Kamis, 05 Juni 2014

PTT Notes 012: Visum et Repertum and The First Blood

**Catatan 22 - 24 Mei 2014*

Kamis, 22 Mei 2014

Hari ini di poli gigi ada 2 pasien, namun 22nya premed, karena keduanya datang dalam keadaan gigi sakit. Gue masih belum nyaman sama posisi kerja, dan kursi obgyn di ruangan gue jg belum gue pake, rencana sih dipakenya kalo nyabut gigi atas dewasa. Dan satu masalah lagi adalah gak ada penerangan intraoral.

Sorenya, Ilyas ada panggilan meriksa pasien di rumah, gue akhirnya nemenin doi. Pasien perempuan ini adalah pasien Kusta yang udah minum obat program tapi berhenti karena ga tahan sm efek sampingnya. Orangnya udah denial dan keras, doi gak mau lagi minum obat program, bahkan ga mau nerima kalo dia kena kusta (lah gimana bisa sembuh?). Dia udah pernah berobat ke mana-mana sampe ke dukun-dukun, tapi ga ada perubahan (yaiyalah). Menurut berita dari pak Kapus, dia sudah dinasehati oleh berbagai orang sampe para tetua kampung tapi tetep aja bebel. So..apalagi kita? Jadinya pasiennya ga diapa-apain, cuma disuru periksa lagi ke Tual.


##
Jum'at, 23 Mei

Pagi-pagi pas mau berangkat gue disamperin di rumah oleh seorang bapak-bapak yang katanya sakit gigi dan ingin dicabut. Karena dia udah nyamperin sampe ruang tamu maka terpaksa gue periksa darurat aja sekilas. Dari ekstra oral udah terlihat wajahnya asimetris, pipi kirinya sedikit bengkak, gue suru buka mulut emang ada gigi GP di regio 3. Akhirnya gue suru ke puskesmas dan gue kasi medikasi Amox, Metro, dan As Mef.

Pas di puskesmas gue disamperin (lagi) oleh seorang wanita yang katanya ingin nyabut giginya. Ternyata doi adalah bidan desi dari puskesmas kur selatan. Setelah gue liat sekilas ternyata ada gigi GR di regio 4 yang gusinya berdarah, mungkin disertai gingivitis yaa. Tapi doi belum mau dicabut sekarang, karena kedatangan doi adalah untuk manggil dokter buat panggilan konsul rumah di kur selatan (katanya sih pasiennya gawat), jadi ga bisa lama-lama.

Karena gue udah ga ada kerjaan di puskesmas, akhirnya gue sedikit berkreasi menyulap amalgam plugger menjadi sonde halfmoon/dental explorer. Bahan dan alat yang diperlukan hanya amalgam plugger, peniti, dan hemostat. Seperti ini hasilnya:


Sonde Halfmoon darurat

Beberapa menit kemudian datanglah seorang pasien lelaki berusia sekitar 45an tahun dengan susp.Malaria. Doi baru aja bepergian dari Timika, Papua, dan udah datang sehari sebelumnya dengan keluhan demam. Kemaren Ilyas cuma ngasih anti demam dan disuru datang lagi kalo demamnya ga ilang . Maka datanglah doi kembali hari ini dengan udah setengah sadar. Akhirnya di RDT (Rapid Diagnostic Test) ternyata positif malaria p.falcifarum, trus diinfus dan diinjeksi antibiotik. Karena cukup heboh dan menarik perhatian (padahal sebenernya biasa aja), akhirnya puskesmas jadi kayak gula yang dikerubutin semut, orang-orang sekampung pada datang ngeliatin cuy..Pak kapus dan pegawai-pegawai puskes yang cowo pun ngusir-ngusirin tuh orang-orang dan nutup pintu puskes biar ga pada masuk.


Pasien Malaria

Abis itu gue sm Ilyas langsung cus ke kec.kur selatan bareng bidan desy. Rumah pasiennya tuh ngelewatin puskesmas Kur Selatan, untuk ke sana harus lewat jalan utan, perkampungan, jalan rusak (masih sementara dibangun, jd masih pake batu karang » ngerusak motor cuy) trus jalan kecil (cuma buat motor). Sampe di rumah pasien ternyata pasiennya gangren diabetes, dan tidak segawat yang dideskripsikan oleh bidan Desi (err), akhirnya pasien dikonsul ke Tual karena emang ga bisa diapa-apain. Trus pulang deh..dan saat mulai memasuki kec.Kur Utara, tetiba...tik..tik..tik..wuuuuush..ujaaaan deras..dan Ilyas pun memacu motor mega pro dinas kami dengan lebih kencang sampe ke rumah pak Kapus. Terima Kasih untuk panggilan konsul rumahnya yaaa...


Salah satu view di Kec.Kur Selatan (dengan efek mirror, is it a river?)


Sorenya..
Ada panggilan konsul ke rumah (lagi), untungnya deket puskesmas, jadi ga perlu jalan jauh kayak tadi siang. Ternyata pasien ini juga pasien lama yang udah sering berobat ke puskesmas. Pasien ini susp.TB/Pneumonia (menurut Ilyas).

Hmm...jadi rata-rata yang manggil ke rumah tu adalah pasien lama dan manja (gak terlalu parah sebenarnya). Istilahnya yaa mumpung ada dokter ya minta dilihat,,hehe begitulah..sabar-sabar yaa dokter umum PTT. Kalo dokter gigi mah nyante aja..hihi

Sabtu, 24 Mei 2014
Visum et Repertum

Pagi ini gue agak males bangun pagi, jadinya agak telat. Akhirnya Ilyas duluan ke puskesmas. Tapi cuma selang beberapa menit doi kembali ke rumah, ternyata ga ada orang di puskes, baik pegawai maupun pasien (lah kok bisa?). Beberapa menit kemudian datanglah seorang bapak nyamperin kami di rumah, ternyata ada orang stres yang semaleman menghilang dan pagi ini ditemukan tewas gantung diri. Jadi dokter diminta oleh pihak kepolisian untuk melakukan visum.

Glek..

Akhirnya kami pun ke rumah korban yang letaknya gak jauh dari puskesmas. Gue juga mampir ke puskes buat ngambil masker dan gloves. Jenazahnya masih dievakuasi dari TKP ke rumah. Suasana rumah udah rame banget dipenuhi oleh orang-orang sekampung yang penasaran, serta diwarnai juga dengan isak tangis histeris para keluarga yang teriak-teriak dengan bahasa kur yang sudah pasti gak gua pahami maknanya.

Dan datanglah jenazahnya, kami langsung masuk ke rumah, ditemenin pak Umar dari polsek Kur. Orang-orang pada diusir-usirin, pintu dan gorden jendela rumah juga ditutup. Visum yang akan dilakukan hanyalah pemeriksaan luar, bukan otopsi lengkap. Polisi hanya ingin memastikan ini adalah murni kasus bunuh diri dan bukan pembunuhan.

Ilyas pun melakukan pemeriksaan fisik, sementara gue bantu nyenter dan foto-foto. Untuk alasan etis, mohon maaf gue gak bisa nampilin foto-foto korbannya dalam blog ini. Kalo mau ngelihat bisa hubungin gue secara langsung.

Tali masih terikat erat di leher korban saat pemeriksaan. Ditemukan juga sebilah pisau kecil di celana dalam korban (entah untuk apa). Di saku baju korban juga ditemukan surat wasiat yang berbunyi:

Aku ingin mengakhiri hidupku dengan keluargaku..

Tanpa alasan dan perkelahian

Dan ini rencanaku untuk mengakhiri umurku

Selamat tinggal

Da..
(Ini mksdnya "dadaaah", dan seriusan beneran ditulis gitu)

Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan, jadi dapat disimpulkan kalau kasus ini murni bunuh diri. Hal ini diperkuat dengan fakta bahaw korban sudah 2x melakukan percobaan bunuh diri, namun berhasil digagalkan oleh keluarga. Korban juga dilaporkan sering berwaham/halusinasi, yakni merasa dikejar-kejar dan ingin ditangkep polisi.

This is a true story guys..gue juga rada-rada gak percaya, baru seminggu disini udah nemu yang aneh-aneh macem ini. Biasanya yang kayak gini gue cuma lihat dan denger di berita kriminal tipi. Tapi sekarang gue lihat langsung dengan mata kepala gue sendiri. Sungguh pengalaman yang ruaaar biasa.

Abis visum kami kembali ke puskesmas untuk bertugas seperti biasa. Pegawai dan pasien puskesmas juga sudah menunggu. Gue ada dua pasien, 1 nenek-nenek dan 1 anak kecil. Dua-duanya gue cabut giginya. So, this is my first blood in Kur Island. Yeeah..

Sorenya
Air laut terlihat surut. Karang-karang yang biasanya ada di dalam air laut kini jadi tersingkap. Begitu juga dengan sampah-sampah laut, jadi terlihat jelas. Sayang yaah..pulau dan pantai seindah ini dikotori sama sampah penduduknya sendiri. Puluhan anak-anak kecil Kur bermain di pantai dan mencari kerang di sela-sela karang. Gue manfaatin waktu air surut ini untuk ngambil foto. Seorang anak kecil Kur dateng buat minta difoto, hehe. Nanti kalo sempet gue cetakin dan kasi fotonya deh,,,oke2..






Pantai Desa Sermaf di kala surut


Boji, anak Kur yang gila foto


Yayaya begitulah seminggu di pulau Kur...

Stay enjoying Kur
Stay enjoying PTT

bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar