur lama yang terletak di dekat Swering, untuk bertemu dengan Pak Hasyim, protokoler gubernur, untuk membicarakan masalah acara pembukaan. Sebagai informasi, ibukota provinsi maluku utara dahulu berada di kota Ternate, namun sekarang dipindahkan di Sofifi yang berada di pulau Halmahera. Itulah mengapa, tempat yang kami datangi ini disebut kantor gubernur lama.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, kamipun bertemu dengan pak Hasyim, dan ketidajelasan kembali muncul setelah kami mendengarkan pernyataan dari pak Hasyim, yakni: Panitia Kersos katanya belum mengirimkan surat resmi ke gubernur untuk acara pembukaan, sehingga kami diminta untuk segera membuatnya, dan harus dikirim besok. Selain hal itu, tak ada lagi kabar yang jelas yang kami dapat dari beliau.

Maka kamipun kembali ke markas dengan membawa kabar buruk bagi A-Team dan juga untuk para panitia yang masih berada di Jakarta. Kamipun diberi PR baru dan dipaksa untuk memutar otak lebih keras lagi.

Aku, bowo, dibantu Hendro langsung menyusun alur transportasi yang baru, dengan perubahan yang cukup signifikan. Namun tak hanya alur transportasi yang harus kami pikirkan, namun juga sarana transportasi-nya itu sendiri, karena sampai detik ini, kami belum mendapatkan sebuah bus pun. Saat itu akupun menulis tweet:

“Utk para panitia kersos:saat ini kami sangat membutuhkan doa dan dukungan kalian.”

Berbagai dukungan moril pun berdatangan melalui twitter, dan itu cukup membuat perasaanku sedikit tenang. Kami bertiga menyusun alur transportasi yang baru hingga dini hari, dan sekaligus melakukan simulasi alur transpor menggunakan kertas-kertas dan tutup botol aqua untuk menggambarkan mobil, bus, dan tempat. Saat itu aku pun kembali menulis tweet:

“jam segini msh simulasi transport kersos bersama bowo dan hendro”

“tak pernah bosan menikmati malam di ternate bersama bowo bergulat dgn berlembar lembar kertas bertuliskan alur transport!”


Akankah ada keajaiban yang memudahkan tugas kami, ditengah ketidakjelasan yang kami alami? Nantikan kelanjutannya…

***bersambung***

Selasa, 28 Juni 2011

The A-Team’s #2nd Day: The Real Job Started

***
Catatan:
Postingan ini sempat tertunda cukup lama karena kesibukan penulis, tapi saya rasa masih layak dan patut untuk di posting dan dibaca, selamat menikmati :D
***

Selasa, 20 Juli 2010

Markas A-Team (Apotik Makassar Farma), Ternate
Sekitar pukul 04.30

Aku dengan mudahnya terbangun dari tidur lelapku, hampir tak ada keinginan untuk tidur lagi. Langsung ku menuju kamar mandi dan mencuci mukaku. Azan sudah berkumandang, akupun sekalian mengambil wudhu untuk shalat subuh. Akupun mengimami shalat berjama’ah bersama bowo dan ditto. Selepas shalat, aku menyeduh segelas kopi radix yang aku bawa dari Jakarta, lumayanlah untuk menyegarkan badan di pagi hari. Setelah itu aku, bowo, dan ditto berkumpul di ruang tamu untuk mulai kembali membicarakan alur transportasi Kersos 2010 yang tinggal 5 hari lagi, namun masih penuh ketidakjelasan. Sementara A-team cewek juga sudah mulai bangun dan berbenah.
Inilah Markas A-Team (Photos by:Rizu)

07.00 WIT

Kami semua telah selesai mandi dan bepakaian, dan siap untuk menjalankan agenda-agenda A-Team yang cukup padat. Rencana kami hari ini adalah:
-Aku dan rizu hari ini akan ke Tidore bersama drg.Kadri untuk melakukan berbagai konsolidasi dengan pihak terkait
-Ami dan Ditto akan rapat dengan pengurus PDGI Ternate untuk membicarakan masalah seminar
-Risty, Eva, Bowo, Hendro akan mengurus akomodasi, transportasi, dan konsumsi

Sebelum memulai aktivitas yang kami yakini akan sangat melelahkan ini, tentu kami perlu mengisi perut untuk bekal seharian ini. Para A-Team cewek pun pergi membeli nasi bungkus untuk sarapan pagi ini. Namun sayang sekali aku dan Rizu sama sekali tidak dapat menikmati sarapan ini, karena sebelum kami sempat memakannya, drg.Kadri sudah datang menjemput kami, dan kami harus segera berangkat agar tidak telat bertemu pihak-pihak yang terkait di Tidore. Dengan sedikit menahan lapar, aku dan rizu, bersama drg.Kadri pun berangkat menuju pelabuhan Bastiong, dan menyebrang ke Tidore menggunakan Speed Boat.

Tidore
08.30 WIT

Kami bertiga dijemput di pelabuhan Rum-Tiodore menggunakan ambulans puskesmas Ome oleh Pak Agus, seroang pegawai dinas kesehatana Tidore yang menjadi penanggung jawab lokal kersos wilayah Tidore. Setelah itu kami menuju ke Puskesmas Ome untuk bertemu dengan kepala puskesmas, Bu Jannah, membicarakan kegiatan sirkumsisi / sunatan massal yang akan berlokasi di puskesmas ini. Di puskesmas Ome, selain dengan Bu Jannah, kami juga berkenalan dengan dr.Nalar dan drg.Yuyun yang merupakan dokter dan dokter gigi PTT di Tidore. Aku dan Rizu pun meninjau lokasi dan mengecek ketersediaan sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki Puskesmas yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan sirkumsisi nantinya. Dokter Nalar-lah yang menjadi penanggung jawab sirkumsisi dari puskesmas Ome ini. Selain mengurusi masalah sirkumsisi, kami juga mengurus penyuluhan gigi dan gizi dengan Bu Jannah selaku kepala Puskesmas
Puskesmas Ome (Photos by:Rizu)

Pukul 09.45
Aku, rizu, drg.Kadri bersama bu jannah, dr.nalar, drg.yuyun, dan beberapa orang dari Puskesmas lainnya beranjak menuju kantor kecamatan. Hari ini pada pukul 10.00 akan dilakukan rapat bersama camat Tidore Utara beserta jajaran pemerintahannya. Rapat dimulai sekitar pukul 10.00 lewat, dan dipimpin langsung oleh camat Tidore Utara, Pak Ansar. Pak Ansar memulai rapatnya dengan perkenalan dirinya, staf-staf kecamatan, dan 12 Lurah yang berada di dalam kecamatan Tidore Utara. Tentunya aku dan rizu selaku panitia pun ikut memperkenalkan diri. Setelah itu rapat dilanjutkan dengan penjelasan acara dari panitia, dan aku-lah yang berbicara di depan para staf pemerintahan ini untuk menjelaskan secara ringkas dan jelas mengenai acara Kersos 2010. Setelah paparan dariku, rapat dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab yang berlangsung dengan sangat alot. Drg.Kadri harus meninggalkan kami di tengah-tengah rapat, karena beliau harus pergi ke Soasio (Ibukota Tidore, sekitar 1 jam perjalanan dari Rum) untuk mengurus kegiatan operasi bibir sumbing.
Kantor Kecamatan Tidore Utara (Photo by:Rizu)

Pak Ansar (tengah, ketutupan tangan sendiri) Camat Tidore Utara Saat Memimpin Rapat (Photo by:Rizu)

Setelah rapat selesai, ternyata drg.Kadri belum juga kembali, aku dan Rizu akhirnya diajak kembali ke Puskesmas Ome. Pucuk di cinta ulam pun tiba, ternyata di Puskesmas Ome sedang ada acara makan-makan karena ada pegawai puskesmas yang akan pindah tugas. Kebetulan sekali aku dan Rizu belum sarapan. Kamipun dipersilahkan makan nasi kuning khas Ternate, dan tanpa pikir panjang kamipun makan. Ternyata rasanya enak sekali alias maknyusss, entah karena kami sedang lapar atau memang benar-benar enak. Yang jelas aku benar-benar senang bisa disambut dan diterima dengan baik di tempat ini.

Drg.Kadri telah kembali dari Soasio, dan kamipun diantar ke pelabuhan Rum untuk menyebrang kembali ke Ternate.

Ternate
Di Ternate, drg.Kadri pulang ke rumah, sementara aku dan Rizu kembali ke markas A-Team, rumah drg.Rustan. Sesampainya di markas kami disambut oleh ami dan ditto, mereka tadi pagi telah melakukan rapat dengan PDGI Ternate untuk membicarakan seminar, karena rapatnya dilakukan di markas ini, maka mereka seharian tidak meninggalkan markas.

Sore Hari
Dito merasa lapar, kami berempat (aku, dito, ami, rizu) akhirnya memutuskan untuk keluar mencari makan di sekitar markas, sekalian berjalan-jalan untuk menghilangkan penat. Saat baru berjalan sekitar 100 meter dari markas, tiba-tiba lewat sebuah angkot yang isinya bowo, risty, eva, dan hendro, mereka melambai-lambaikan tangan dan berteriak pada kami dan kamipun membalasnya. Mereka baru saja dari Sofifi (Ibukota provinsi Maluku Utara) untuk mengurus birokrasi di Gubernuran, dan beberapa urusan lain. Tampaknya mereka tidak tertarik untuk turun dan bergabung bersama kami, mereka langsung menuju ke markas. Semenit kemudian ponselku berdering, ternyata dari Risty.

“pada mo ke mana kak?”
“mo makan dan jalan-jalan, nyusul aja kalo mau”
“Oh gitu, okey”


Kamipun berhenti di sebuah warung makan, namun hanya Dito dan Ami yang makan, aku dan Rizu hanya minum dan makan makanan kecil karena masih kenyang. Beberapa menit kemudian Bowo dan Hendro datang menyusul, Bowo juga ikut makan akhirnya.

Setelah makan, kami berenam keluar dari warung makan itu, dan pandangan kami tertuju pada benteng kecil tua yang berada di seberang warung tersebut. Ternyata benteng itu bernama benteng orange, seperti yang tertulis pada papan nama di depan benteng tersebut. Benteng ini merupakan benteng peninggalan Belanda. Namun anehnya benteng tersebut dikelilingi pagar yang tak berpintu. Kami sangat ingin masuk ke benteng itu namun bagaimanakah caranya? Kami pun bertanya pada penjaga warung makan tadi, dan dengan tenangnya ia menjawab: “Oh itu benteng memang pagarnya tidak ada pintunya, kalau mau masuk lompat pagar saja.”

Hah? Yang benar saja. Tapi karena rasa penasaran kami, kamipun nekat. Setelah menyebrang jalan, kami semua langsung memanjat pagar dan maskuk ke area benteng. Yah, kami semua, termasuk Rizu dan Ami, mereka juga memanjat pagar. Kamipun langsung naik ke benteng itu. Benteng itu terbilang kecil dan tidak terawat, banyak sampah, dan ilalang tumbuh meninggi, namun cukup menarik untuk dikunjungi, paling tidak bagi kami. Kamipun mengambil banyak foto, dan tiba-tiba muncul ide konyol dalam kepalaku untuk membuat video reportase dari benteng Orange.



Beberapa Potongan Scene di Benteng Orange (Photos by:Hendro AS)

Akupun meminjam ponsel Hendro yang memiliki kualitas video lumayan, dan meminta Bowo untuk menjadi host, sementara keempat orang lainnya berperan sebagai pengunjung benteng Orange. Berikut videonya:



Setelah puas dengan video konyol dan foto-foto, kami berenam pun kembali ke markas ditemani matahari yang mulai tenggelam. Kamipun berbenah dan bersiap-siap untuk agenda A-Team di malam hari.

Malam Hari
A-Team bergerak menuju rumah Pak Kasman, Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Pak Kasman rencananya akan memberikan bantuan akomodasi untuk tim Kersos 2010, menggunakan ruangan kelas di UMMU. Setibanya di rumah Pak Kasman, ternyata sedang mati lampu, sehingga kami berbicara dengan beliau dengan hanya ditemani cahaya lilin. Pak Kasman sempat sedikit marah pada kami, walaupun dengan nada suara yang datar. Sebab kemarahan beliau pada kami ialah karena kami menanyakan hal-hal kecil yang terlalu teknis mengenai akomodasi pada beliau, padahal beliau adalah seorang rektor, sementara hal-hal kecil seperti yang kami tanyakan, dapat ditanyakan pada bawahannya. Beliau sempat mengeluarkan statement: “Saya ini bos, bukan anak buah!” Yang nantinya statement itu menjadi bahan lelucon kami (maaf yah pak, hehe). Namun walaupun beliau sempat marah pada kami, kami tidak mengambil hati hal tersebut, karena bantuan dari Pak Kasman sungguh sangat signifikan bagi terlaksanya Kersos 2010.

Setelah dari rumah Pak Kasman, A-Team bergerak menuju rumah drg.Kadri, dan bersama drg.Kadri kami menuju ke Hotel Melia untuk bertemu dengan dr.Husein, Kepala Dinas Kesehatan Maluku Utara. Angkot carteran kami pun tiba di hotel Melia dan menempati tempat parkir. Kami semua turun dan menunggu di depan lobi hotel. Kamipun mendapat kabar bahwa dr.Husen sedang ada tamu sehingga kamu harus menunggu. Yaah, menunggu benar-benar menunggu, hingga dua jam berlalu kami masih menunggu dan belum bertemu dengan dr.Husen. Kami mengisi waktu menunggu ini dengan ngobrol dan bercanda, sampai mencapai titik jenuh, dan semuanya tertunduk lemas dan ngantuk.


A-Team yang Mulai Bosan Menunggu (Photo by:Hendro AS)

Saat waktu menunjukkan sekitar pukul sembilan lebih, barulah kami dapat bertemu dengan dr.Husen. Tanpa berbasa-basi panjang, karena sudah mulai larut malam, kamipun langsung mengkonfirmasi janji-janji yang diberikan pemerintah maluku utara pada saat survey kegiatan. Pada saat survey kegiatan, sekitar sebulan sebelum keberangkatan kami, pemerintah setempat telah menjanjikan banyak hal untuk kelancaran kegiatan kami, diantarnya adalah masalah transportasi yang katanya akan ditanggung dan diurus sepenuhnya oleh mereka. Malam ini, kami ingin mengkonfirmasi janji-janji tersebut, dan berharap semuanya sudah beres, dan kami tinggal menggunakannya. Namun harapan tinggal harapan, bak tersambar petir, kami semua kaget bukan kepalang karena janji-janji tersebut adalah nihil alias nol besar. Dr.Husein mengatakan bahwa beliau belum tahu kepastian masalah transportasi dan masih akan diusahakan, karena hampir semua bus di kota Ternate telah habis dipakai untuk mengantar Angkatan Laut Amerika yang sedang berada di Ternate untuk melakukan baksos operasi gratis diatas kapal rumah sakit mereka.

Pembicaraan kami dengan dr.Husein berlangsung sekitar 45 menit, dan setelah itu kamipun beranjak meninggalkan hotel Melia dengan perasaan yang kacau balau, terutama aku, bowo, dan ditto yang bertanggung jawab masalah transportasi. Kami kemudian menuju ke Swering untuk makan malam. Di tengah beratnya pikiran, aku tetap mencoba untuk tenang dan menikmati nasi gulai di warung makan tempat kami singgah. Kami tak berhenti berdiskusi tentang semua hal mengenai Kersos 2010 selama di warung makan ini. Keberhasilan acara ini bisa dibilang 70 persen berada di tangan kami, maka wajar jika kami sangat serius menghadapinya.

Tetap berdiskusi di Tempat Makan (Photo by:Hendro AS)

Setelah makan malam yang sangat telat, kami kembali ke markas. Istirahat? No…belum, sama sekali belum. Kami masih meneruskan diskusi hingga lewat tengah malam. Aku, Bowo, dan Ditto tentu saja menyusun alur transportasi sambil memikirkan alternatif-alternatif jalan keluar untuk mencari sarana transportasi yang sampai saat ini belum jelas. A-Team lainnya membicarakan masalah birokrasi, dll, dan Risty menulis laporan kerja harian tim advance yang akan dikirim ke Jakarta via E-Mail.

Dan begitulah hari kedua A-Team yang mulai menemui banyak kendala, namun kami tetap optimis dan percaya bahwa kami adalah super tim, dan semua akan baik-baik saja dan berjalan sesuai rencana.

*** Bersambung ***

Minggu, 19 Juni 2011

Untukmu

***
Semilir garis waktu yang terus maju
Setapak-setapak terpapar mantap di sepanjang jalan
Telah sisiri bilik-bilik cahaya
Yang telah redup satu demi satu
Dan sisakan satu bilik yang masih benderang
Tak pernah redup sejak muncul

Terpoles mutiara di balik cangkang
Siapa gerangan dibaliknya?
Tempat cinta berlabuh
Hanya tunggu waktu
Saat ombak mulai tenang
Dan kapal siap merapat
Siap disambut dengan gembira
atau dibuat karam dalam samudera

Merekah (Sony Alpha 230; Sony Lens 18-55 SAM; 1/80s; f/5.6; Taken at Sukabumi, 11/06/2011)

Saat embun kasih sayang basahi jiwa
Terus meluap isi kekosongan
Di sekat-sekat terdalam yang tak bicara
Ia hanya berbisik dengan satu nama
Nama indah itu…
Yang lontarkan senyum
Penuh tanya
Dalam diam
Hampir tak kurasa hadirnya
Dan garis waktu semakin mendekat
Paksaku tuk lepas kebungkaman
Seiring genderang perang yang ditabuh
Dengan seruan maju atau hilang

Aku menanti
Di garis terdepan
Untukmu…
Yang kucintai dalam diam

Jakarta, 19 Juni 2011
20.23 WIB

Sabtu, 28 Mei 2011

One Step Closer to "Dentist"

***
Sudah hampir 5 tahun aku berjibaku untuk menuntut ilmu di kampusku ini (FKG UI). Normalnya, pada bulan agustus 2011 ini, aku seharusnya sudah mengikuti wisuda profesi dokter gigi. Namun sayangnya ternyata kuliah di fakultas kedokteran gigi tidak semudah yang dibayangkan, untuk bisa menjadi seorang dokter gigi perlu perjuangan yang sangat keras dan melelahkan. Berbagai faktor harus saling mendukung, mulai dari ini kemampuan kognitif, finansial, manajemen, pasien, serta keberuntungan. Di sisa-sisa waktu ini, akupun menyadari kalau aku kemungkinan besar tidak akan bisa lulus dari kampus ini tepat waktu (agustus 2011), dan tidak ada yang bisa disalahkan atas hal itu kecuali diriku sendiri, walaupun memang lulus tepat waktu di FKG UI merupakan hal yang cukup “langka”. Beberapa orang temanku ada yang diindikasikan menjadi golongan “langka” tersebut, dan itu tentu saja sebanding dengan usaha mereka, good job friend!


Serpong, 4 Januari 2011


Banyak hal yang mempengaruhi kelulusan seorang di FKG, namun menurutku, faktor yang paling berperan penting adalah PASIEN. Tanpa pasien yang sesuai dengan requirement klinik, kami (mahasiswa profesi kedokteran gigi) tidak akan bisa lulus menjadi seorang dokter gigi. Dan inilah yang aku dan banyak teman-temanku hadapi, kesulitan mendapatkan pasien yang sesuai.

Namun ada satu hal yang cukup menggelitik bagiku, dan ini bukanlah sebuah pembelaan dan pembenaran bagi orang-orang yang tidak bisa lulus tepat waktu. Hmm…yah, aku bertanya-tanya apakah aku sudah siap untuk terjun ke dunia kerja jika lulus tepat waktu? Dan menurutku aku sangat belum siap untuk hal itu. Maka dengan berpikir positif, aku rasa bahwa penambahan masa studi (baca:tidak lulus tepat waktu) merupakan waktu yang tepat bagiku untuk menempa kesiapan-ku bekerja di lapangan, karena perlu disadari bahwa dunia kerja di luar sana akan sangat berbeda dengan dunia klinik pendidikan / dunia coass gigi. Di dunia coass gigi, semua tindakan kita diawasi oleh supervisor yang berpengalaman, sehingga setiap tindakan yang kita lakukan pada pasien dapat dinilai dengan obyektif (walaupun kadang2 subyektif juga sih, hehe) oleh supervisor, dan supervisor lah yang menjadi decision maker. Nah ketika berada di dunia kerja, misalnya praktik di klinik, rumah sakit, puskesmas, dll, tidak ada lagi yang mengawasi kerja kita, dan kita lah yang menjadi decision maker untuk segala tindakan yang akan kita lakukan pada pasien, dan ini berarti kita sendiri yang akan bertanggung jawab.


OK-11 RSCM, 8 November 2010


Aku percaya kalau Allah akan memudahkan jalan-ku pada takdir yang telah ditetapkannya. Aku harap persangkaanku benar, bahwa mungkin Allah ingin aku belajar lebih banyak hal lagi di kampus ini sebelum keluar untuk mengabdi kepada masyarakat. Aku jadi teringat perkataan Prof.Heriandi, seorang guru besar di bidang kedokteran gigi anak:
“ mumpung kalian masih disini, banyak-banyaklah bertanya, karena masih gratis, kalau kalian udah lulus, bertanya itu bayar…”

Yah betul juga, di kampus ini kita dapat bertanya dengan gratis pada dosen-dosen. Namun setelah lulus, untuk bertanya pada dosen harus melalui seminar-seminar, yang tentunya untuk mengikuti seminar itu harus mengeluarkan biaya.

Maka dengan segala kerendahan hati, aku hanya bisa terus berusaha mengejar dan menyelesaikan utang-utang requirement-ku, sambil terus berdoa kepada Allah. Namun aku tidak ingin melakukannya hanya untuk lulus, tapi aku ingin melakukannya untuk mengasah skill-ku dan menambah pengalamanku untuk dapat mengabdi kepada masyarakat nanti. Yah, aku tidak ingin bekerja layaknya supir angkot yang hanya mengejar target setoran, namun lebih dari itu, karena masa ini adalah masa yang paling tepat untuk belajar. Aku sangat percaya pada skill, knowledge, dan attitude ku dalam menyelesaikan studi profesi kedokteran gigi ini, namun ini hanya masalah waktu dan mungkin juga keberuntungan.

Tersadar akan besarnya peran pasien dalam kelulusan seorang mahasiswa profesi kedokteran gigi, aku punya pandangan lain: “Aku tidak ingin pasien yang bisa meluluskanku menjadi dokter gigi, tapi aku ingin pasien yang bisa membuatku belajar lebih banyak hal tentang kedokteran gigi.Bukan berarti aku tidak ingin lulus, tapi aku tidak ingin meraih kelulusan yang biasa, aku ingin lulus dengan membawa pengalaman yang luar biasa.”

Dan satu hal lagi, aku ingin selalu berusaha untuk jujur dan tidak merugikan orang lain dalam proses ini. Karena selain ingin menjadi dokter gigi yang berotak cerdas dan bertangan terampil, aku juga ingin menjadi dokter gigi yang berhati bersih, dan ini harus dimulai dari sekarang. Jika saat coass saja sudah tidak jujur dan banyak menipu, bukan tidak mungkin hal itu akan menjadi lebih parah saat terjun ke masyarakat nanti. Negara kita sudah cukup menderita dengan orang-orang jahat yang berada di berbagai sektor, apakah kita mau ikut-ikutan??

Okey, dan target yang paling masuk akal untukku (dan mungkin untuk mayoritas teman seangkatanku) saat ini adalah ikut sumpah dokter gigi pada bulan november 2011, yang artinya aku sudah harus menyelesaikan semua requirement beserta ujiannya sekitar bulan oktober 2011, atau sekitar 5 bulan lagi dari sekarang. Is it Possible? Yeah…Bi iznillahi (dengan izin Allah).


Poli Bedah Mulut, RSU Tangerang, 13 Oktober 2010


Untuk aku dan teman-teman seperjuangan di FKG UI, mari berusaha mengejar target kita, semoga kita semua bisa menjadi dokter gigi yang berkualitas. Ingatlah, lulus tepat waktu bukan jaminan bahwa kita bisa menjadi dokter gigi yang baik, sebaliknya, lulus lama pun bukan jaminan bahwa kita adalah dokter gigi yang buruk, semuanya relatif dan tergantung dari banyak faktor. Maka akupun sampai pada satu kesimpulan, bahwa yang terpenting adalah hasil akhirnya yakni menjadi dokter gigi yang baik, cepat atau lambat , dengan proses yang baik pula.

Selamat berjuang teman-teman :D