Sabtu, 10 Mei 2014

PTT NOTES 004: Beach Time

Sabtu, 10 Mei 2014

Setelah bangun dan shalat subuh, gue gak tidur lagi, akhirnya gue posting catatan tgl 6-9 Mei ke blog ini, mumpung subuh-subuh jaringan masih lancar banget.

Setelah posting gue mandi dan siap-siap. Hari ini ceritanya kita bakalan jalan-jalan ke Pantai. I miss the beach so much, gue mo berenang...hahay, jadinya gue nyiapin baju ganti buat renang.

Pagi ini, si Indri dan Dena numpang ngejemur pakaian di kamar gue, karena hanya di kamar gue yang ada jemuran darurat kreatif ala orang kreatif (baca: gue dan win), hihihi. Agak-agak gimana gitu yaa ada pakaian cewe di dlm kamar, tapi untungnya yang dijemur cuma pakaian luar saja, yang lain-lain enggak kok :D.

Abis itu lanjut sarapan dengan "Nasi kuning Cakalang" (Again!!!! *sambil nangis*)

Untuk jalan-jalan pagi ini akan ada dua mobil yang mengangkut kami, yakni mobil si faisal dan 1 mobil sewaan.

Waktu udah menunjukkan jam 10.30, Faisal udah siap nungguin kami, tapi 1 mobil sewaan belum jg datang. Akhirnya diputuskan sebagian dari kami berangkat duluan bareng Faisal, sementara yang lain nunggu mobil sewaan. Maka berangkatlah Faisal, Ilyas, Gabby, Tia, dan Nurul menuju pantai Natsepa.

Sekitar jam 11, mobil sewaan yang sudah berisi Ona dan Odi pun datang. Gue, Win, Dena, Indri, Shella akhirnya naik dan berangkaaaat. Ups, tapi mo berangkat ke mana?? Ya ke pantai! Ke pantai mana? Nah, ternyata ada miskomunikasi lagi nih cuy. Ternyata pantai tujuan kita tuh gak cuma Natsepa tapi ada pantai lain yang lebih dekat dari Bapelkes yang harusnya kita kunjungi lebih dahulu, yakni pantai Pintu Kota. Tapi karena si Faisal, dkk  sudah menuju Natsepa, dan pantai Pintu Kota arahnya berlawanan, jadinya kami yang ada di mobil sewaan mutusin untuk ke pantai Pintu Kota dulu, baru ke Natsepa (maaf ya kawan-kawan yang udah jalan duluan, gak maksud -___-).

Akhirnya kami berangkat menuju pantai pintu kota. Daaaan Subhanallah...pemandangan menuju pantai ini sungguh indah, kami menyusuri tepi-tepi teluk Ambon dengan jalan-jalan yang berkelok-kelok dan naik turun. Indri pun mulai mabok darat. Jalan menuju pantai pintu kota lumayan mulus namun agak sempit, dan beberapa ada yang rusak akibat banjir.


Pantai Pintu Kota
Tak lama kemudian, mata gue tertuju ke papan kecil sederhana bertuliskan Pantai Pintu Kota dengan tanda panah ke kanan, jalan masuk yang dituju panah itu belum beraspal, mobil Avanza Velos putih yang kami sewa pun masuk menerjang jalan masuk itu. Dan sampailah kami di pantai pintu kota. Kami berada di atas tebing pantai dan pemandangannya Subhanallah yaa, gak bisa dilukiskan dengan kata-kata, biarkan foto aja yang berbicara gan. Ini baru di tebingnya, untuk menuju pantainya kita harus turun dari tebing menggunakan tangga. Gue yang sangat semangat pengen lihat pantainya akhirnya turun tangga sambil berlari daaaan terpeleset..ternyata tangganya licin, jadinya gue pun turun pelan-pelan.

Sampailah gue dkk ke pantainya, pantai ini adalah pantai karang, tanpa pasir, dan yang menjadi ciri khasnya adalah batu besar berlubang yang menyerupai pintu gerbang laut. Batu ini inilah yang menyebabkan pantai ini disebut Pintu Kota. Batu besar ini adalah bagian dari tebing besar yang kita injak di atas tadi. Pantai ini gak terlalu besar dan seluruh permukaannya adalah batu karang. Gue dan yang lainnya foto-foto sebentar di sini dan naik kembali ke atas. Naik tangganya ternyata lebih memakan energi dibanding turun tangga tadi, semuanya pada ngos-ngosan sesampenya di atas, dan Indri jadi tambah mabok, doi pusing dan mual, akhirnya doi istirahat sebentar di warung yang ada di sana, dan minum obat. Ckckck...ini nih dokter PTT Maluku yang ngomong dan makannya paling buanyak (peace ndri), hanya mabok darat yang bisa membuat doi "Silent" sejenak, hihihi. Gue yang msh ngos-ngosan + haus akhirnya beli minuman mijon di warung itu, harganya ga kuat bo, Rp.10.000,-. Tp mau ga mau, haus soalnya. Setelah semuanya lumayan stabil, kita pun naik kembali ke mobil dan ngelanjutin perjalanan menuju pantai Natsepa. Faisal dkk udah menunggu di sana. Keluar dari pintu kota kami harus membayar Rp.20.000,-/ mobil.


Pantai Pintu Kota
 

Dalam perjalanan menuju Natsepa yang lumayan panjang (sekitar 45 menit), dalam mobil gak terlalu berisik kayak biasanya. Soalnya biangnya (Indri) lagi mabok dan akhirnya tertidur selama perjalanan. Kalo biangnya tidur, partner-nya (Dena) juga diem. FYI, Indri dan Dena itu kayak Api sama Bensin, kalo ketemu bisa meletup gak karuan, dan membuat semuanya ya begitulah, entah kenapa.

Pantai Natsepa

Panorama View of Natsepa Beach

Sampailah kami di pantai Natsepa, yang bagi orang-orang yang punya kecerdasan Verbal yang agak kurang, sering salah dieja menjadi Nestapa, hihihi (No Offense). Tiket masuknya Rp. 31.000 (satu mobil + 8 orang). View di pantai ini juga gak kalah indahnya, maka hal pertama yang gue lakukan adalah jeprat-jepret mengabadikan keindahan pantai ini, sementara yang lain pada ngaso di warung rujak khas Maluku (atau mungkin lebih tepatnya khas Natsepa mungkin). Abis foto-foto, gue pun ikut bergabung di warung rujak dan mesen rujak potong cabe 3. Selain rujak potong, ada juga rujak serut. Rujak lezat ini bisa dinikmati dengan merogoh kocek Rp.10.000,-/porsi untuk rujak potong, dan Rp.15.000 untuk rujak serut (biaya serutnya 5.000 :p). Selain makan rujak gue juga minum es kelapa muda, buah cempedak goreng, dan kue sagu bakar.






Rujak Ala Natsepa


Setelah puas ngemil, lanjut foto-foto tim dokter PTT Maluku Mei 2014, soalnya belom pernah foto lengkap ber-12. Maka sekaranglah saatnya. Berikut foto-foto yang diambil di pantai Natsepa:

Dokter PTT Maluku MEI 2014 Full Team > Dari kiri ke kanan: dr.Faisal, dr.Ilyas, drg. Tia, dr.Shella, dr.Indri, drg.Dena, dr.Gabby, dr.Odi, dr.Nurul, dr.Ona, drg.Iroel, dr.Winulang


Ef se










Foto-foto diselingi juga sama makan pisang goreng yang diborong sama Faisal. Ada cerita unik saat Faisal beli pisgor ini. Jadi kan ceritanya yang jual pisgor ini adalah anak kecil, yang gue perkirakan berumur 7-8 tahun, doi bawa nampan yang berisi pisgor itu, Faisal pun manggil tuh anak buat beli, kurang lebih seperti dialognya:
(F:Faisal: PG:Penjual Pisgor)

F: Berapa satu?
PG: Dua ribu
F: Sa ambil semua, jadi berapa?
PG: (Terdiam terus ngitung pisgornya dengan agak gak yakin dan ngasal) Sepuluh ribu.
F: Hah? Masa,,coba sa hitung ulang (ngitung pisgornya satu-satu, ternyata ada 10 pisgor) Jadinya 20 ribu, ko salah hitung itu.
PG: (Manggut-manggut)

Ckckck...untung Faisal orangnya jujur, jadi ga ngebego-begoin anak kecil. Waktu denger cerita ini, si Indri bahkan bilang pengen nawar dari 10rb jadi 5rb (jahat kan?)

Udah selese foto-foto, gue pun ganti baju dan berenanaaang, tak lupa pake kacamata renang yang gue pinjem dari kak shella. Gue berenang sebentar doang, soalnya airnya gak terlalu asyik, banyak daun-daunnya, dan di dasarnya juga ada beberapa karang, jd kurang nyaman aja. Selain itu gue cuma berenang sendiri, yang lain gak ada yang turun.

Setelah renang, gue mandi bilas dan ganti baju, dan kami siap-siap cao dari Natsepa. Tujuan selanjutnya adalah pantai Liang. Untuk perjalanan ke Liang, Faisal gak bisa ikut karena doi ada urusan lain. Jadinya orang-orang yang naik mobilnya pada pindah ke mobil kak Ona yang nyusul ke Natsepa. Maka cao lah kita menuju pantai Liang.

Pantai Liang
Pantai ini gak jauh dari Natsepa, hanya sekitar 10-15 menit perjalanan. Masuk ke pantai ini kita harus bayar Rp.20.000,-/ mobil. View di pantai ini menurut gue lebih asyik dan menarik dibanding Natsepa, airnya pun lebih bersih dan jernih. Namun ukurannya lebih kecil dibanding Natsepa. Sesampenya disini waktu udah jam 16.30, gue dan teman-teman muslim yang lain pun shalat dzuhur-ashar (jamak takhir) dulu. Abis itu gue, Indri, dan Dena makan Indomie telor dan teh manis anget, karena belom pada makan siang. Harga makanannya fantastik bo', indomie telor Rp.12.000,- dan teh manis anget Rp.5.000,-. Gak ada makanan lain disini selain Indomie dan pop mie.

Teman-teman yang lain pada berenang, sementara gue udah males karena udah berenang di Natsepa. Agak nyesel sih karena ternyata disini lebih enak buat berenang. Akhirnya disini gue puas-puasin buat hunting foto, ini foto-fotonya:

Panorama View of Liang Beach

Dermaga Pantai Lian

Berangkat bersampan

Photo Inception

Menikmati birunya pantai Liang

Hai, I'm senseiroel

Sekitar pukul 17.30 kami pun meninggalkan pantai Liang. Tujuan selanjutnya adalah toko besi putih khas Maluku, yang terletak di dekat bunderan Trikora. Kita ke sana buat beli cincin. Untuk apa? yup, untuk dipake di jari manis agar terlihat seperti sudah menikah, kalo gue sih emang udah, tapi selama ini gak pernah pake cincin, tapi yang lainnya pengen pake juga biar gak digangguin sama orang-orang di pedalaman nanti, hehe.

Setelah beli cincin, kami pun kembali ke Bapelkes. Di Bapelkes gue mandi, shalat, beli makan NasKunCak (nasi kuning cakalang), makan, bbm-an sama istri, dan tiduuur.

Alhamdulillah hari ini puas banget nikmatin bisa keindahan pantai di Kota Ambon.

Rencana besok: belom ada rencana..hehe

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar