Senin, 02 Juni 2014

PTT Notes 009: Rekreasi sebelum terisolasi

Catatan tanggal 17-18 Mei 2014

Sabtu, 17 Mei 2014

Hari ini dari pagi sampe sore gue di rumah Ilyas aja. Trus jam 4 sore kami berangkat menuju pantai Difur yang berada di Dullah Utara. Dalam perjalanan ini si Indri mabok darat (lagi) sehingga doi jadi silent. Dan dalam perjalanan ini terjadi insiden roti'o, begini ceritanya:

Jadi ceritanya nyokap Ilyas tuh baru dateng dari Ambon, trus doi bawa beberapa pcs roti'o. Naah pas gue sm Ilyas mo berangkat, si Ilyas disuru bokapnya bawa roti itu buat bekal, bokapnya nyuruh bawa 4 pcs karena kita emang berempat. Kebetulan roti'o nya tinggal 6pcs. Jadi kata bokap Ilyas: 4 buat kalian, 2nya lagi buat bapak dan Arman. Tapi si Ilyas kayaknya ga terlalu merhatiin kata bapaknya jadinya doi bawa 5 pcs dan ditaro dalam kantong plastik bersama botol air minum.

Naah kembali ke mobil
Dalam perjalanan menuju pantai Difur, tetiba botol air minum Ilyas tumpah dan menggenangi seluruh roti'o, dan tidak ada seorangpun dari kami yang menyadarinya sampe Dena ngecek kantong tersebut. Maka jadilah roti'o dengan tekstur mendekati bubur atau risotto kali yah..hahahaha. Pas dimakan rasanya agak-agak hambar karena udah kerendam air. Ckckkck

Pesan sponsor: Dengerin pesan orang tua!

Pantai Difur
Dan sampailah kami di pantai Difur yang ternyata airnya lagi pasang. Untuk masuk ke pantai Difur kami harus membayar Rp.20.000,-. Seperti biasa disini kami foto-foto. Pemandangan di pantai Difur lumayan bagus, cuma kayaknya pantai ini gak terlalu terawat. Kami ngabisin waktu banyak di dermaga kayu yang udah mulai lapuk dan miring-miring, tapi tetap menarik. Di dermaga ini terjadi sebuah insiden lagi, yakni tiba-tiba muncul rembesan air dari tas Indri, ternyata botol minum doi juga tumpah cuy..Maka hari ini gue nobatkan sebagai Hari Botol Minum Tumpah se-Kota Tual cuit cuit...prok prok prok..













Foto-foto di Pantai Difur

Pantai ini cukup rindang dan teduh, karena di sepanjang pantainya dipenuhi pepohonan. Pas kami datang keadaannya juga cukup sepi. Tapi yang bikin gue kaget adalah jatuhnya seekor ular kecil dari atas pohon..wakakakak..untungnya jatuhnya bukan di kepala salah satu dari kami, kalo iyaa bisa gawat tuh. Hehe.

Sekitar jam setengah 6 kami meninggalkan pantai Difur. Di perjalanan pulang kami sempat singgah di tepi-tepi pantai di sepanjang jalan kecamatan Dullah Utara, entah apa nama desa-nya. Kami sempat beberapa kali berhenti di beberapa spot untuk ngambil foto.









Foto-foto di Dullah Utara

Sampe di dalam kota, Ilyas membawa kami puter-puter sampe nyasar. Nah lo..ni anak Tual malah nyasar di Tual..hahhaa, dan akhirnya kita nyampe di sebuah tempat tinggi yang dari situ kita bisa ngelihat kota Tual dari atas, dan juga lihat sunset. Gue pun langsung ngambil foto walaupun agak sulit karena kondisinya low light, cuma pake kamera HP, dan ga ada tripod untuk stabilisasi. Bagi yang pernah belajar fotografi pasti tau kalo dalam kondisi low light, maka kamera harus memperoleh lebih banyak cahaya dengan cara memperbesar bukaan diafragma (Aperture) atau memperlama kecepatan rana (shutter speed). Yaah begitulah..ini kenapa jadi kuliah fotografi dah..


Kota Tual dari ketinggian di kala senja

Abis itu kami pun balik ke tempat masing-masing dan siap-siap untuk nanti malem kumpul-kumpul bareng dokter PTT lama di warung saraba dekat jembatan Pusdek (jembatan yang menghubungkan kota Tual dengan kabupaten Maluku Tenggara).

Warung Saraba
Sekitar jam 8 kami nyampe di warung saraba. Tempat ini berbentuk rumah panggung di atas permukaan laut, dan keseluruhan bangunannya terbuat dari kayu. Di tengah-tengah warung ini terdapat karamba buat melihara, ikan, udang, kepiting, dan lobster. Pencahayaan di dalam warung ini agak remang-remang. Sementara di halamannya atau dengan kata lain pinggir jalan dekat jembatan pusdek, penerangannya hampir gak ada, sumber cahaya hanya berasal dari penjual jagung bakar. Jadi untuk menuju ke warung saraba dari pinggir jalan harus sedikit hati-hati biar gak kesandung atau salah injek kepala orang (lho?).

Di warung ini gue mesen saraba telor dan pisang goreng keju. Gila udah lama banget gue gak minum saraba. Bagi yang belom tau, saraba itu adalah minuman khas sulawesi selatan yang dibuat dari jahe, gula merah, dan kadang ditambahkan telor ayam kampung.

Sembari menunggu pesanan datang (yaah kira-kira pesanannya datang 7,5 abad lah...lama cuy), gue ngobrol-ngobrol sama dokter PTT lama. Dan setelah menunggu 7,5 abad maka datanglah pesanan kami. Dari penampilan makanan dan minumannya kok agak-agak gak meyakinkan yaah. Tapi yaudahlah, dicoba dulu..gue mulai dengan saraba-nya..hmm..hmm..hmm..

Rasanya hambar bray, low sugar, cocok untuk penderita diabetes, rasa jahenya juga ga terasa. Menurut teori kuliner yang pernah gue denger, kalo aroma dan rasa jahe gak keluar itu disebabkan karena merebus jahe barengan dengan gula merah dan bahan lainnya. Harusnya jahenya direbus sendiri dulu sampe aromanya keluar, baru bahan lain dimasukkan. Gitu cuyy..catet yee kalo lo pada mo bikin sarabba atau wedang jahe.

Kalo kata Ami: saraba ini kayak kuah kolak. Wkwkkw..setuju dah.

Jadinya gue agak kecewa dengan sarabanya. Lanjut ke pisang goreng keju-nya: ada 3 potong pisang goreng dengan potongan sedang, terus dikasi susu kental manis cokelat seuprit trus ditaburin keju parut seuprit juga. Wooow..rasanya..ya biasa aja, nothing special.

Di samping kursi yang kami tempati, ternyata ada pak Hafid, dkk (Tual kecil bray, jadi kemana-mana juga pasti ketemu orang yang dikenal hehe). Jadinya gue sekalian nanya masalah pemberangkatan ke pulau Kur, kebetulan doi yang akan nganterin gue dan Ilyas ke pulau Kur nanti. Hmm, ternyata kami dijadwalkan akan berangkat senin pagi. Sebelumnya dijadwalkan minggu malem, tapi karena faktor cuaca jadi kapal gak bisa berlayar.

Setelah itu kamipun siap-siap pulang dan bayar makanan dan minuman yang sudah kami makan. Saraba telor for diabetic person dibanderol Rp.15.000 sementara pisang goreng dengan cokelat keju seuprit dihargai Rp.7.000. Jadi total gue harus bayar Rp.22.000. Harga yang tidak pantas untuk kualitas makanan serendah itu (Sorry to say)

Pas di tempat parkir sebelum pulang. Bang Idham (drg.PTT juga) dipalak sama seseorang disitu. Doi dimintain 20.000, tapi doi cuma ngasi 5.000. Katanya doi udah 2 kali dipalak sama orang yang sama. Huuft..oke deh. Malam ini secara resmi kami sampaikan bahwa tempat ini HIGHLY NOT RECOMMENDED, terutama buat pendatang. Jadi kalo ke kota Tual mending ga usah kesini ya, kecuali bareng polisi atau prajurit kopassus lah.

Dari saraba kami lanjut ke Gota (lagi), biasaa, Indri dan Dena mo belanja dan beli CFC buat makan malem. Abis itu kami nganterin dokter-dokter PTT Maluku Tenggara di rumah Dinas, trus ngedrop Indri, Dena, dkk di kosan, baru kembali ke rumah Ilyas, late dinner, trus tidur deh.

###

Minggu, 18 Mei 2014

Tujuan kami hari ini adalah gua hawang, pemandian alam Evu (baca: Evwu » kayak orang perancis), dan pantai pasir panjang.

Kami berangkat konvoi bareng dengan Ami, dan dokter-dokter PTT yang lain. Ami, dkk mo ke Evu buat latian diving, jadi kami sekalian ngekor di belakang mereka.

Tujuan pertama kami adalah gua Hawang, yang terletak tidak jauh sebelum Evu.

Gua Hawang
Ami, dkk hanya menunjukkan kami jalan masuk menuju gua Hawang, lalu merekapun lanjut langung ke Evu. Perjalanan ke gua Hawang memakan waktu sekitar 1 jam dari Kota Tual. Sepanjang jalan si Indri "ratu mabok" tertidur akibat efek antimo.

Jalan masuk menuju gua hawang hanya seperti jalan hutan biasa, gak akan ada yang mengangka kalo itu adalah jalan masuk menuju obyek wisata yang cantik. Mobil Ilyas pun parkir dan gue sendiri masuk ke dalam hutan buat mastiin di dalam benar-benar ada gua yang kami tuju. Gue terus masuk sampe ngelihat ada tangga turun ke bawah, gue yakin itu tangga menuju gua hawang, dan gue juga mendengar suara-suara benda yang dipukulkan pada benda lain, gue pikir itu suara orang nebang pohon. Gue pun kembali dan ngajak semuanya jalan ke dalam hingga sampailah kami di gua Hawang.


Gua Hawang,,,sayang ada yang nyuci -__-

Di gua ini ada telaga yang airnya sangat jernih dan berwarna biru kehijauan. Pokoknya cantik banget, tapi sayang sekali, di telaga cantik ini ada sekelompok wanita yang lagi nyuci baju. Ternyata suara-suara yang gue denger tadi adalah suara baju yang di kibas-kibaskan di batu. Hikz..sayang banget nih obyek wisata cantik harus dikotori oleh orang nyuci. Tadinya gue berniat nyebur dan mandi di telaga gua ini, tapi ga jadi cuy, daripada berenang di air detergen. Hehehe. Akhirnya kami cuma foto-foto sebentar lalu lanjut ke Evu.

Pemandian Alam Evu
Perjalanan dari gua Hawang ke Evu ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam. Evu ini adalah sebuah kolam buatan yang airnya diambil dari aliran air gunung. Setelah di tampung di kolam airnya kemudian dialirkan lagi ke sungai, jadi sirkulasi airnya selalu terjaga. Sampe di Evu, setelah duduk sebentar gue dan Ilyas langsung ganti baju dan nyebur. Kolam ini kedalamannya sekitar 2-3 meter, jadi gak direkomendasikan untuk orang yang gak bisa berenang. Masuk ke Evu tidak dipungut biaya, kita cuma perlu bayar kalo make kamar mandi buat mandi, buang air atau ganti baju.





Pemandian Alam Evu

Gue pun berenang-renang dalam jarak pendek, karena jarang berenang, jadi gak bisa berenang dalam jarak jauh. Sekali gue nyoba berenang dari sisi kolam satu ke sisi lainnya yang berjarak sekitar 50 meter secara non-stop, gue langsung pusing dan mual cuy. Dan akhirnya berenti berenang. Gue langsung nenggak polysilane buat ngurangin rasa pengen muntah. Abis itu udah lumayan enak. Gue dan Ilyas pun ganti baju kering kemudian lanjut jalan lagi menuju pantai Pasir Panjang.

Indri nawarin diri buat nyetir ke pasir panjang, karena doi katanya kalo nyetir jadi gak mabok. Ilyas pun mengiyakan. Maka berangkatlah kami menuju pantai pasir panjang. Perjalanan udah hampir 1 jam tapi kami belum juga sampe ke pantai pasir panjang, malah kami jadi masuk ke sebuah perkampungan. Tau gak apa artinya? Yup..kita nyasar. Ilyas pun turun bertanya pada orang-orang di kampung itu dan akhirnya diberitahu jalan yang benar menuju pantai pasir panjang. Abis itu Ilyas kembali ngambil alih kemudi menuju pantai pasir panjang yang sebenarnya. Indri dan Dena tertidur pulas dalam perjalanan ini. Gue yang iseng sempet motoin mereka yang lagi mangap pas tidur, ckckck..tapi gak gue posting kok fotonya. Nanti aja kalo mereka macem-macem bisa buat ancaman tuh foto, hihihi.

Sekitar 30-45 menit dari tempat nyasar, kamipun sampe di pantai pasir panjang atau dalam bahasa Kei-nya "Ngur Bloat" (baca: ngur baloat)

Pantai Pasir Panjang
Pantai ini sesuai namanya memiliki pasir putih yang sangat panjang. Pasirnya putih dan sangat halus seperti tepung. Air lautnya jangan ditanya, biru dan hijau bening, langitnya juga cantik. Yeah, gue bisa menyebutnya "hidden paradise"-lah. Pas kami datang tuh siang bolong, jadi mataharinya serasa ada tujuh cuy, panas bener. Gue gak sanggup ngambil foto lebih dari 2 menit lantaran panas dan silaunya. Untuk masuk ke pantai ini dikenakan biaya Rp.12.000,-









Pantai Pasir Panjang

Selain ngambil foto, kami juga makan rujak (rasanya ga seenak rujak pantai Natsepa, Ambon), dan juga makan pisang embal yang katanya khas di pantai ini. Pisang embal adalah pisang goreng yang dilapisi embal. Embal itu sendiri adalah singkong/ kasbi (orang sini biasa nyebut singkong dengan "kasbi") yang ditumbuk dan dikeringkan. Pisang embal disajikan dengan sambal. Rasanya jangan ditanya..enak tenan..maknyoos. Pisangnya manis dan lunak, sementara embalnya teksturnya setengah krispi dengan rasa gurih. Harga seporsi pisang embal adala Rp.15.000,-. Kami mesen 2 porsi.





Pisang Embal

Oya satu hal yang perlu lo tau kalo datang ke pantai pasir panjang. Yakni jangan asal duduk di saung. Karena setiap saung ada yang punya dan harus bayar. Biasanya ditagihnya kalo kita udah mo pergi. Jadi setengah-setengah jebakan batman gitu deh. Harga sewa saung ini berkisar antara Rp.20.000 - Rp.30.000. Dan plis jangan pindah-pindah saung kecuali lo banyak duit. Karena tarif sewanya ya sama mo duduk lama atau sebentar. Kalo mau pake saung ya pilih aja satu dan duduk terus disitu sampe selesai. Itu yang terjadi pada kami, waktu makan rujak dan makan pisang embal saungnya beda karena jarak warungnya juga jauh. Jadinya kami harus bayar saung dua kali. Untuk ngakalinnya, ketika mesen makanan dan pengen makanan lain yang ga ada di warung itu, minta aja ke ibu-ibu warungnya buat mesenin dan bawain ke tempat kita. Doi pasti mau kok. Kayak waktu mesen pisang embal, sebenarnya ibunya udah nawarin buat mesenin rujak dan bawain ke tempatnya, tapi kitanya yang gak mau, karena gak tau. Jadinya ya begitu, kita harus bayar saung dua kali.

Menjelang pulang, tiba-tiba ada nenek-nenek renta yang datang nawarin sapu lidi. Doi udah tua banget dan jalanpun udah gemetar. Beberapa sapu lidi dipikul di pundaknya. Saat menghampiri kami, kami hanya bilang "seng..seng..ibu" (bahasa maluku artinya: tidak-tidak..ibu). Namun setelah doi berlalu, Indri katanya pengen beli sapunya 50.000 buat sedekah dan minta gue buat nyemperin ibunya, gue akhirnya nemenin Indri yamperin ibunya dan mencoba berkomunikasi sama doi walaupun agak susah, karena kendala bahasa dan usia. Sampe akhirnya Indri beli semua sapu lidinya seharga 50.000. (Ini jadi kayak acara Jalinan Kasih gitu deh) Sebenarnya sapu lidi itu gak layak pakai karena sangat panjang dan tidak beraturan. Tapi Indri tetep bersikukuh agar sapunya dibawa masuk ke mobil. Padahal kami udah nyaranin biar ditinggal aja di pantai. Akhirnya sapu itu pun kami bawa pulang, dan akhirnya kebawa sampe rumah Ilyas, dan Indri gak bertanggung jawab atas sapu ituu..okeeeh. Ntar sapunya gue kirim via pos dah ke kosannya,,,hihihi. Tapi gue cukup salut sama Indri, walaupun terkadang (atau mungkin sering) agak sedeng, ternyata doi masih punya jiwa sosial (White campaign nih).

Malamnya, gue diajak ke rumah pak Muh (Omnya Ilyas) karena ada acara keluarga. Di sana gue disuguhin nasi pulut, yakni ketan putih yang disiram dengan toping kelapa parut yang dicampur gula merah dan kayu manis. Selain itu gue juga dikasi pisang goreng, ubi goreng, dan teh manis. Semua cemilannya berat cuy. Jadinya gue cuma bisa ngabisin 3/4 nasi pulutnya karena udah kenyang.


Nasi Pulut

Dari rumah pak Muh, gue, Ilyas dan bapaknya ke Gota (again) buat belanja keperluan berangkat besok. Kalo gue sih cuma beli makanan ringan dan vitamin C, karena semua perbekalan udah gue cicil sebelum-sebelumnya. Sementara Ilyas belanjanya cukup banyak. Dari Gota kami kembali ke rumah, gue pun selesein packing, dan tidur.

Dan begitulah rekreasi kami hari ini. Besok gue dan Ilyas insya Allah akan berangkat ke Pulau Kur, salah satu pulau yang sangat terpencil di Kota Tual ini. Sementara Indri dan Dena akan berangkat ke pulau Tayando hari rabu nanti. Wish us luck..

bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar