Minggu, 11 Mei 2014

PTT notes 005: walking inside the city

Minggu, 11 Mei 2014

Hari ini gak ada jadwal apa-apa. Pagi-pagi gue hanya ngerapihin foto-foto untuk postingan blog. Sementara si Win ke Gereja bareng Gabby dari jam 9-10.30

Jam 11an Dena dan Indri ngajakin ke KFC buat nyari Wi-Fi. Tujuan nyari Wi-Fi adalah si Dena pengen nge-Download driver sound laptopnya yang bermasalah (suaranya gak keluar), tentunya dengan bantuan gue, karena doi gak ngerti, kikikikikik. Akhirnya gue, Win, Dena, Indri, dan Shella berangkat ke KFC naik angkot. Karena trayek angkotnya ga ngelewatin KFC secara langsung, kita pada diturunin di persimpangan dan harus berjalan sekitar 100 meter untuk sampai ke KFC. Di KFC, ternyata Wi-Fi-nya lg gak berfungsi, so, kita balik arah dan nyari tempat lain. Akhirnya ketemu lah restoran kopitiam, di situ sih ada tulisan free Wi-Fi, Dena pun nanya mas-masnya buat mastiin. Ternyata Wi-Finya bisa, tapi orang yang ngurusin Wi-Finya masih ke gereja, dan baliknya sekitar jam 1an. Okey, sambil nunggu mas-mas Wi-Fi datang, kita jalan lagi menuju restoran Coto Makassar,,,wiiih geelaa gue udah hampir 2 abad gak makan coto...sekaranglah saatnya membalas dendam!!!! Wuaahahahaha *diiringi gemuruh petir*

Maka makan sianglah kita di warung coto dua saudara, cotonya lumayan enak bro,,,gue makan coto + 1 buras + 1 ketupat + minum Aqua botol dingin. Total yang gue bayar adalah Rp. 37.000,-

Setelah MaLoCo (Makan Lontong pake Coto :p), kita kembali ke KFC, karena Indri masih lapaar (Masya Allah), dan ini bukan yang pertama loh yaa,,untuk yang kesekian kalinya makhluk ini menunjukkan keberingasannya dalam makan, wkwkwkwk (Still Black Campaign). Teman-teman di bapelkes juga ada yang nitip KFC, jadinya mo sekalian dibeliin. Pesen makanan di KFC ternyata cukup menyita waktu, karena pelayanannya yang super slow alias lelet bin lambat, jadinya ini gak tepat disebut Restoran Fast Food namun lebih tepat disebut Slow Food. Di KFC gue gak mesen apa-apa karena udah cukup kenyang dengan coto.

Dari KFC kita kembali lagi ke kopitiam, ternyata mas-mas Wi-finya udah datang. Kita pun duduk. Indri, dena, dan shella mesen minum dan snack. Sementara gue masih sibuk ngedit postingan blog.

Dena pun diberitahu password koneksi wi-fi oleh mas-masnya. Dan masaa yaaah..password wi-fi-nya rada-rada 4L4y g1tu d3cH. Dan setelah dicoba ternyata gak konek-konek, sampai akhirnya datang mas-mas lain yang datang memberitahi password baru yang tetep 4L4Y (please deh), daaan akhirnya bisa konek.

Gue mulai nyari driver sound laptopnya si Dena, sambil ngedit-ngedit postingan blog. Sambil ngerjain laptop ini, Dena nyuruh gue mesen minum (hahay aseek ditraktir), maka gue pun mesen Es teh tarik.

Setelah beberapa kali nyoba, akhirnya ketemu lah driver yang pas, gue download, install dan Alhamdulillah suara laptopnya bisa kembali (thanks to me denaa!!)

Beranjak dari kopitiam, kita kembali berjalan menuju minimarket terdekat untuk membeli beberapa pesanan teman-teman di bapelkes. Sebelumnya kita juga singgah di toko peralatan rumah tangga buat beli-beli logistik yang kurang. Disitu gue beli sikat cuci dan hanger.

Selama berjalan-jalan (literally jalan kaki ya) di salah satu sisi kota Ambon ini, gue tentu saja gak lupa jeprat-jepret, walaupun gak banyak. Berikut foto-foto yang gue ambil:


Salah satu sudut kota Ambon


Tugu Trikora


Penampakan wanita misterius di tugu Trikora (siapa kah dia?)


Setelah dari mini market, kita kembali berjalan sampe tugu trikora untuk nunggu angkot yang menuju kudamati (daerah tempat Bapelkes berada). Selama nunggu angkot gue juga sempat ngambil beberapa foto di tugu trikora (fotonya lihat di atas).

Angkot kudamati pun datang dan kami kembali ke Bapelkes.

Sorenya gue agak lapar. Akhirnya gue jalan-jalan sore keluar Bapelkes buat nyari cemilan. Gue pun nemuin penjual ubi dan singkong rebus di depan RSUD DR.Melkianus Haulussy. Satu buah ubi dihargai 3rb dan 1 potong besar singkong dihargai 4rb. Gue pun beli 2 ubi dan 1 singkong (total 10rb). Gue kembali ke kamar dan nawarin ubi dan singkong yang gue beli ke teman-teman yg lain melalui grup WhatsApp, dan yang tertarik buat makan adalah...Indri (tetep) dan Dena. Si Indri katanya udah lapar lagi (buset). Mereka akhirnya datang buat "nyicipin".

Still Cakalang
Gue gak setuju dengan tulisan besar di teluk Ambon yang bertuliskan: Ambon the City of Music, menurut gue yang tepat adalah: Ambon the City of Cakalang. Wkwkwk..becanda brosis. Yup..kenapa gue bilang begitu? Karena malam ini menunya Nasi Padang dengan Lauk C.A.K.A.L.A.N.G. Bayangkan bro, tujuh hari gue di kota Ambon, gak ada satu hari pun yang absen dari menu cakalang. Hahahay, sebenarnya sih gue fine-fine aja karena emang gue seorang Ikan Mania Mantapp (mancing mania kalee), gue kasian aja sama temen-temen yang lain yang udah mulai bosen dan (agak) alergi. Ya begitulah, gue pribadi sih nerima-nerima dan mensyukuri aja, namanya juga kepulauan, suu pasti banya ikan.

Okey, segitu dulu catatan gue hari ini.

Besok itu akan ada acara peringatan Hari Malaria Sedunia yang akan dihadiri bu Menkes. Dokter-dokter PTT dapat tugas jaga stand informasi Malaria.

Sampe jumpa besok Insya Allah..

bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar