Selasa, 22 Juli 2008

Kersos Hari Kelima(16 Juli 2008):Banjarmasin I’m in Love

***
Lagi-lagi nulisnya telat, gara-gara acara penutupan yang lama banget. Wah, bentar lagi balik ke Jakarta nih, apa saja yang terjadi hari ini? Begini ceritanya:
Aku terbangun jam setengah 4 subuh, kulihat Save masih tergeletak di pulau kapuknya, dan si Addys telah datang. Yup, dia dan rombongan Tanah Bumbu baru tiba di asrama pada pukul 02.00 dini hari. Waw!!! Kami pun siap-siap untuk menuju Pasar Terapung. THIS IS CITY TOUR PART 2.

Kami berangkat dari asrama jam 4 lewat, dan tiba di dermaga sekitar jam 5. Dermaga itu terletak di depan Gubernuran. Sebelum naik perahu, kami terlebih dahulu shalat subuh di mushalla gubernuran. Aku menjadi imam.
Dalam perjalanan menuju dermaga tadi, aku mengalami kejadian yang agak konyol lagi. Ini gara-gara kecerebohan Puspa. Dia duduk di sampingku, saat itu dia mengeluh kedinginan, karena terlalu banyak angin yang masuk. Aku pun berdiri dan mencoba menutup jendela untuk mengurangi angin. Pada saat aku duduk kembali di kursiku…

Crooot…

Aku merasa celana dan sebagian besar Gluteus Maximus-ku basah. Yaaah…si Puspa tidak sengaja meletakkan aqua gelas di kursiku. Aaargh…pengen marah tapi gak tega melihat wajah puspa yang kocak (Puspa kan Muka Kocak/Mukoc ke-4, hehehe). Yaudahlah ya, dimaapin, walaupun aku harus berdiri untuk mengeringkan celanaku selama beberapa saat.

Setelah shalat subuh, kamipun langsung menuju dermaga dan naik perahu untuk menuju ke pasar terapung. Katanya sih jarak yang ditempuh sekitar 15 km, dalam waktu kurang lebih 45 menit.

Pemandangan di sepanjang perjalanan menuju pasar terapung sungguh unik, ada SPBU Pertamina terapung, rambu-rambu sungai (kayak di jalan raya), ada juga pemandangan semi vulgar (orang yang mandi di sungai), dan masih banyak lagi. Oh iya, kapal yang aku tumpangi mempunyai nama yang unik, “KM.Bunga Desa”

















Pasar terapung…
Dan akhirnya kita sampai juga di pasar terapung, disini beberapa orang dari rombongan kami berbelanja dan juga ada yang sarapan. Aku pun turut mencoba kue-kue yang dijual. Satu hal yang pastinya dilakukan oleh semua orang…













NARSIS TIME…
Segala macam ekspresi dikeluarkan. Kebanyakan dari kami, naik dan berkumpul di atap perahu dan berfoto di situ. Ada juga yang saling memotret dari perahu yang berbeda, dan yang paling menarik, ada beberapa orang yang membentangkan spanduk kersos di atap perahu, sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Genderang UI, entah maksudnya apa. Orang-orang yang terlibat dalam kejadian unik itu adalah Didit, Rahmat, Akrom, Risco, Kadut, Made, dan Bang Herry.
Sepanjang perjalanan hingga sampai ke pasar terapung, aku juga banyak memotret dan merekam beberapa kejadian







Setelah beberapa menit di pasar terapung, kami bergerak ke salah satu rumah makan soto Banjar yang juga berada di tepi sungai, nama rumah makannya: Depot Soto Bang Amat. Disitu kami menikmati soto banjar yang sangat lezat…Hmm, maknyus deh.









Udah kenyang, lanjuut…
Kami pun kembali ke darat, alias dermaga depan gubernuran. Perjalanan dilanjutkan ke Cendrawasih, sebuah toko yang menjual makanan-makanan dan souvenir khas kalimantan. Di situ semua orang, termasuk aku memborong makanan khas Kalimantan untuk oleh-oleh. Semua orang yang berbelanja di situ mendapatkan sebuah tas anyaman daun yang mirip sekali dengan tas untuk membungkus ayam hidup. Hehehe,,,lucu sekali, tapi baguslah, tas itu kan ramah lingkungan, dibanding plastik. Yeah, Save Our Earth, bro…

Dari Cendrawasih, kami bergerak menuju Martapura, yang merupakan pusat penjualan berlian, batu-batu cantik, dan juga souvenir-souvenir khas Kalimantan. Sebelum berbelanja disitu, aku dan beberapa orang teman cowok, termasuk Bang Herry, shalat dulu di mesjid Al-Karomah yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari pasar Martapura. Mesjid ini sungguh megah dan indah. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikannya.







Di pasar martapura, aku membeli pesanan ayahku, yakni batu akik, peros dan blue safir. Ketiga jenis batu itu sungguh cantik. Tapi aku paling tertarik pada blue safir.

BLUE SAPPHIRE


Aku juga membeli gantungan kunci yang berbentuk pulau Kalimantan dan terbuat dari batu gunung, untuk teman-teman sekosan-ku.

Setelah puas berbelanja di Martapura, kami pun kembali ke asrama BAPELKES, kemudian makan siang KFC. Dan aku tertidur…

Malamnya…
Diadakan acara penutupan Kersos di Aula BAPELKES. Pada awalnya acara ini begitu formal dan tenang, namun ketika masuk ke acara hiburan, suasana pun berubah menjadi Full Music. Astaghfirullah…sedih sekali aku melihatnya, terlebih ketika banyak cewek-cewek yang berjoget di depan, tanpa ada rasa malu, dan lebih parahnya lagi, disana ada orang yang kucintai.







Padahal Rasulullah bersabda:

“Sifat malu tidaklah mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dan juga

“…Malu itu sebagian dari iman.” (HR.Bukhari)

Naudzubillahi mindzalik… Semoga Allah memberi mereka hidayah.
Acara ini pun berakhir sekitar pukul 00.00, dan ditutup dengan doa, yang dipimpin oleh aku sendiri, menggantikan Bayu yang sedang sakit. Alhamdulillah.
Setelah briefing untuk kepulangan besok, aku pun kembali ke kamar. Perasaanku makin tak karuan, ingin ku teriak: Banjarmasin, I’m in Love, tapi siapa yang peduli dengan perasaanku ini…Ah entahlah, waktu kan menjawab semuanya.
Sebelum tidur, aku menulis sebuah puisi:

Kerikil Intan

Di depanku ada cahaya
Redup, redam, benderang
Pancaran intan Borneo
Menikam langsung tanpa ampun
Menyerpih, tertancap dalam

Inginku sempurnakan cahaya itu dengan kesempurnaan-Mu
Tapi begitu penuh misteri
Inginku mengungkap dan mendekap
Namun tersekap silap kalap
Ah, aku tak tahu lagi apa ini
Lagi dan lagi, kerikil ini menghambur di jalanku

Ya Allah,
Bantu aku bersihkannya
Bantu aku mencari serpihan terbaikku
Tuk kupadu dengan belahan jiwa
Rajut sulaman indah
Permadani menuju surgamu

Bertepiankah rasa ini?
Dimana batas mengelak telak
Merasuk hangat gulana malam
Mencari arti akan rasa
Tentang serpihan kerikil intan
Tentang cahaya yang direfleksi
Tentang bayangan yang menunggu fokus
Tentang keindahan di depanku

Semua bertanya dan aku diam
Akan derita rasa berkecamuk
Terngiang indah rupa
Terbisik lembut suara
Yang ingin kuhijab dan kubungkam
Dengan cinta yag sesungguhnya
Dari yang Maha Sempurna

Begitu adilkah semua terjadi?
Sedikit buta, tuli, dan lumpuh
Tapi terbaik…
Dan hanya bijak yang menanti sajak
Semoga bukan sekedar ingin
Tapi suci berujung ceria

BAPELKES, Banjarbaru, Kal-Sel
17 Juli 2008
Pukul 00.43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar